sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan availability dari mesin tersebut. Perancangan sistem perawatan mesin yang didasarkan pada metode Reliability
Centered Maintenance RCM dengan membuat suatu jadwal perawatan routine schedule dan SOP perawatan mesin, serta mempersiapan komponen sparepart
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
4.8. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Teknik Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap
objek penelitian yaitu dengan melaksanakan pengamatan secara langsung tentang cara kerja mesin pembangkit listrik.
2. Teknik Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan teknisi mesinperalatan yang sudah ahli dan handal dalam menangani kerusakan
mesin pembangkit tersebut. 3. Dokumentasi Data Perusahaan, yaitu melihat buku-buku atau dokumentasi
dan catatan dari perusahaan yang berhubungan dengan data yang diperlukan, seperti data kerusakan mesin yang terpilih dan waktu kerusakan mesin.
4. Studi Literatur, yakni mengumpulkan dan membaca buku atau jurnal yang berhubungan perawatan mesin dengan metode Reliability Centered
Maintenance.
Universitas Sumatera Utara
4.9. Pengolahan Data 4.9.1. Kebijakan Perawatan Mesin sekarang
Identifikasi kebijakan perawatan mesin dilakukan sekarang dengan menggunakan cause and effect diagram yang diharapkan mengetahui penyebab
masalah yang mendetail berdasarkan pengamatan dan wawancara dan melakukan pengkajian untuk perbaikan sistem perawatan.
4.9.2. RCM Reliability Centered Maintenance
Blok diagram pengolahan data dan proses analisa dilakukan dengan metode RCM reliability centered maintenance. Pada proses ini terdapat
beberapa langkah, dapat dilihat pada gambar 4.3
Mulai Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi
Pendefinisian Batasan Sistem Deskripsi Sistem dan Diagram Fungsi
Fungsi Sistem dan Kegalan Fungsi Failure Mode And Effect Analysis FMEA
Logic Tree Analysis LTA Pemilihan Tindakan
Selesai
Gambar 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data dengan Metode RCM
Universitas Sumatera Utara
a. Pemilihan sistem dan pengumpulan informasi Pada tahap ini pemilihan sistem dilakukan agar sistem yang dikaji tidak terlalu
luas ataupun tidak terlalu lama dalam pengajiannya, kemudian dilakukan pengumpulan informasi untuk sistem yang terpilih.
b. Pendefenisian batasan sistem. Jumlah sistem dalam suatu fasilitas atau pabrik sangat luas tergantung dari
kekompleksitasan fasilitas karena itu perlu dilakukan definisi batasan sistem. Lebih jauh lagi pendefinisian batas sistem ini bertujuan untuk menghindari
tumpang tindih antara satu sistem dengan sistem lainnya. c. Deskripsi sistem dan diagram blok fungsi.
Sistem yang akan dikaji diuraikan secara mendetail proses dan kemudian dibuat blok fungsi yang berguna untuk menjelaskan mesin yang bekerja pada
sistem tersebut dan komponen-komponen yang sering mengalami kerusakan. Dalam tahap ini ada beberapa tahapan yang harus dikembangkan yaitu:
1. Penguraian sistem 2. Blok diagram fungsi
3. System Work Breakdown Structure SWBS d. Fungsi sistem dan kegagalan fungsi.
Deskripsi fungsi memperlihatkan bagaimana masukan dan keluaran bekerja sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan kegagalan fungsi memperlihatkan
bagaimana masukan dan keluaran tidak bekerja sesuai dengan yang diharapkan. e. Failure mode and effect analysis FMEA.
Universitas Sumatera Utara
FMEA failure mode and effect analysis adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengindentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan
failure mode. Tahap awal dari penyusunan failure mode and effect analysis adalah untuk melengkapi matriks peralatan dan kegagalan fungsi. Matriks ini
dibuat dengan mengkombinasikan daftar SWBS dengan informasi kegagalan fungsi. Matriks ini menjadi petunjuk dalam pembuatan FMEA.
f. Logic tree analysis LTA Penyusunan logic tree analysis LTA memiliki tujuan untuk memberikan
prioritas pada tiap mode kerusakan dan melakukan tinjauan dan fungsi sehingga status model kerusakan tidak sama. Prioritas suatu kerusakan dapat diketahui
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan dalam LTA. Empat hal penting dalam analisis kekritisan tersebut adalah sebagai berikut:
- Evident, yaitu apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah terjadi gangguan dalam sistem?
- Safety, yaitu apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan? - Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian
mesin terhenti? - Category, yaitu pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan. Pada bagian ini terdapat 4 kategori:
1. Kategori A masalah keselamatan 2. Kategori B Masalah gangguan sistem
3. Kategori C Masalah Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
4. Kategori D Masalah Tersembunyi Pada gambar 4.4. dapat dilihat struktur analisis cabang logika yang digubakan
dalam penelitian ini.
Under normal condition, do the operators know that something has
occurred? Does this failure mode
cause a safety problem? Hidden failure
Safety problem Does this failure mode result
in a full or partial outage of the plantsystem?
Outage problem Minor to insignificant
economic problem Failure Mode
1 Evident
2 Safety Yes
No
Return to the logic tree to ascertain if the failure
is in A, B, or C Yes
Yes No
No
A D
B C
3 Outage
Gambar 4.4 Struktur Analisis Cabang Logika LTA
g. Pemilihan Tindakan Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dalam proses RCM. Proses
ini akan menetukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Dalam melakukan pemilihan tindakan pemilihan dapat dipandu oleh pertanyaan penuntun
seperti gambar 4.5. dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Apakah hubungan kerusakan dengan umur kehandalan
diketahui? Apakah tindakan TD
bisa digunakan? Tentukan tindakan
TD Apakah tindakan CD bisa digunakan?
Tentukan tindakan CD
Apakah mode kegagalan termasuk ke dalam
kategori D? Apakah tindakan FF
dapat digunakan? Tentukan tindakan FF
Apakah tindakan yang dipilih efektif? Dapatkah modifikasi design
menghilangkan mode kegagalan?
Terima resiko kerusakan
Modifikasi design Tentukan tindakan
TDCDFF Ya
Tidak
1
2
3
4 5
6
7
Tidak Tidak
Tidak Tidak
Tidak Tidak
Ya Ya
Ya Ya
Ya Ya
Gambar 4.5. Road Map Pemilihan Tindakan
Berikut ini adalah keterangan tindakan yang dapat dihasilkan road map pemilahan tindakan:
1. Condition Directed CD, tindakan yang diambil yang bertujuan untuk mendeteksi kerusakan dengan cara visual inspection, memeriksa alat, serta
memonitoring sejumlah data yang ada. Apabila ada pendeteksian ditemukan gejala-gejala kerusakan peralatan maka dilanjutkan dengan perbaikan atau
penggantian komponen.
Universitas Sumatera Utara
2. Time Directed TD, tindakan yang diambil yang lebih berfokus pada aktivitas pembersihan yang dilakukan secara berkala.
3. Finding Failure F.F, tindakan yang diambil dengan tujuan untuk menemukan kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan
berkala.
4.9.3. Penentuan Pola Distribusi Data Kerusakan
Sebelum kajian keandalan reliability dilakukan, data kerusakan komponen perlu diketahui. Untuk setiap pola distribusi data normal, lognormal, ekponensial
dan weibull ditentukan nilai index of fit r, r terbesar menujukkan kedekatan dari data kerusakan yang dikaji.
SxxSyy Sxy
n y
y n
x x
y y
x x
n r
n i
i n
i i
n i
i i
=
=
= =
=
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
- -
- -
1
a. Estimasi Parameter Setelah pola distribusi kerusakan diketahui selanjutnya dilakukan estimasi
parameter. Estimasi parameter dilakukan dengan metode maximum likelihood estimator MLE.
b. Goodness Of Fit Test Setelah dilakukan perhitungan index of fit maka tahap selanjutnya
dilakukan pengujian Goodnes of it untuk nilai index of fit yang terbesar. Uji ini dilakukan dengan membandingkan hipotesa nol Ho yang menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa data kerusakan mengikuti distribusi pilihan dan hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa data kerusakan tidak mengikuti distribusi pilihan.
Pengujian yang dilakukan dalam goodness of fit ada tiga macam, yaitu Mann test untuk distribusi weibull, Barlett test untuk distribusi eksponensial
dan kolomogrov-simirnov untuk distribusi normal dan lognormal. c. Penentuan Konsep Keandalan
Konsep keandalan ini didasarkan dari hasil pengujian distribusi data yang diperoleh. Konsep keandalan yang akan ditentukan, yakni: Probability Density
Function PDF dan Cumulative Distribution Function CDF. Cumulative Distribution Function CDF, Reliability Function, Hazard Function.
4.10. Analisis dan Pemecahan Masalah 4.10.1. Rekomendasi Tindakan Perawatan Mesin
Pada bagian ini berisi tentang tindakan pemecahan masalah berdasarkan pengkategorian dan tindakan penyelesain masalah didasarkan rekomendasi dari
pendekatan RCM. Dari rekomendasi ini akan diperoleh tindakan yang sesuai dengan karakteristik operasi masing-masing mesin dan kompenen yang akan
dibahas.
4.10.2. Penentuan Interval Penggantian Komponen Mesin
Penentuan interval penggantian komponen mesin didasarkan pada pola distribusi data yang diperoleh. Pendekatan yang digunakan dalam menentukan
Universitas Sumatera Utara
interval penggantin komponen adalah total minimum downtime TMD. Berikut adalah langkah-langkah dalam penentuan interval penggantian komponen mesin:
1. Menentukan banyaknya kerusakan kagagalan dalam interval waktu 0,t
p
[ ]
∫ ∑
+ −
=
− −
+ =
1 1
1 1
i i
t i
p p
dt t
f i
t H
t H
p
2. Menghitung total minimum downtime, sebagai dasar interval penggantian komponen
p p
p f
p p
T t
T T
t H
t D
+ +
=
4.10.3. Pengembangan Prosedur Perawatan Mesin
Pengembangan prosedur perawatan mesin didasarkan dari rekomendasi tindakan yang dihasilkan dari pendekatan RCM. Prosedur ini digunakan sebagai
pedoman dalam tindakankegiatan perawatan mesin di PLTD Titi Kuning Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan pada mesin pembangkit listrik tenaga diesel. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah data kerusakan mesin, waktu
kerusakan mesin, kemudian ditentukan interval kerusakan mesin pembangkit. Data komponen kerusakan mesin dapat dilihat di lampiran-1.
5.1.1. Interval Waktu Kerusakan Komponen Kritis Mesin unit 4 PLTD
Berikut tabel 5.1 dapat dilihat interval waktu kerusakan komponen kritis pada mesin pembangkit listrik tenaga diesel.
Tabel 5.1. Interval Waktu Kerusakan Komponen Kritis Mesin PLTD
NO Interval Kerusakan Komponen Hari
Cylinderhead Bearing
Conroad Control Logic Board Turbochager
1 158
123 161
98 2
265 153
141 144
3 93
347 99
97 4
224 443
95 151
5 134
363 95
110 6
148 435
179 465
7 393
262 325
8 384
287 9
379 184
10 239
443 11
350 12
469 13
264
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Kebijakan Perawatan Mesin Sekarang
Adapun sistem kebijakan perawatan sekarang dan peralatan mesin pada unit pembangkit listrik tenaga diesel di PLTD Titi Kuning antara lain:
1. Perawatan mesin sebelum dan sesudah dilakukan proses electricity production: a. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin
dari debu, kabel, limbah air dan minyak, tumpahan minyak dan benda cair lainnya.
d. Melumasi batang rack, handelnya dan butterflylink governor c. Periksa membersihkan Filter Fuel Oil
d. Periksa membersihkan Strainer Lube Oil e. Membuka tutup crankcase untuk memeriksanya dari : pecahan babet
bearing connecting rodmain bearing, kawat pengaman dan bocoran air pendingin ke dalam carter.
f. Periksa bersihkan filter udara masuk oil bath filter g. Periksaperbaiki kebocoran minyak pelumas
h. Periksaperbaiki kebocoran air pendingin i. Periksaperbaiki kebocoran bahan bakar
j. Periksaperbaiki kebocoran sistem udara start k. Periksa tali kipas fan belt, baut pengikat radiator
l. Periksa perbaiki glen packing, spinder coupling pompa jacket water dan air cooler
m. Bersihkan generatorexiter
Universitas Sumatera Utara
n. Periksa peralatan di bawah bordes dan bersihkan bawah bordes o. Periksa minyak pelumas dari campuran bahan bakar HSD dan viscometer
p. Periksa PH faktor air pendingin, betulkan jika perlu q. Bersihkan strainer lube oil sump tank
r. Ambil defleksi poros engkol 2. Pembongkaran mesin untuk menggantimemperbaiki komponen mesin yang
rusak. Perawatan dilakukan dengan mengganti memperbaiki komponen yang rusak bila dididentifikasi adanya kegagalan fungsi akibat kerusakan pada
komponen-komponen tertentu pada mesin pembangkit. 3. Pembongkaran mesin secara keseluruhan bila diperlukan sekali. Pembongkaran
mesin secara keseluruhan dilakukan apabila mesin pembangkit tidak dapat berfungsi sama sekali. Lamanya waktu perbaikan bervariasi tergantung pada
kerusakan yang ditemukan pada waktu pembongkaran. Faktor yang mungkin terjadi penyebab umum timbulnya masalah tersebut
adalah manusia operator, mesinperalatan, metode, dan lingkungan kerja. Untuk mengetahui lebih dalam penyebab masalah dari setiap faktor tersebut, maka perlu
dilakukan identifikasi terhadap penyebab terjadi masalah dalam sistem perawatan untuk mendapatkan akar permasalahan yang ingin diselesaikan. Identifikasi
penyebab dilakukan dengan dengan menggunakan cause and effect diagram Fishbone Diagram. Melalui identifikasi dengan menggunakan cause and effect
diagram Fishbone Diagram ini, diharapkan dapat diperoleh penyebab masalah yang mendetail yang didasarkan pada hasil pengamatan, wawancara dan data
historis yang telah dikumpulkan. Berikut ini akan dilakukan identifikasi penyebab
Universitas Sumatera Utara
kurang efektifnya pelaksanaan perawatan mesin sekarang pada mesin pembangkit listrik tenaga diesel.
Untuk dapat mengidentifikasi lebih detail penyebab masalah tersebut, maka digunakan pertanyaan “Mengapa Terjadi?” sehingga dapat diperoleh akar
atau sumber penyebab masalah dalam bentuk level yang diyakini merupakan akar
masalah yang ingin dipecahkan dapat dilihat tabel 5.2. Tabel 5.2.
Penyebab Terjadi Masalah dalam Sistem Perawatan
Faktor Umum
Mengapa Terjadi? Level 1
Level 2 Level 3
Manpower Operator
Tingkat kepedulian dan ketelitian operator
mesin pembangkit masih rendah dalam menjaga
fungsi mesin Kurangnya skill operator
dalam memahami sistem pengoprasian mesin, fungsi
dan kegagalan fungsi mesin pembangkit
Standard operation procedure SOP perawatan
mesin belum memadai
Machines plant,
equipment Kerusakan
mesinperalatan Kegagalan komponen tinggi
Belum efektif scheduled maintenance dan operating
procedure Identifikasi terhadap
kegagalan tidak ada. Umur mesin dan peralatan
yang sudah tua
Metode Corrective maintenance
Tindakan setiap pemeliharaan setiap komponen kurang
Jadwal pergantian komponen tidak ada
Prosedur kerja kurang memadai
Sumber: Pengamatan langsung dan Wawancara
Berdasarkan Tabel 5.2. dapat digambarkan cause and effect diagram Fishbone Diagram dari hasil identifikasi dari faktor-faktor yang menjadi
penyebab masalah yang signifikan seperti pada Gambar 5.1.
Universitas Sumatera Utara
Perawatan Mesin Kurang Efektif
Manpower Operator Tingkat kepedulian operator
produksi masih rendah dalam menjaga fungsi
mesin Kurangnya skill opertor dalam
memahami sistem pengoperasian, fungsi dan kegagalan fungsi mesin
pembangkit Prosedur kegiatan
perawatan belum memadai
Mesin Peralatan
Kegagalan Fungsi Mesin Breakdown yang tinggi
Identifikasi sebelum terjadi kegagalan fungsi
mesin tidak ada Kegagalan Komponen
tinggiConroad Bering
Method Corrective maintenance
Tidakan pemeliharaan setiap komponen kurang
Prosedur pekerjaan kurang memadai
Umur mesinperalatan yang sudah tua
Jadwal Pergantian Komponen tidak ada
Belum efektifnya schedule maintenance dan operating procedure
Gambar 5.1. Cause effect Diagram
Melalui cause and effect diagram, dapat dilihat faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan kurang efektifnya perawatan mesin adalah
kegagalan fungsi mesin disebabkan oleh metode pemeliharaan mesin yang lebih bersifat corrective maintenance dengan belum tersedianya tindakan untuk
mengidentifikasi secara dini gejala terjadinya kegagalan komponen, tingginya kegagalan fungsi mesin dan belum efektifnya jadwal pergantian komponen dan
prosedur perawatan yang kurang memadai.
5.2.2 Reliability Centered Maintenance RCM
Metode pemeliharaan mesin yang lebih bersifat corrective maintenance dengan belum tersedianya tindakan untuk mengidentifikasi secara dini gejala
terjadinya kegagalan komponen dan belum jadwal pergantian komponen dan prosedur perawatan yang kurang memadai dalam perusahaan. Oleh karena itu,
dilakukan pengolahan data dengan pendekatan Reliability Centered Maintenance
Universitas Sumatera Utara
RCM sebagai dasar dalam penentuan sistem perawatan yang menampilkan kerangka kerja yang efisien dan terjadwal dengan baik.
Reliability Centered Maintenance RCM merupakan suatu proses teknik logika untuk menentukan tugas-tugas perawatan yang akan menjamin sebuah
perancangan sistem keandalan dengan kondisi pengoperasian yang spesifik pada sebuah lingkungan pengoperasian khusus.
Reliability Centered Maintenance RCM ini terdiri dari tujuh tahapan sistematis, yaitu:
1. Pemilihan sistem dan pengumpulan informasi 2. Pendefinisian batas sistem
3. Deskripsi sistem dan blok fungsi 4. Pendeskripsian fungsi sistem dan kegagalan fungsi
5. Penyusunan Failure Mode and Effect Analysis FMEA 6. Penyusunan Logic Tree Analysis LTA
7. Pemilihan Tindakan
5.2.2.1.Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi
Langkah pertama dalam proses RCM adalah pemilihan sistem dan pengumpulan informasi. Proses analisis RCM dilakukan pada level unit proses,
bukan pada level komponen. Hal ini disebabkan analisis pada level komponen tidak memberikan informasi yang jelas terhadap kegagalan unit proses. Sistem
yang dipilih pada penelitian ini adalah sistem electricity production. Gambar 5.2.
Universitas Sumatera Utara
berikut ini adalah struktur pembagian sistem electricity production pada PLTD Titi Kuning adalah:
Electricity Production
UNIT I MESIN DIESEL 7004-2597
UNIT II MESIN DIESEL 7005-2598
UNIT III MESIN DIESEL 7006-2599
UNIT IV MESIN DIESEL 7007-2600
UNIT V MESIN DIESEL 7008-2601
UNIT VI MESIN DIESEL 7009-2602
Gambar 5.2. Sistem Blok Diagram PLTD Titi Kuning
Tidak semua sistem akan dilakukan proses analisis. Hal ini disebabkan karena bila dilakukan proses analisis secara bersamaan untuk dua sistem atau
lebih proses analisis akan sangat luas. Selain itu, proses analisis akan dilakukan secara terpisah, sehingga dapat lebih mudah untuk menunjukkan setiap
karakteristik sistem dari fasilitas mesinperalatan yang dibahas. Penerapan RCM harus fokus pada sistem yang akan ditinjau, sehingga terlebih dahulu dilakukan
identifikasi terhadap fungsi kegagalan yang paling signifikan. Dapat dilihat pada tabel 5.3 hasil rekapitulasi kegagalan fungsi mesin pembangkit sebagai berikut:
Tabel 5.3. Kegagalan fungsi Unit Mesin Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Titi Kuning
Periode Mesin Diesel
Unit I Unit
II Unit
III Unit IV
Unit V Unit VI
Total downtime 1000.8
385.1 582.9
1490.1 1304
766.5 Jam operasi
23062 25443
25451 17975
19290 19695
Downtime 4.340
1.514 2.290
8.290 6.752
3.892 Jumlah Frekuensi Kerusakan
Kali 77
55 48
97 73
71 Frekuensi Kerusakan
18.29 13.06
11.40 23.04
17.34 16.86
Sumber: PLTD Titi Kuning
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 5.3. dapat diketahui bahwa mesin pembangkit pada unit 4 memilki frekuensi dan waktu kerusakan paling tinggi di antara mesin lainnya,
maka mesin diesel 7400-72600 akan ditinjau lebih lanjut. Pengumpulan informasi bertujuan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan sistem
ataupun pada proses yang terjadi pada sistem tersebut. Informasi yang dikumpulkan dilakukan pengamatan langsung di lapangan, wawancara dilapangan
kepada orang yang ahli di bidang mesin dan buku refrensi dan data waktu kerusakan setiap mesin.
5.2.2.2.Pendefinisian Batasan Sistem
Dalam proses RCM, definisi batasan sistem pada gambar 5.3 sangat penting karena dapat membedakan batasan secara jelas antara sistem yang satu
dengan yang lainnya agar dapat membuat daftar komponen yang mendukung sistem tersebut. Ada 2 alasan mengapa pendefenisian batas sistem sangat penting
dalam analisis proses RCM yaitu: 1. Supaya terdapat batasan yang jelas tentang apa yang harus dilibatkan dan tidak
di dalam sistem sehingga daftar komponen yang diidentifikasi menjadi jelas dan tidak saling tumpang tindih antara sistem yang berkaitan.
2. Batasan sistem menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan input apa yang masuk dan output apa yang keluar dari sistem sehingga analisis
proses sistem berlangsung dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Berikut gambar 5.3. Pendefinisian batasan sistem pembangkit listrik tenaga diesel titi kuning medan.
Unit I
Mechine Compresed Air System
Mesin Enterprise Penggerak mula
Flywheel Generator
Exiter Listrik
Unit III
Mechine Compresed Air System
Mesin Enterprise Penggerak mula
Flywheel Generator
Exiter Listrik
Unit V
Mechine Compresed Air System
Mesin Enterprise Penggerak mula
Flywheel Generator
Exiter Listrik
Unit VI
Mechine Compresed Air System
Mesin Enterprise Penggerak mula
Flywheel Generator
Exiter Listrik
Unit II
Mechine Compresed Air System
Mesin Enterprise Penggerak mula
Flywheel Generator
Exiter Listrik
Mechine Compresed Air System
Mesin Enterprise Penggerak mula
Flywheel Generator
Exiter Listrik
Unit IV
Gambar 5.3. Pendefinisian Batasan Sistem Electricity Production Unit IV
Universitas Sumatera Utara
Pendefenisian batasan sistem dilakukan dengan 2 step dokumentasi yaitu gambaran luas batasan boundary overview dan gambaran detail batasan
booundary details seperti pada Gambar 5.4. Luas batasan boundary overview
Conveyor Peralatan utama, meliputi:
Blower Washer Machine
Trafo Peralatan Utama, meliputi:
MCCB Cooling system
Lube oil system Compresed Air System Machine
Enterprise Machine Generator System
Start with : Batasan fisik primer, meliputi:
-Pengisian udara dimasukkan kedalam tangki udara start melalui saluran masuk intake
manifold dialirkan ke turbocharger dengan mechine compresed air system -Didalam
turbocharger tekanan dan temperatur dinaikkan sebesar 500 psi dan suhu mencapai 600
C -Udara yang bertekanan dan bertempertur tinggi dimasukkan kedalam ruang bakar
Combustion chamber -Pada mesin penggerak mula terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan
udara murni yang dimamfaatkan didalam silinder pada tekanan yang tinggi 35-50 atm, sehingga temperatur dalam silinder naik
-Pada saat temperatur dalam silinder naik bahan bakar disemprotkan dengan tekanan tinggi melebihi titik nyala bahan bakar, sehingga akan menyala secara otomatis yang
menimbulkan ledakan bahan bakar
-Terjadinya ledakan pada ruang bakar tersebut menggerakkan torakpiston yang kemudian pada poros engkol terjadi perubahan energi mekanis
-Poros engkol mesin digunakan untuk menggerakkan poros rotor generator -Generator akan mengalami putaran untuk mengubah energi mekanis menjadi energi
listrik, sehingga terjadi gaya gerak listrikggl -Listrik yang dihasilkan oleh generator dinaikkan tegangannya menggunakan trafo
step up agar energi listrik yang dihasilkan sampai kebeban
-Energi listrik yang di hasilkan ditransmisikan ke gardu indukGI -Beban tegangan listrik diturunkan kembali dengan menggunakan trafo step down jumlah
lilitan sisi primer lebih banyak dari jumlan lilitan sisi sekunder
Terminate with: Tegangan listrik dari GI Gardu induk yang telah di
step down, kemudian ditransmisikan ke trafo distribusi untuk disalurkan kepada konsumen atau pelanggan
Gambar 5.5. Gambaran Luas Batasan boundary overview
RCM-Systems Analysis Step 2-1 System Boundary Defenition
Plant ID : Information : Boundary Overview
System ID: Plant
: Electricity Production facility
Rev no: System
: Electricity Production Unit IV
Date : 25042011 Analysts : David Hutabarat
System : Electricity Production unit IV
Sat, Dec 25, 2011 Sub system:
Step 2-1 Boundary Overview
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.4. Gambaran Luas Batasan boundary overview
Pendefenisian batasan sistem dilakukan dengan gambaran detail batasan booundary details seperti pada Gambar 5.5.
Gambar 5.7. Gambaran Luas Batasan boundary overview
Tipe Batasan Sistem
Lokasi Perhubungan
IN Atmosfere
Pengisian udara dimasukkan kedalam tangki udara start melalui saluran masuk intake manifold dialirkan ke turbocharger dengan
compresed air system mechine IN
Atmosfere Didalam turbocharger tekanan dan temperatur dinaikkan sebesar 500
psi dan suhu mencapai 600 C
IN Atmosfere
Udara yang bertekanan dan bertempertur tinggi dimasukkan kedalam ruang bakar Combustion chamber
IN Rotary
Mesin penggerak mula terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan udara murni yang dimamfaatkan didalam silinder
pada tekanan yang tinggi 35-50 atm. IN
Rotary Ledakan pada ruang bakar etrsebut menggerakkan torakpiston yang
kemudian poros engkol di rubah menjadi energy mekanis. IN
Rotary Poros engkol mesin digunakan untuk menggerakkan poros rotor
generator. OUT
Rotary Generator akan mengalami putaran untuk mengubah energy mekanis
menjadi energy listrik, sehingga terjadi gaya gerak listrikggl. OUT
Electricity Tegangan yang dihasilkan generator dinaikkan tegangannya
menggunakan trafo step up agar energy listrik yang dihasilkan sampai kebeban
OUT Electricity
Energi listrik yang di hasilkan di transmisikan ke gardu indukGI OUT
Electricity Beban tegangan listrik di turunkan kembali dengan menggunakan trafo
step down jumlah lilitan sisi primer lebih banyak dari jumlan lilitan sisi sekunder
OUT Electricity
Dari GI di transmisikan ke GI distribusi untuk di salurkan kepada konsumen atau pelanggan
N Gambar 5.8. Gambaran Detail Batasan
boundary details
Gambar 5.5. Gambaran Detail Batasan boundary details
System : Electricity Production unit IV
Sat, Dec 25, 2011 Sub system:
Step 2-1 Boundary Overview RCM-Systems Analysis
Step 2-1 System Boundary Defenition Plant ID :
Information : Boundary Details
System ID: Plant
: Electricity Production facility
Rev no: System
: Electricity Production unit IV
Date : 25042011 Analysts :
David Hutabarat
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.3. Deskripsi Sistem dan Blok Fungsi
Pada tahap ketiga, ada beberapa item yang dikembangkan yaitu: deskripsi sistem System Description, blok diagram fungsi, system work breakdown
structure SWBS, data historis peralatan. Pada tahap deskripsi sistem dapat di lihat pada gambar 5.6
A. Deskripsi Sistem
System Description
Sistem udara start :
Udara yang dibutuhkan mesin untuk menstart mula-mula dipompakan ke tabung udara oleh kompresor yang digerakkan motor induksi. Selanjutnya udara tersebut akan
melalui regulator yang akan menaiikkan dan menurunkan tekanannya sebesar tekanan yang dibutuhkan, kemudian akan dipompakan ke starting air distribusi yang kemudian menggerakkan
piston dari posisi diam sebelum terjadinya langkah pembakaran pada mesin penggerak mula. Gambaran Fungsi
Fungsional Description
Prime Mover Penggerak mula: - Didalam mesin diesel terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan udara murni
yang dimanfaatkan di dalam silinder pada tekanan yang tinggi 35 - 50 atm, sehingga temperatur di dalam silinder naik.
- Ledakan pada ruang bakar tersebut menggerak torakpiston yang kemudian pada poros engkol dirubah menjadi energi mekanis.
Generator system: - Poros engkol mesin diesel digunakan untuk menggerakan poros rotor generator. Oleh generator
energi mekanis ini dirubah menjadi energi listrik sehingga terjadi gaya gerak listrik ggl. - Tegangan yang dihasilkan generator dinaikan tegangannya menggunakan trafo step up agar
energi listrik yang dihasilkan sampai kebeban. - Energi listrik yang di hasilkan di transmisikan ke gardu indukGI.
- Beban tegangan listrik di turunkan kembali dengan menggunakan trafo step down jumlah lilitan sisi primer lebih banyak dari jumlan lilitan sisi sekunder.
- Dari GI di transmisikan GI distribusi untuk di salurkan kepada konsumen atau pelanggan Pada sistem mesin diesel unit 4, tidak memiliki redundansi.
Segi Redundansi
Instrumen yang digunakan pada sistem ini adalah electromechanical timers yang disediakan pada mesin diesel pada sistem pemanasan pada mesin diesel dan sensor.
Instument
Gambar 5.6. Deskripsi Sistem System Description
RCM-Systems Analysis Step 3-1 System Description
Plant ID : Information :
Boundary Details System ID:
Plant :
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel facility Rev no:
System :
Proses PLTD di mesin Unit IV Date : 7022001
Analysts : David Hutabarat
System : Proses PLTD di mesin Unit IV Sat, April 25,
2011 Sub system:
Step 3-1 System Description
Universitas Sumatera Utara
B. Blok Diagram Fungsi
Blok diagram fungsi merupakan diagram yang mengilustrasikan sistem proses yang komplit. Diagram ini, membantu untuk memvisualisasikan struktur
fungsi sistem dengan jelas. Blok diagram fungsi Proses PLTD di mesin Unit IV dapat dilihat pada Gambar 5.7. adalah:
Mechine Compresed Air System Mechine Enterprise
Generator System Tekanan udara 200 Bar
Energi Mekanis Gerakan berputar
Listrik
Air
Gambar 5.7. Blok diagram fungsi Electicity Prouction
1. Mechine Compresed Air System
Sistem udara bertekanan berfungsi menyuplai kebutuhan udara bertakanan untuk mesin baik untuk proses starting dan berguna untuk menstart mesin
Menggerakkan piston dalam keadaan diam sebelum terjadinya langkah pembakaran pada mesin.
2. Mesin Enterprise
Mesin Enterprise sebagai penggerak mula pembangkit listrik tenaga diesel yang berfungsi menghasilkan tenaga mekanis yang dipergunakan untuk memutar
rotor generator. Mesin diesel adalah sejenis motor bakar yang penyalaannya dengan cara bahan bakar diinjeksikan kedalam silinder, yang berisi tekanan udara
Universitas Sumatera Utara
dalam silinder mesin maka suhu udara meningkat, sehingga ketika bahan bakar dalam bentuk kabut halus bersinggungan dan bercampur dengan udara panas ini
mulai terbakar sendiri. Adapun spesifikasi mesin enterprise adalah: Jumlah silinder : 12
Daya P : 5732 Hp Putaran n : 429 rpm
Diameter silinder : 17 inchi 431,8 mm Langkah torak : 21 inchi 533,4 mm
Firing order : 1L – 6R – 2L – 5R – 4L – 3R 6L – 1R – 5L – 2R – 3L – 4R
3. Generator
Generator yang digunakan di PLTD Titi kuning adalah generator sinkron. Generator sinkron berfungsi untuk megubah energi mekanik menjadi energi
listrik. Generator sinkron bekerja pada prinsip induksi elektro magnet. Generator ini memiliki konstruksi yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang berputar
rotor dan bagian yang diam stator. Yang termasuk stator adalah rangka, komponen magnet dan kumparan sikat. Sedangkan yang termasuk rotor adalah
jangkar, kumparan jangkar dan komutator.
Data teknis generator yang dipakai pada PLTD Titi Kuning adalah: Type : SAB FRAME M-9
KW : 4141 KW KVA : 5176,2 KVA
Universitas Sumatera Utara
Tegangan :7000 Volt Rpm : 429 Rpm
Arus : 427 Ampere Field : 250 Volt
Frekwensi : 50 Hz Power factor : 0,8
C. System Work Breakdown Structure SWBS
Pada SWBS ini, akan menjabarkan komponen-komponen yang spesifik yang diasosiasikan dari masing-masing subsistem fungsi. Penguraian bagian dari
unit proses dapat dilihat pada Gambar 5.8.
Electricity Production A
Subsistem Level I
Unit Proses Level II
Komponen Level III
B
C A.1.
A.2. A.3.
Gambar 5.8. System Work Breakdown Structure SWBS
Susunan daftar peralatan akan lebih akurat, terstruktur dan mempermudah aktivitas penelusuran peralatan proses PLTD di mesin unit IV dengan melakukan
pengkodean. Pengkodean yang dilakukan pada Proses PLTD di mesin pembangkit unit IV adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Huruf abjad melambangkan nama fungsi unit proses produksi energi listrik di mesin pembangkit unit IV :
a. Huruf A adalah fungsi coompresed air system untuk menyuplai tekanan udara pada mesin untuk saat proses starting.
b. Huruf B adalah fungsi mesin enterprise sebagai penggerak mula menghasilkan tenaga mekanis yang dipergunakan untuk memutar rotor
generator. c. Huruf C adalah fungsi generator untuk mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. 2. Angka yang mengikuti huruf melambangkan nama komponen utama yang
sering mengalami kerusakan dari setiap mesin antara lain: a. Compresed Air System Mechine
1. Fan belt 2. Torak
3. Pully 4. Seal
b. Mesin Enterprise 1. Cilynderhead
2. Conroad bearing 3. Flywheel
4. Cramsaft 5. Conecting rod
6. Turbocharger
Universitas Sumatera Utara
c. Generator System 1. Slip ring
2. Rator 3. Stator
Komponen-komponen utama yang mengalami breakdown di sistem electricity production di PLTD titi kuning dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4. System Work Breakdown Structure Mesin Pembangkit
Kode Nama Major Components
Kode Nama Part
A Mesin Compresed Air System
A.1. Fan belt
A.2. Torak
A.3. Seal
A.4. Pully
B. Mesin Enterprise
B.1. Cilynderhead
B.2. Conroad bearing
B.3. Flywheel
C Generator System
C.1. Rotor
C.2. Stator
C.3. Slip ring
Sumber: PLTD Titi kuning
Gambar 5.9. berikut akan ditunjukkan penguraian bagian-bagian setiap unit proses yang ada pada produksi pada mesin pembangkit unit IV secara garis
besar.
Universitas Sumatera Utara
Mesin PLTD Unit IV
Mesin Compresed Air System Mesin Enterprise
Generator System 1.Torak
2.Ring Piston 3.Seal
4 Fan belt 5.Pulley
1.Turbocharger 2.Cylinderhead
3.Conroad bearing 4.Conecting rod
5.Flywheel 6.Crankshaft
7.Camshaft 8.Crankcase
9.Piston 1.Stator
2.Rangka stator 3.Sikat
4.Rotor 5.Slip ring
6.jangkar 7.Kumparan jangkar
8.Komutator
Gambar 5.9. System Work Breakdown Structure SWBS Electricity
Production Unit IV
D. Data Historis Peralatan
Data historis peralatan dapat diperoleh dari kegagalan fungsi mesin pembangkit pada electricity production unit IV, PLTD titi kunig medan. Data
historis kerusakankagagalan komponen mesin pembangkit dapat dilihat di Lampiran-1.
5.2.2.4. Pendeskripsian Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi
Merupakan suatu tahapan yang dilakukan untuk mengetahui sistem tersebut bekerja sesuai dengan harapan atau tidak. Deskripsi fungsi sistem untuk
mengetahui masukan ataupun keluaran bekerja sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan deskripsi kegagalan fungsi untuk mengetahui masukan ataupun
keluaran yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas penelusuran data akan lebih terstruktur dan mudah dilakukan dengan pengkodean fungsi dan kegagalan fungsi. Pengkodean fungsi dan
kegagalan fungsi dilakukan dengan keterangan sebagai berikut: 1. Angka pertama melambangkan nama unit proses
2. Angka kedua melambangkan fungsi unit proses 3. Angka ketiga melambangkan kegagalan fungsi unit proses
Contoh pengkodean fungsi dan kegagalan fungsi 1.1.
yaitu pendeskripsian fungsi dari unit proses mechine compresed air system yakni sebagai menyuplai kebutuhan udara bertakanan untuk mesin
enterprise baik untuk proses starting. 1.1.1. yaitu pendeskripsian kegagalan fungsi dari unit mechine compresed air
system yakni instalasi pipa udara dimana conector sensor udara patah mengakibatkan supply udara kepanel control terhenti.
Tabel 5.5 berikut ini adalah pendeskripsian fungsi dan kegagalan fungsi untuk setiap fungsional electricity production pada mesin pembangkit listrik
tenaga diesel unit 4.
Tabel 5.5. Fungsi dan Kegagalan Fungsi Machining Area
No. Fungsi
No. Kerusakan Fungsi
Uraian Fungsi atau Kegagalan Fungsi
1.1. Melakukan proses pengisian pada tabung udara
1.1.1. Gangguan compressor listrik di bagian instalasi pipa udara
dimana conector sensor udara patah mengakibatkan supply udara ke panel kontrol terhenti
2.1. Melakukan proses prime moverpenggerak mula
2.1.1. Tekanan minyak pelumas terlalu rendah dan suhu air
pendingin atau suhu bantalan terlalu tinggi 2.1.2.
Flywheel tidak bergerak
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Fungsi dan Kegagalan Fungsi Machining Area Lanjutan
No. Fungsi
No. Kerusakan Fungsi
Uraian Fungsi atau Kegagalan Fungsi
3.1. Proses perubahan energi mekanis menjadi listrik pada
generator 3.1.1.
Penguatan hilang karena generator mengalami out of step 3.1.2.
Gangguan pada stator 3.1.3.
Gangguan pada rotor
Sumber: PLTD Titi kuning medan
5.2.2.5. Penyusunan Failure Mode and Effect Analysis FMEA
Tahap awal dari penyusunan failure mode and effect analysis adalah untuk melengkapi matriks peralatan dan kegagalan fungsi. Matriks ini dibuat dengan
mengkombinasikan daftar SWBS dengan informasi kegagalan fungsi. Matriks ini menjadi petunjuk dalam pembuatan FMEA.
A. Matriks Peralatan dan Kegagalan Fungsi
Matriks Item dan kegagalan fungsi menunjukkan hubungan antara kegagalan fungsi yang disebabkan oleh kegagalan komponen mesin. Tabel 5.6
berikut ini merupakan matriks item dengan kegagalan fungsi.
Tabel 5.6. Matriks MesinPeralatan dan Kegagalan Fungsi Item
No. MachinePeralatan
Nomor Kegagalan Fungsi 1.1.1.
2.1.1. 2.1.2
3.1.1. 3.1.2
3.1.3.
1 Mesin Compresed Air System
x 2
Mesin enterprise X
x 3
Generator system x
x x
Universitas Sumatera Utara
B. Failure Mode and Effect Analysis FMEA
Failure mode dan analisis FMEA memfokuskan pada penyebab kerusakan dan mekanisme terjadinya kerusakan seperti mode kegagalan, penyebab
kegagalan, dampak kegagalan yang ditimbulkan. Hal utama dari FMEA adalah Risk Priority Number RPN. RPN merupakan produk matematis dari keseriusan
effect severity, kemungkinan terjadi cause akan menimbulkan kegagalan yang berhubungan dengan effect occurance, dan kemampuan untuk mendeteksi
kegagalan sebelum terjadi detection. RPN dapat ditunjukan dengan persamaan sebagai berikut:
RPN = severity x occurance x detection
Nilai RPN yang dihasilkan menunjukkan tingkat prioritas perbaikan untuk area yang terdapat dalam system. Pada bagian kolom FMEA terdapat informasi
mengenai nama bagian mesin yang dideteksi kerusaknnya, mode kerusakan penyebab kerusakan, pengaruh pada tiga area yaitu lokal pada bagian item itu
sendiri, unit proses, dan Electricity production. Pengisian tabel FMEA dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Komponen yang mengalami kerusakan adalah torak.
2. Mode kegagalan adalah tekanan dan temperatur rendah sehinnga terjadi
pembakaran yang tidak sempurna 3.
Penyebab kegagalan adalah kebocoran pada crown 4.
Efek kegagalan yang ditimbulkan: a. Local : Tekanan udara tidak bisa di supplay ke mesin penggerak mula
b. Unit Proses : Mesin Compresed Air System OFF
Universitas Sumatera Utara
c. Electricity Production : Electricity Production ON 5.
Tingkat Severity: Kehilangan fungsi utama 8 6.
Tingkat Occurence: lebih kecil dari 5 per 7200 jam pemakaian 2 7.
Tingkat Detection: Kemampuan mendeteksi kegagalan rendah 6 8.
Nilai RPN: 8 x 2 x 6 = 96 Nilai RPN dapat diprediksi komponen mana yang kritis, yang sering rusak
dan jika terjadi kerusakan pada komponen tersebut maka sejauh mana pengaruhnya terhadap fungsi sistem secara keseluruhan, sehingga dapat
memberikan perilaku lebih terhadap komponen tersebut dengan tindakan perawatan yang tepat. Berdasarkan hasil perhitungan RPN diperoleh bahwa nilai
RPN tertinggi adalah pada Cilynderhead, Bearing Conrod, Logic control board dan Turbocharger. Oleh sebab itu, perlu adanya perhatian khusus pada
komponen-komponen tersebut. Penyusunan FMEA Failure Mode and Effect Analysis untuk Electricity production dapat dilihat pada lampiran-3
5.2.2.6. Logic Tree Analysis LTA
Penyusunan Logic Tree Analysis LTA memiliki tujuan untuk memberikan prioritas pada tiap mode kerusakan dan melakukan tinjauan dan
fungsi, kegagalan fungsi sehingga status mode kerusakan tidak sama. Prioritas suatu mode kerusakan dapat diketahui dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang telah disediakan dalam LTA ini. Pada bagian kolom tabel LTA mengandung informasi mengenai nomor
dan nama kegagalan fungsi, nomor dan mode kerusakan, analisis kekritisan dan
Universitas Sumatera Utara
keterangan tambahan yang dibutuhkan. Analisis kekritisan menempatkan setiap mode kerusakan ke dalam satu dari empat kategori. Empat hal yang penting dalam
analisis kekritisan yaitu sebagai berikut: - Evident, yaitu apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah terjadi
ganguan dalam sistem? - Safety, yaitu apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan?
- Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian mesin terhenti?
- Category, yaitu pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan. Pada bagian ini komponen terbagi dalam 4
kategori, yakni: 1. Kategori A Safety problem
2. Kategori B Outage problem 3. Kategori C Economic problem
4. Kategori D Hidden failure Pengisian tabel LTA dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.1.1. Tekanan udara tidak bisa di suplay ke mesin Kebocoran pada crown 1.
Komponen yang mengalami kerusakan adalah torak 2.
Mode kerusakan adalah tekanan dan temperatur rendah sehingga terjadi pembakaran yang tidak sempurna
3. Analisis Kekritisan mode kerusakan :
1. Evident : N
2. Safety : N
Universitas Sumatera Utara
3. Outage : Y
4. Category : DB
Penyusunan LTA Logic Tree Analysis untuk Mesin Compresed Air System dapat dilihat pada Lampiran-3. Berikut gambar 5.10. Flowchart
penyusunan Logic Tree Analysis komponen torak.
Failure Mode Tekanan udara tidak bisa di supplay
ke mesin Kebocoran pada crown
Pada kondisi normal apakah operator
mengetahui sesuatu dudah terjadi?
Apakah mode kegagalan kegagalan menyebabkan
masalah keselamatan? Hidden Failure
Safety Problem Apakah mode kegagalan
mengakibatkan seluruh sebagian sistem terhenti?
Outage Problem Kecil kemungkinan
economic Problem
D
A
B C
YA TIDAK
YA TIDAK
TIDAK YA
Return to the logic tree to ascertain if the failure is in
A, B, or C
Gambar 5.10. Flowchart Penyusunan LTA Logic Tree Analysis Komponen
Torak
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.7.Pemilihan Tindakan
Pemilihan tindakan adalah langkah terakhir dalam proses RCM Reliability Centered Maintenance. Dalam proses ini akan ditentukan tindakan
yang tepat dalam menanggulangi mode kerusakan tertentu. Jika tugas pencegahan secara teknis tidak menguntungkan untuk dilakukan, tindakan standar yang harus
dilakukan bergantung pada konsekuensi kegagalan yang terjadi. Pemilihan tindakan didasari dengan menjawab pertanyaan penuntun selection guide yang
disesuiakan pada road map pemilihan tindakan. Pengisian tabel pemilihan tindakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.1.1. Tekanan udara tidak bisa di suplay ke mesin Kebocoran pada crown 1. Komponen yang mengalami kerusakan adalah torak
2. Gejala yang mungkin dapat di identifikasi adalah tekanan dan temperatur
rendah sehingga terjadi pembakaran yang tidak sempurna 3.
Selection guide mode kerusakan torak tidak berfungsi dengan baik : 1. Apakah hubungan kerusakan dengan age reliability diketahui? : N
2. Apakah tindakan TD bisa digunakan? : N
3. Apakah tindakan CD dapat digunakan? : Y
4. Apakah termasuk dalam mode kerusakan D? : Y
5. Apakah tindakan F.F dapat digunakan : Y
6. Apakah tindakan yang dipilih efektif? : Y
7. Pertanyaan 7 dilewat 4.
Selection Task : CD Condition Derected
Universitas Sumatera Utara
Penyusunan pemilihan tindakan untuk mesin diesel unit 4 dapat dilihat pada Lampiran-4. Berikut gambar 5.11 Flowchart pemilihan tindakan perwatan
komponen torak.
Apakah umur kehandalan untuk kerusakan ini diketahui?
Apakah T.D task dapat dipakai?
Tentukan T.D task?
Apakah C.D task dapat dipakai Tentukan C.D task?
Apakah mode kegagalan termasuk kategori ‘D’?
Apakah F.F task dapat dipakai
Tentukan F.F task?
Apakah dari antara task ini efektif?
Tentukan T.DC.DF.F task
Dapatkah sebuah desain modifikasi mengeliminasi mode kegagalan
dan efeknya? Menerima resiko
kegagalan Desain modifikasi
1
2
3
4
5
6
7
YA Sebagian
YA
YA
YA
YA
YA YA
TIDAK TIDAK
TIDAK
TIDAK TIDAK
TIDAK
TIDAK
Gambar 5.11 . Flowchart Pemilihan Tindakan Perwatan Komponen Torak
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Penentuan Pola Distribusi dan Reliability
Berdasarkan hasil analisis RCM pada mesin pembangkit listrik, maka komponen akan diuji pola distribusinya. Untuk pemilihan pola distribusi
kerusakan dilakukan dengan menggunakan data selang waktu antar kerusakan dari komponen paling kritis. Komponen tersebut anatara lain: Cylinderhead, Conrod
bearing, Logic control board, dan Turbocharger. Distribusi yang digunakan adalah distribusi normal, lognormal, eksponensial dan weibull. Pemilihan pola
distribusi dilakukan dengan memilih index of fit r terbesar. Dan kemudian ditentukan nilai Reliability adalah komponen yang tindakan perawatannya bersifat
waktu Time Directed TD.
A. Pengujian Pola Distribusi Kerusakan Komponen
Cylinderhead
Berikut ini adalah perhitungan untuk mendapatkan distribusi kerusakan komponen Cylinderhead.
1. Distribusi Normal Langkah awal adalah menghitung nilai tengah kerusakan median rank. Nilai
ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
4 .
3 .
+ −
= n
i t
F 052
, 4
. 13
3 .
1 =
+ −
= t
F Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
normal. - X
i
= t
i
= 93 -
Yi = Zi = Ф
-1
Fti diperoleh nilai Y
1
= Ф
-1
0.052 = -1.624, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.7. berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Normal pada
Komponen Cylinderhead
I ti
xi F ti
yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 93
93 0.052
-1.624 286.113
2389.001 0.203
2 134
134 0.127
-1.141 154.342
1406.704 0.100
3 148
148 0.201
-0.836 101.385
1130.516 0.054
4 158
158 0.276
-0.594 66.116
951.701 0.027
5 224
224 0.351
-0.383 17.337
157.366 0.011
6 239
239 0.425
-0.188 5.688
70.296 0.003
7 264
264 0.500
0.000 0.000
2.104 0.000
8 265
265 0.575
0.188 -0.796
1.376 0.003
9 350
350 0.649
0.383 30.960
501.830 0.011
10 379
379 0.724
0.594 65.248
926.881 0.027
11 384
384 0.799
0.836 95.982
1013.243 0.054
12 393
393 0.873
1.141 141.263
1178.386 0.100
13 469
469 0.948
1.624 324.331
3069.850 0.203
Total 3500
3500 6.5
0.00 1287.970
12799.254 0.796
Index of Fit adalah:
982 .
932 .
100 075
. 99
0.892 x
113.134 075
. 99
0.796 12799.254
1287.970 13
1 -
- -
- 1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
2. Distribusi Lognormal Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
lognormal. - X
i
= ln t
i
= ln 93= 4.533 -
Yi = Zi = Ф
-1
Fti diperoleh nilai Y
1
= Ф
-1
0.052 = -1.624, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.8. berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Lognormal pada
Komponen Cylinderhead
i ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 93
4.533 0.052
-1.624 1.437
0.071 0.172
2 134
4.898 0.127
-1.141 0.683
0.027 0.101
3 148
4.997 0.201
-0.836 0.510
0.019 0.082
4 158
5.063 0.276
-0.594 0.406
0.014 0.069
5 224
5.412 0.351
-0.383 0.031
0.001 0.011
6 239
5.476 0.425
-0.188 0.004
0.000 0.005
7 264
5.576 0.500
0.000 -0.004
0.001 0.000
8 265
5.580 0.575
0.188 -0.003
0.001 0.000
9 350
5.858 0.649
0.383 0.251
0.010 0.036
10 379
5.938 0.724
0.594 0.415
0.015 0.067
11 384
5.951 0.799
0.836 0.446
0.016 0.073
12 393
5.974 0.873
1.141 0.506
0.018 0.085
13 469
6.151 0.948
1.624 1.116
0.033 0.221
Total 3500 71.405
6.5 71.405
5.363 0.226
0.796
Index of Fit adalah:
974 ,
424 .
413 .
0.892 x
0.475 413
. 0.796
0.226 5.363
13 1
- -
- -
1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
3. Distribusi Eksponensial Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
eksponensial. - X
i
= t
i
= 93 - Yi =
t F
- 1
1 ln
i
, diperoleh nilai Yi = 054
. 052
. -
1 1
ln =
, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.9. berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Eksponensial pada
Komponen Cylinderhead
I ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 93
93 0.052
0.054 156.262
2389.022 0.060
2 134
134 0.127
0.136 108.817
1406.720 0.050
3 148
148 0.201
0.225 86.720
1130.531 0.039
4 158
158 0.276
0.323 68.653
951.714 0.029
5 224
224 0.351
0.432 22.996
157.371 0.020
6 239
239 0.425
0.554 11.678
70.300 0.011
7 264
264 0.500
0.693 1.293
2.105 0.005
8 265
265 0.575
0.855 0.362
1.377 0.001
9 350
350 0.649
1.048 8.670
501.821 0.001
10 379
379 0.724
1.287 38.043
926.868 0.009
11 384
384 0.799
1.602 75.938
1013.229 0.034
12 393
393 0.873
2.065 139.152
1178.371 0.097
13 469
469 0.948
2.952 401.854
3069.827 0.311
Total 3500
3500 6.5
12.225 1120.439
12799.254 0.668
Index of Fit adalah:
932 .
45742 .
92 18763
. 86
0.81724 x
113.1338 18763
. 86
0.668 12799.254
439 .
1120 13
1 -
- -
- 1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
4. Distribusi Weibull Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
weibull. - X
i
= ln t
i
= 93 - Yi = ln
t F
- 1
1 ln
i
, diperoleh nilai Yi = ln 925
. 2
052 .
- 1
1 ln
− =
, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Weibull pada
Komponen Cylinderhead
I ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 93
4.533 0.052
-2.925 2.297
0.071 0.440
2 134
4.898 0.127
-1.998 0.872
0.027 0.165
3 148
4.997 0.201
-1.492 0.475
0.019 0.071
4 158
5.063 0.276
-1.130 0.257
0.014 0.027
5 224
5.412 0.351
-0.839 0.025
0.001 0.007
6 239
5.476 0.425
-0.591 0.001
0.000 0.000
7 264
5.576 0.500
-0.367 0.014
0.001 0.002
8 265
5.580 0.575
-0.157 0.033
0.001 0.011
9 350
5.858 0.649
0.047 0.211
0.010 0.026
10 379
5.938 0.724
0.252 0.349
0.015 0.047
11 384
5.951 0.799
0.471 0.460
0.016 0.077
12 393
5.974 0.873
0.725 0.605
0.018 0.122
13 469
6.151 0.948
1.082 1.062
0.033 0.201
Total 3500
71.405 6.5
-6.920 6.661
0.226 1.197
Index of Fit adalah:
986 .
519676 .
512376 .
1.09412 0.474972x
512376 .
1.197 0.226
661 .
6 13
1 -
- -
- 1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
Berikut adalah tabel 5.11. rekapitulasi perhitungan index of fit untuk pola distribusi waktu selang waktu kerusakan komponen Cylinderhead.
Tabel 5.11. Rekapitulasi Perhitungan Perhitungan Index of Fit
Komponen Cylinderhead
Distribusi Index of Fit r
Terpilih
Normal 0.982
Lognormal 0.974
Eksponensial 0.932
Weibull 0.986
Weibull
Universitas Sumatera Utara
B. Pengujian Pola Distribusi Kerusakan Komponen
Bearing Conrod
Berikut ini adalah perhitungan untuk mendapatkan distribusi kerusakan komponen Bearing Conrod.
1. Distribusi Normal Langkah awal adalah menghitung nilai tengah kerusakan median rank. Nilai
ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
4 .
3 .
+ −
= n
i t
F 067
. 4
. 10
3 .
1 =
+ −
= t
F Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
normal. - X
i
= t
i
= 123 -
Yi = Zi = Ф
-1
Fti diperoleh nilai Y
1
= Ф
-1
0.067 = -1.496, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.12. berikut.
Tabel 5.12. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Normal pada
Komponen Bearing Conrod
I ti
xi F ti
yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 123
123 0.067
-1.496 270.803
3276.100 0.224
2 153
153 0.163
-0.980 148.030
2280.100 0.096
3 184
184 0.260
-0.645 77.344
1440.000 0.042
4 262
262 0.356
-0.370 15.531
176.400 0.014
5 287
287 0.452
-0.121 2.054
28.900 0.001
6 347
347 0.548
0.121 5.195
184.900 0.001
7 363
363 0.644
0.370 21.818
348.100 0.014
8 435
435 0.740
0.645 84.434
1716.100 0.042
9 443
443 0.837
0.980 136.266
1932.100 0.096
10 443
443 0.933
1.496 207.964
1932.100 0.224
Total 3040
3040 5
0.000 969.437
13314.8 0.753
Index of Fit adalah:
Universitas Sumatera Utara
968 .
147 .
100 944
. 96
0.868 115.390x
944 .
96 0.753
13314.8 437
. 969
10 1
- -
- -
1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
2. Distribusi Lognormal Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
lognormal. - X
i
= ln t
i
= ln 123 = 4.812 -
Yi = Zi = Ф
-1
Fti diperoleh nilai Y
1
= Ф
-1
0.067 = -1.496, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.13. berikut.
Tabel 5.13. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Lognormal pada
Komponen Bearing Conrod
I Ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 123
4.812 0.067
-1.496 1.222
0.0667 0.2238
2 153
5.030 0.163
-0.980 0.587
0.0358 0.0961
3 184
5.215 0.260
-0.645 0.267
0.0172 0.0415
4 262
5.568 0.356
-0.370 0.022
0.0004 0.0137
5 287
5.659 0.452
-0.121 -0.004
0.0001 0.0015
6 347
5.849 0.548
0.121 0.027
0.0048 0.0015
7 363
5.894 0.644
0.370 0.098
0.0070 0.0137
8 435
6.075 0.740
0.645 0.288
0.0199 0.0415
9 443
6.094 0.837
0.980 0.455
0.0216 0.0961
10 443
6.094 0.933
1.496 0.695
0.0216 0.2238
Total 3040 56.292
5 0.000
3.657 0.1951
0.753
Index of Fit adalah:
Universitas Sumatera Utara
954 .
383 .
366 .
0.868 x
0.442 366
. 0.753
0.1951 657
. 3
10 1
- -
- -
1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
3. Distribusi Eksponensial Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
eksponensial. - X
i
= t
i
= 123 - Yi =
t F
- 1
1 ln
i
, diperoleh nilai Yi = 0697
. 0673
. -
1 1
ln =
, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.14. berikut.
Tabel 5.14. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Eksponensial pada
Komponen Bearing Conrod
I Ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 123
123 0.0673
0.0697 155.278
3276.1 0.0736
2 153
153 0.1635
0.1785 113.112
2280.1 0.0561
3 184
184 0.2596
0.3006 75.238
1440 0.0393
4 262
262 0.3558
0.4397 20.491
176.4 0.0238
5 287
287 0.4519
0.6013 5.546
28.9 0.0106
6 347
347 0.5481
0.7942 -5.733
184.9 0.0018
7 363
363 0.6442
1.0335 6.248
348.1 0.0011
8 435
435 0.7404
1.3486 55.149
1716.1 0.0177
9 443
443 0.8365
1.8112 122.821
1932.1 0.0781
10 443
443 0.9327
2.6985 246.156
1932.1 0.3136
Total 3040
3040 5
9.2757 794.3072
13314.8 0.6158
Index of Fit adalah:
Universitas Sumatera Utara
877 .
54803 .
90 43072
. 79
0.784715 x
115.3898 43072
. 79
0.6158 13314.8
794.3072 7
1 -
- -
- 1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
4. Distribusi Weibull Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
weibull. - X
i
= ln t
i
= ln 123 = 4.812 - Yi =ln
t F
- 1
1 ln
i
, diperoleh nilai Yi =ln 664
. 2
067 .
- 1
1 ln
− =
, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.15. berikut.
Tabel 5.15. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Weibull pada
Komponen Bearing Conrod
I ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 123
4.812 0.067
-2.664 1.74892
0.06674 0.45827
2 153
5.030 0.163
-1.723 0.71856
0.03585 0.14404
3 184
5.215 0.260
-1.202 0.28122
0.01716 0.04609
4 262
5.568 0.356
-0.822 0.01816
0.00037 0.00891
5 287
5.659 0.452
-0.509 0.00044
0.00009 0.00002
6 347
5.849 0.548
-0.230 0.06445
0.00485 0.00857
7 363
5.894 0.644
0.033 0.14749
0.00704 0.03092
8 435
6.075 0.740
0.299 0.36683
0.01991 0.06759
9 443
6.094 0.837
0.594 0.51879
0.02157 0.12479
10 443
6.094 0.933
0.993 0.70395
0.02157 0.22977
Total 3040
56.292 5
-5.231 4.56881
0.19514 1.11897
Index of Fit adalah:
Universitas Sumatera Utara
978 .
467283 .
456881 .
1.057814 0.441744x
456881 .
1.11897 0.19514
56881 .
4 10
1 -
- -
- 1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
Berikut adalah tabel 5.16. rekapitulasi perhitungan index of fit untuk pola distribusi waktu selang waktu kerusakan komponen Bearing Conrod .
Tabel 5.16. Rekapitulasi Perhitungan Index of Fit
Komponen Conrod Bearing
Distribusi Index of Fit r
Terpilih
Normal 0.968
Lognormal 0.954
Eksponensial 0.877
Weibull 0.978
Weibull
C. Pengujian Pola Distribusi Kerusakan Komponen
Control Logic Board
Berikut ini adalah perhitungan untuk mendapatkan distribusi kerusakan komponen Control Logic Board.
1. Distribusi Normal Langkah awal adalah menghitung nilai tengah kerusakan median rank. Nilai
ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
4 .
3 .
+ −
= n
i t
F 095
. 4
. 7
3 .
1 =
+ −
= t
F Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
normal. - X
i
= t
i
= 95
Universitas Sumatera Utara
- Yi = Zi = Ф
-1
Fti diperoleh nilai Y
1
= Ф
-1
0.095 = -1.313, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.17. berikut.
Tabel 5.17. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Normal pada
Komponen Control Logic Board
I ti
xi F ti
yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 95
95 0.095
-1.313 80.655
539.068 0.246
2 95
95 0.230
-0.740 45.441
539.068 0.078
3 99
99 0.365
-0.345 19.841
471.149 0.017
4 141
141 0.500
0.000 0.000
34.006 0.000
5 161
161 0.635
0.345 1.579
2.985 0.017
6 179
179 0.770
0.740 16.697
72.781 0.078
7 325
325 0.905
1.313 221.331
4059.474 0.246
Total 1095
1095 3.5
0.000 385.544
5718.531 0.683
Index of Fit adalah:
881 .
496 .
62 078
. 55
0.826 x
75.621 078
. 55
0.683 5718.531
385.544 7
1 -
- -
- 1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
2. Distribusi Lognormal Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
lognormal. - X
i
= ln t
i
= 4.554 -
Yi = Zi = Ф
-1
Fti diperoleh nilai Y
1
= Ф
-1
0.095 = -1.313, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.18. berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.18. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Lognormal pada
Komponen Control Logic Board
i Ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 95
4.554 0.095
-1.313 0.531
0.023 0.246
2 95
4.554 0.230
-0.740 0.299
0.023 0.078
3 99
4.595 0.365
-0.345 0.125
0.019 0.017
4 141
4.949 0.500
0.000 0.000
0.000 0.000
5 161
5.081 0.635
0.345 0.043
0.002 0.017
6 179
5.187 0.770
0.740 0.170
0.008 0.078
7 325
5.784 0.905
1.313 1.084
0.097 0.246
Total 1095 34.704
3.5 0.000
2.252 0.173
0.683
Index of Fit adalah:
937 .
343 .
322 .
0.826 x
0.415 322
. 0.683
0.173 252
. 2
7 1
- -
- -
1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
3. Distribusi Eksponensial Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
eksponensial. - X
i
= t
i
= 95 - Yi =
t F
- 1
1 ln
i
,
diperoleh nilai Yi = 099
. 095
. -
1 1
ln =
, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.19. berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Eksponensial pada
Komponen Control Logic Board
I ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 95
95 0.095
0.099 49.55032
539.0746 0.09295
2 95
95 0.230
0.261 39.62086
539.0746 0.05943
3 99
99 0.365
0.454 25.96265
471.1557 0.029197
4 141
141 0.500
0.693 3.284106
34.00772 0.006472
5 161
161 0.635
1.008 0.467285
2.984863 0.001493
6 179
179 0.770
1.471 12.74927
72.77858 0.04558
7 325
325 0.905
2.358 244.7912
4059.455 0.301251
Total 1095
1095 3.5
6.345 376.4257
5718.531 0.536372
Index of Fit adalah:
971 .
38283229 .
55 77509939
. 53
0.73237404 x
5 75.6209667
77509939 .
53 0.536372
5718.531 4257
. 376
7 1
- -
- -
1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
4. Distribusi Weibull Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
weibull. - X
i
= ln t
i
=ln 13 = 2,564949 - Yi = ln
t F
- 1
1 ln
i
,diperoleh nilai Yi = ln 97446
, 1
12963 ,
- 1
1 ln
− =
, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.20. berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.20. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Weibull pada
Komponen Control Logic Board
I ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 95
4.554 0.095
-1.343 0.728
0.023 0.463
2 95
4.554 0.230
-0.790 0.338
0.023 0.100
3 99
4.595 0.365
-0.367 0.102
0.019 0.011
4 141
4.949 0.500
0.008 -0.001
0.000 0.003
5 161
5.081 0.635
0.386 0.064
0.002 0.038
6 179
5.187 0.770
0.858 0.205
0.008 0.114
7 325
5.784 0.905
-3.556 1.128
0.097 0.267
Total 1095
34.704 3.5
-1.343 2.563
0.173 0.996
Index of Fit adalah:
883 .
415 .
366 .
0.998 x
0.415 366
. 0.996
0.173 563
. 2
7 1
- -
- -
1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
Berikut adalah tabel 2.21 rekapitulasi perhitungan index of fit untuk pola distribusi waktu selang waktu kerusakan komponen Control Logic Board.
Tabel 5.21. Rekapitulasi Perhitungan Perhitungan Index of Fit
Komponen Control Logic Board
Distribusi Index of Fit r
Terpilih
Normal 0.881
Lognormal 0.656
Eksponensial 0.971
Eksponensial
Weibull 0.883
D. Pengujian Pola Distribusi Kerusakan Komponen
Turbocharger
Berikut ini adalah perhitungan untuk mendapatkan distribusi kerusakan komponen Turbocharger.
Universitas Sumatera Utara
1. Distribusi Normal
Langkah awal adalah menghitung nilai tengah kerusakan median rank. Nilai ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
4 .
3 .
+ −
= n
i t
F 109
. 4
. 7
3 .
1 =
+ −
= t
F Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi
normal. - X
i
= t
i
= 97 -
Yi = Zi = Ф
-1
Fti diperoleh nilai Y
1
= Ф
-1
0.109 = -1.230, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.22 berikut.
Tabel 5.22. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Normal pada
Komponen Turbocharger
I ti
xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 97
97 0.109
-1.230 99.004
1080.042 0.252
2 98
98 0.266
-0.626 49.775
1053.375 0.065
3 110
110 0.422
-0.197 13.304
759.375 0.006
4 144
144 0.578
0.197 -6.603
187.042 0.006
5 151
151 0.734
0.626 -16.592
117.042 0.065
6 465
465 0.891
1.230 353.584
13776.042 0.252
Total 1065
1065 3
0.000 492.473
16972.917 0.648
Index of Fit adalah:
783 .
857 .
104 079
. 82
0.805 x
130.280 079
. 82
0.648 16972.917
472 .
492 6
1 -
- -
- 1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
Universitas Sumatera Utara
2. Distribusi Lognormal
Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi lognormal.
- X
i
= ln t
i
= ln 97 = 4.575 -
Yi = Zi = Ф
-1
Fti diperoleh nilai Y
1
= Ф
-1
0.109 = -1.230, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.23 berikut.
Tabel 5.23. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Lognormal pada
Komponen Turbocharger
i ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 97
4.575 0.109
-1.230 0.521
0.0299 0.252
2 98
4.585 0.266
-0.626 0.259
0.0284 0.065
3 110
4.700 0.422
-0.197 0.059
0.0148 0.006
4 144
4.970 0.578
0.197 -0.006
0.0001 0.006
5 151
5.017 0.734
0.626 0.012
0.0001 0.065
6 465
6.142 0.891
1.230 1.407
0.2181 0.252
Total 1065 29.989
3 0.000
2.251 0.2914
0.648
Index of Fit adalah:
864 .
434 .
4998 .
0.805 x
0.540 4998
. 0.648
0.2914 2.251
6 1
- -
- -
1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
3. Distribusi Eksponensial
Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi eksponensial.
- X
i
= t
i
= 97
Universitas Sumatera Utara
- Yi = t
F -
1 1
ln
i
, diperoleh nilai Yi = 116
. 109
. -
1 1
ln =
, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.24 berikut.
Tabel 5.24. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Eksponensial pada
Komponen Turbocharger
I ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 97
97 0.109
0.116 62.804
1080.042 0.101
2 98
98 0.266
0.309 46.688
1053.375 0.057
3 110
110 0.422
0.548 23.492
759.375 0.020
4 144
144 0.578
0.863 1.104
187.0417 0.000
5 151
151 0.734
1.326 -11.386
117.0417 0.031
6 465
465 0.891
2.213 378.630
13776.04 0.289
Total 1065
1065 3
5.374 501.3308
16972.92 0.499132
Index of Fit adalah:
908 .
04195 .
92 55514
. 83
0.706493 x
130.2801 55514
. 83
0.499132 16972.92
501.3308 6
1 -
- -
- 1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
4. Distribusi Weibull
Perhitungan index of fit dengan pendekatan linear regression pada distribusi weibull.
- X
i
= ln t
i
= ln 97 = 4.575 - Yi = ln
t F
- 1
1 ln
i
, diperoleh nilai Yi = ln 156
. 2
109 .
- 1
1 ln
− =
, untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.25 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.25. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Weibull pada
Komponen Turbocharger
I ti
Xi F ti
Yi xi -
x
yi -
y
xi -
x
2
n yi -
y
2
n
1 97
4.575 0.109
-2.156 0.7004
0.0299 0.456
2 98
4.585 0.266
-1.175 0.2785
0.0284 0.076
3 110
4.700 0.422
-0.602 0.0299
0.0148 0.002
4 144
4.970 0.578
-0.147 -0.0100
0.0001 0.021
5 151
5.017 0.734
0.282 0.0151
0.0001 0.102
6 465
6.142 0.891
0.794 1.4819
0.2181 0.280
Total 1065
29.989 3.000
-3.003 2.496
0.291 0.936
Index of Fit adalah:
796 .
522 .
416 .
0.968 x
0.540 416
. 0.936
0.291 2.496
6 1
- -
- -
1
∑ ∑
∑
1 2
1 2
1
= =
= =
=
= =
=
r n
y y
n x
x y
y x
x n
r
n i
i n
i i
n i
i i
Berikut adalah tabel 2.26 rekapitulasi perhitungan index of fit untuk pola distribusi waktu selang waktu kerusakan komponen Turbocharger.
Tabel 5.26. Rekapitulasi Perhitungan Perhitungan Index of Fit
Komponen Turbocharger
Distribusi Index of Fit r
Terpilih
Normal 0.783
Lognormal 0.864
Eksponensial 0.908
Eksponensial
Weibull 0.796
Universitas Sumatera Utara
5.2.3.1. Estimasi Parameter
Penentuanestimasi parameter didasarkan pada pola distribusi data yang diperoleh pada langkah penentuan pola distribusi data sebelumnya. Metode yang
digunakan adalah pendekatan least square method LSM dengan menggunakan Software Easy Fit Professional 5.2. Berikut adalah tabel 5.27. Rekapitulasi index
of fit untuk masing-masing distribusi.
Tabel 5.27. Rekapitulasi Index of Fit untuk Masing-masing Distribusi
Komponen Mesin Enterprise dan Parameter
Komponen Terpilih
Index of Fit r Parameter
Cylinderhead Weibull
0.986 σ = 2.1358 ; β=291.07
Bearing Conrod Weibull
0.978 σ = 2.1004 ; β=333.93
Control Logic board Eksponensial
0.971 λ =0.00639
Turbocharger Eksponensial
0.908 λ=0.00563
Sumber: Hasil Pengolahan data
5.2.3.2. Penentuan Konsep Keandalan
Penentuan konsep keandalan didasarkan pada distribusi yang diperoleh dari hasil pengujian dan parameter dari distribusi. Parameter ini yang digunakan untuk
menentukan nilai dari konsep keandalan dan grafik fungsi konsep reliability yaitu: 1. Probability density function fungsi kepadatan probabilitas, merupakan fungsi
keandalan yang menunjukkan bahwa kerusakan bisa terjadi secara terus menerus continuous dan bersifat probabilistik dalam selang waktu 0,
∞. 2. Comulative distribution function fungsi distribusi komulatif, merupakan
fungsi yang menyatakan probabilitas dalam percobaan acak. 3. SurvivalReliability function fungsi keandalan, merupakan fungsi yang
menyatakan keandalan dari komponen mesin.
Universitas Sumatera Utara
4. Harzad function fungsi kerusakanlaju kerusakan, merupakan fungsi limit dari laju kerusakan dengan panjang interval waktu kerusakan.
A. Konsep Keandalan Komponen Cylinderhead
Berdasarkan hasil perkiraan estimasi parameter diperoleh nilai α =
2.1358 β=291.07 Dengan demikian konsep reliability untuk komponen
Cylinderhead adalah sebagai berikut: 6. Fungsi Kepadatan Probabilitas
−
=
− 07
. 291
1 07
. 291
1358 .
2 exp
1358 .
2 1358
. 2
07 .
291 t
t t
f α , β ≥0
7. Fungsi Distribusi Kumulatif
− −
=
07 .
291
1358 .
2 exp
1 t
t F
8. Fungsi Keandalan
− =
07 .
291
1358 .
2 exp
t t
R
1 t
F t
R −
=
9. Fungsi Laju Kerusakan
1 07
. 291
1358 .
2 1358
. 2
07 .
291
−
= t
t h
5. MTTF Mean Time To Failure
+
Γ =
β α
1 1
MTTF
Universitas Sumatera Utara
Dimana :
Γ
= Fungsi Gamma,
Γ
n = n-1
+ Γ
= 07
. 291
1 1
1358 .
2 MTTF
MTTF = 2.1358 Pada Gambar 5.12. berikut akan diperlihatkan kurva untuk konsep
reliability komponen Cylinderhead
Gambar 5.12. Kurva Konsep Keandalan Cylinderhead
Universitas Sumatera Utara
B. Konsep Keandalan Komponen Conrod Bearing
Berdasarkan hasil perkiraan estimasi parameter diperoleh nilai α =
2.1004 β=333.93. Dengan demikian konsep reliability untuk komponen Conrod Bearing adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Kepadatan Probabilitas
−
=
− 93
. 333
1 93
. 333
1004 .
2 exp
1004 .
2 1004
. 2
93 .
333 t
t t
f α , β ≥0
2. Fungsi Distribusi Kumulatif
− −
=
93 .
333
1004 .
2 exp
1 t
t F
3. Fungsi Keandalan
− =
93 .
333
1004 .
2 exp
t t
R
1 t
F t
R −
= 4. Fungsi Laju Kerusakan
1 93
. 333
1004 .
2 1004
. 2
93 .
333
−
= t
t h
5. MTTF Mean Time To Failure
+
Γ =
β α
1 1
MTTF Dimana :
Γ
= Fungsi Gamma,
Γ
n = n-1
+
Γ =
93 .
333 1
1 1004
. 2
MTTF
MTTF = 2.1004
Universitas Sumatera Utara
Pada Gambar 5.13 berikut akan diperlihatkan kurva untuk konsep reliability komponen Conrod Bearing.
Gambar 5.13. Kurva Konsep Keandalan Conrod Bearing
Universitas Sumatera Utara
C. Konsep Keandalan Komponen Control Logic Board
Berdasarkan hasil perkiraan estimasi parameter diperoleh nilai λ=
0.00693. Dengan demikian konsep reliability untuk komponen Control Logic Board adalah sebagai berikut:
6. Fungsi Kepadatan Probabilitas
t
e t
f
00693 .
00693 .
−
=
t
7. Fungsi Distribusi Kumulatif
t
e t
F
00693 .
1
−
− =
8. Fungsi Keandalan
t
e t
R
00693 .
−
= 9.
Fungsi Laju Kerusakan 00693
. =
t h
10. MTTF Mean Time To Failure 3001
. 144
00693 .
1 1
= =
= λ
MTTF Pada Gambar 5.14 berikut akan diperlihatkan kurva untuk konsep reliability
komponen Control Logic Board.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.14. Kurva Konsep Keandalan Control Logic Board
D. Konsep Keandalan Komponen Turbocharger
Berdasarkan hasil perkiraan estimasi parameter diperoleh nilai λ=
0.00563. Dengan demikian konsep reliability untuk komponen turbocharger adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Kepadatan Probabilitas
t
e t
f
00563 .
00563 .
−
=
t
2. Fungsi Distribusi Kumulatif
t
e t
F
00563 .
1
−
− =
3. Fungsi Keandalan
t
e t
R
00563 .
−
= 4. Fungsi Laju Kerusakan
00563 .
= t
h
5. MTTF Mean Time To Failure
Universitas Sumatera Utara
00563 .
1 1 =
= λ
MTTF
MTTF= 177.6199 Pada Gambar 5.15 berikut akan diperlihatkan kurva untuk konsep
reliability komponen Turbocharger.
Gambar 5.15. Kurva Konsep Keandalan Turbocharger
5.2.3.3. Penentuan Interval Penggantian Komponen
Total minimum downtime adalah waktu yang dibutuhkan suatu komponen untuk diganti dengan komponen lain yang membutuhkan waktu downtime yang
paling minimum. Penentuan downtime minimum berdasarkan pola distribusi data,
Universitas Sumatera Utara
waktu rata-rata pengantian komponen, serta waktu pengantian komponen sebelum mengalami kerusakan.
Waktu yang diperlukan untuk mengganti komponen karena terjadi kerusakan disimbolkan dengan Tf, dan waktu yang diperlukan untuk
mengganti komponen berdasarkan interval waktu tindakan preventif disimbolkan sebagai Tp.
Nilai Tf dan Tp dari masin-masing komponen kritis sistem electricity production dapat dilihat pada Tabel 5.28 sebagai berikut.
Tabel 5.28. Pola Distribusi Kerusakan Machine Enterprise
Komponen Terpilih
Parameter Lama Penggantian
Tfmenit Tpmenit
Cylinderhead Weibull
σ = 2.1358 ; β=291.07 295
275
Bearing Conrod Weibull
σ = 2.1004 ; β=333.93 410
380
Control Logic board Eksponensial
λ =0.00639 177
157
Turbocharger Eksponensial
λ=0.00563 310
285 Berdasarkan data pada Tabel 5.28 akan ditentukan total minimum downtime
TMD sebagai interval penggantian komponen mechine enterprise, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perhitungan Fungsi Distribusi Kumulatif Komponen
Contoh komponen : Cylinderhead Jenis distribusi: Weibull
Parameter : σ = 2.1358 ; β=291.07 Fungsi distribusi kumulatif untuk Weibull adalah
− −
=
α
β t
t F
exp 1
Universitas Sumatera Utara
− −
=
1358 .
2
07 .
291 1
exp 1
1 F
=
5.00395 x 10
-6
− −
=
1358 .
2
07 .
291 2
exp 1
2 F
=
2.14582 x 10
-5
− −
=
1358 .
2
07 .
291 3
exp 1
3 F
= 5.02862 x 10
-6
Dengan cara perhitungan yang sama, diperoleh nilai F4, F5,…., Ft dengan menggunakan Microsoft Excel. Hasil perhitunga selengkapnya pada Lampiran -5
2. Perhitungan banyaknya kerusakan dalam interval waktu 0,t
p
Untuk:
[ ]
∫ ∑
+ −
=
− −
+ =
1 1
1 1
i i
t i
p p
dt t
f i
t H
t H
p
H0 = Selalu ditetapkan H0 = 0 H1 =
{
1 + H0
}x
Ft = {1 +0}5.46252 x 10
-6
= 0.0000055 H2 = {1 + H1
}x
Ft = {1 +0.0000055}2.40065 x 10
-5
= 0.000024
Universitas Sumatera Utara
H3 = {1 + H2
}x
Ft = {1 +0.000024}5.70713 x 10
-5
= 0.0000571 Untuk H4, H5,...,Ht, hasil perhitungan diperoleh dengan mempergunakan
Microsoft Excel. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran-5. 3. Perhitungan Total Minimum Downtime TMD
Dengan rumus:
p p
p f
p p
T t
T T
t H
t D
+ +
=
1 190972
. 190972
. 204861
. =
+ +
= D
1603508 .
190972 .
1 190972
. 204861
. 0.0000055
1 =
+ +
= D
0871655 .
190972 .
2 190972
. 204861
. 0.000024
2 =
+ +
= D
0598513 .
190972 .
3 190972
. 204861
. 0.0000571
3 =
+ +
= D
Untuk D4, D5,...,Dt, hasil perhitungan diperoleh dengan mempergunakan Microsoft Excel. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran-5.
4. Berdasarkan hasil perhitungan Total minimum downtime TMD, diperoleh komponen Cylinderhead memiliki downtime yang paling minimal pada hari ke
201 sebesar 0.0015911
Universitas Sumatera Utara
Untuk perhitungan TMD untuk komponen lainnya dapat dilihat pada Lampiran-5, maka diperoleh pergantian interval optimum masing-masing
komponen pada tabel 2.29 dibawah ini:
Tabel 5.29. Interval Pergantian Optimal Komponen Kritis Komponen
Interval pergantian optimum Hari
Cylinderhead 201
Bearing Conrod 230
Control Logic board 132
Turbocharger 155
Sumber: Hasil pengolahan data
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Rekomendasi Tindakan Perawatan dengan Pendekatan RCM
6.1.1. Analisis Mode Kegagalan dan Efek Kegagalan FMEA
FMEA merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengevaluasi desain sistem dengan mempertimbangkan bermacam-macam mode kegagalan dari
sistem yang terdiri dari komponen-komponen dan menganalisis pengaruhnya terhadap keandalan sistem tersebut. Dari analisis ini dapat diprediksi komponen
mana yang kritis, yang sering rusak dan jika terjadi kerusakan pada komponen tersebut maka sejauh mana pengaruhnya terhadap fungsi sistem secara
keseluruhan, sehingga dapat diberikan perilaku lebih terhadap komponen tersebut dengan tindakan pemeliharaan yang tepat.
Berdasarkan hasil
penyusunan Failure Mode and Effect Analysis FMEA untuk komponen mesin di sistem mesin electricity production maka dapat diperoleh
nilai RPN Risk Priority Number untuk setiap komponen.
Nilai RPN dari komponen cyliderhead, bearing conrod adalah 192, 168, komponen control logic board 168
dan turbocharger 147. Nilai RPN tersebut mengidentifikasikan urutan tingkat kekritisan dari suatu komponen. Sehingga operator bagian produksi harus lebih
berfokus terhadap perawatan dan persedian komponen mesin yang memiliki nilai RPN yang paling tinggi kemudian diikuti nilai RPN yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
6.1.2. Kategori Komponen Berdasarkan Logic Tree Analysis LTA
Penyusunan Logic Tree Analysis LTA memiliki tujuan untuk memberikan prioritas pada tiap mode kerusakan dan melakukan tinjauan dan
fungsi, kegagalan fungsi sehingga status mode kerusakan tidak sama. Proses yang dilakukan pada tahap Logic Tree Analysis LTA dengan pendekatan RCM adalah
memberikan kategori komponen berdasarkan mode kerusakan yang sudah dibuat pada langkah FMEA. Kategori yang diperoleh dengan pendekatan RCM dapat
dilihat pada Tabel 6.1. berikut ini:
Tabel 6.1. Kategori Komponen No.
Kategori Komponen
Utama Persentase
1. A atau DA
- -
2. B atau DB
21 100
3. C atau DC
- -
TOTAL 21
100
Dapat dilihat pada tabel 6.1 bahwa komponen pada sistem electricity production berada dalam kategori outage problem kegagalan komponen yang
menyebabkan berhentinya sebagian unit proses ataupun sistem electricity production secara keseluruhan. Adapun komponen yang termasuk dalam kategori
ini adalah:
Tabel 6.2. Kategori komponen mesin PLTD
No ComponentsMajor Components
Outage Problem
1 Torak
x 2
Ring Piston x
3 Seal
x 4
Pully x
5 Belt
x 6
Cylinderhead x
7 Flywheel
x 8
Cramsaft x
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.2. Kategori komponen mesin PLTD Lanjutan
No ComponentsMajor Components
Outage Problem
9 Bearing Conrod
x 10
Conecting rod x
11 Turbocharger
x 12
Seal piston x
13 Cranksaft
x 14
Control logic board x
15 Stator
x 16
Rangka stator x
17 Slip ring
x 18
Rotor x
19 Sikat
x 20
Komutator x
21 Jangkar
x
6.1.3. Prosedur Perawatan Berdasarkan Pemilihan Tindakan RCM
Berdasarkan hasil pemilihan tindakan untuk komponen-komponen yang mengalami kegagalan di sistem electricity production maka dapat diperoleh
rekomendasi tindakan yang dihasilkan dengan pendekatan Reliability Centered Maintenance RCM dapat dilihat pada tabel 6.3.
Tabel 6.3. Tindakan Perawatan Komponen
No. Kategori
Komponen Persentase
1. Condition directed CD
11 52.4
2. Time directed TD
4 19.0
3. Failure findingFF
6 28.6
TOTAL 21
100
6.1.3.1. Tindakan Perawatan CD Condition Directed
Tindakan perawatan ini bertujuan untuk mendeteksi kegagalan berdasarkan kondisi komponen dengan cara visual inspection dan pemeriksan
mesin. Apabila dalam proses pendeteksian, ditemukan gejala-gejala kerusakan maka dilanjutkan dengan proses perbaikan atau perbaikan komponen. Rencana
Universitas Sumatera Utara
tindakan perawatan CD Condition Directed untuk komponen di atas dapat dilihat pada tabel 6.4.
Tabel 6.4. Tindakan Perawatan CD Condition Directed Electricity Production
Mesin Komponen
Tindakan CD Condition Directed
Mesin Compresed Air
Sistem Torak
Periksa tanda kerusakan pada torak, jika mengalami kerusakan maka dilakukan pergantian
Seal Memeriksa tekanan udara dalam piston, cek
apakah piston bisa memonpa dengan baik
Fan belt -Periksa tali kipas dan kekencangan fan belt
-Periksa putaran tali kipas Harus sesuai dengan putaran dinamo penggerak
Mesin Enterprise
Cramsaft Periksa dengan membuka dan menutup camshaft
dan periksa clearancetrhust bearing, lubricating lines, tappets.
Seal piston Pengukuran, pemeriksaan dan pergantian spare
part seal piston jika mengalami kerusakan Flywheel
Pemeriksaan putaran flywheel harus sesuai dengan dengan defleksi poros engkol
Cranksaft Membuka tutup crank case untuk memeriksanya
dari pecahan babet bearing conrodmain bearing, kawat pengaman dan bocoran air
pendingin ke dalam carter.
Generator system
Rangka stator Periksa kerusakan pada rangka stator, cek apakah
fluksi magnet mengalir dengan baik Rotor
Periksa kerusakan pada rotor, cek apakah rotor masih berfungsi dengan baik
Komutator Periksa kerusakan pada komutator, cek apakah
arus listrik induksi dari komutator bisa dikonversikan menjadi arus searah
Jangkar Periksa kerusakan pada jangkar, cek apakah
terjadi ggl induksi
Prosedur perawatan untuk komponen yang direncanakan dengan tindakan CD Condition Directed yaitu:
1. Judul Unit: Perawatan berdasarkan kondisi fisik komponen Condition Directed Maintenance
Universitas Sumatera Utara
2. Deskripsi unit: Perawatan CD Condition Directed Maintenance dilakukan untuk mendeteksi kerusakan awal pada komponen dengan visual inspection,
pemeriksaan komponen, dan memonitoring data-data yang ada. Jika ditemukan gejala-gejala kerusakan awal, maka dilanjutkan dengan perbaikan maupun
pergantian komponen. 3. Peralatan: kunci ring pas 1 ¼, 1 16, 34, 916, kunci pneumatic, obeng minus
dan obeng plus, kunci shock 58, 916, box tampungan, , tang, martil 4. Acuan: Manual book dan hasil pemilihan tindakan perawatan berdasarkan
pendekatan RCM Reliability Centered Maintenance 5. Prosedur
a. Teknisi maintenance melakukan pemeriksaan berkala monitoring terhadap komponen dalam tindakan condition directed dan menganalisis kondisi komponen
tersebut untuk melihat apakah ada kondisi yang tidak normal dari komponen. b. Jika operator menemukan gejala yang menunjukkan kondisi komponen
bermasalah, maka teknisi maintenance memcatat hasil monitoring dan analisis pada komponen ke check from analisis untuk dokumen maintenance.
c. Setelah menerima laporan kerusakan dari operator, pihak mechanical department mengirimkan teknisi maintenance mekanik untuk menganalisis dan
memperbaiki komponen. d. Teknisi maintenance mekanik kemudian melakukan penelurusuran lebih
lanjut untuk dapat mengidentifikasi penyebab masalah. e. Setelah diketahui penyebab masalahnya, teknisi maintenance mempersiapkan
sumber daya peralatan dan sparepart yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
f. Setelah sumber daya dipersiapkan, teknisi maintenance mempersiapkan rencana perawatan komponen mesin.
h. Teknisi maintenance kemudian melakukan serangkaian kegiatan perawatan dalam memperbaiki komponen.
i. Jika masalah terselesaikan, maka teknisi maintenance melaporkan waktu, penyebab kerusakan dan tindakan perawatan yang dilakukan ke supervisor
operasi untuk kepentingan dokumentasi.
Universitas Sumatera Utara
Operator Melakukan pemeriksaan terhadap kondisi komponen berdasarkan tindakan perawatan CD
Kondisi bermasalah?
Informasikan masalah ke bagian maintenance Check from
Mekanik tersedia?
Menunggu
Identifikasi masalah Persiapkan Sumber daya
Siapkan rencana perawatan Lakukan kegiatan perawatan
Masalah selesai?
Mekanik melaporkan waktu, penyebab kerusakan dan tindakan perbaikan yang dilakukan supervisor operasi
Selesai Tidak
Ya Ya
Tidak
Ya Tidak
From pengembalian sparepart dan peralatan
Start
Gambar 6.1. Flowchart Tindakan Perawatan CD Conditional Directed
Universitas Sumatera Utara
6.1.3.2. Tindakan Perawatan TD Time Directed
Tindakan perawatan ini bertujuan untuk menghindari kegagalan komponen dengan lebih berfokus pada aktivitas pergantian yang dilakukan secara
berkala. Adapun komponen yang direncanakan dengan tindakan perawatan ini yaitu:
a. Cylinderhead b. Bearing Conrod
c. Control Logic Board d. Turbocharger
Rencana tindakan perawatan TD Time Directed komponen di atas dapat dilihat pada Tabel 6.5 sebagai berikut:
Tabel 6.5. Tindakan Perawatan TD Time Directed Electricity Production
Mesin Komponen
Tindakan TD Time Directed
Mesin Enterprise Cylinderhead
Mempersiapkan pergantian komponen setiap 201 hari Bearing Conrod
Mempersiapkan pergantian komponen setiap 230 hari Control Logic
Board Mempersiapkan pergantian komponen setiap 132 hari
Turbochager Mempersiapkan pergantian komponen setiap 155 hari
Prosedur perawatan untuk komponen yang direncanakan dengan tindakan TD Time Directed yaitu:
1. Judul Unit: Perawatan Time Directed Berdasarkan Waktu 2. Deskripsi unit: Perawatan ini bertujuan untuk menghindari kegagalan
komponen dengan lebih berfokus pada aktivitas pergantian yang dilakukan secara berkala.
Universitas Sumatera Utara
3. Peralatan: Kunci ringkunci pas 1 ¼, 34, 916, 1116, 916 , kunci pneumatic, kunci momen, jangka sorong , kunci shock L 916 , tool pengangkat injector,
sekrap, tali jerami, tang, brush kawat, aspak, martil dan kunci shock. 4. Acuan: Manual book dan hasil pemilihan tindakan perawatan berdasarkan
pendekatan RCM Reliability Centered Maintenance. 5. Prosedur
a. Teknisi maintenance mekanik melakukan pemeriksaan catatan umur komponen Time Directed TD
b. Jika teknisi maintenance mekanik menemukan bahwa komponen sudah saatnya diganti sesuai interval pergantian optimum dan menemukan gejala-gejala
kerusakan pada komponen maka teknisi maintenance mekanik mempersiapkan sumber daya yang diperlukan.
c. Teknisi maintenance mekanik mempersiapkan rencana pergantian komponen dengan mempersiapkan SOP pergantian komponen yang akan dilakukan.
d. Teknisi maintenance mekanik melakukan pergantian komponen sesuai dengan SOP yang dibawa.
e. Teknisi maintenance mekanik melaporkan waktu, jumlah, dan jenis komponen yang diganti kepada Supervisor operasi untuk keperluan dokumentasi.
Universitas Sumatera Utara
Mekanik melakukan pencatatan umur komponen TD Time Derected
Sudah saatnya diganti?
Persiapkan sumber daya
Siapkan rencana pergantian
Lakukan kegiatan pergantian
Mekanik melaporkan waktu, jumlah dan jenis komponen yang diganti
kepada Supervisor operasi
Selesai Tidak
Ya Start
Gambar 6.2. Flowchart Tindakan Perawatan TD Time Directed
6.1.3.3. Tindakan Perawatan FF Find Failure
Tindakan perawatan ini bertujuan untuk menemukan kerusakan yang tersembunyi pada mesin dengan melakukan pemeriksaan berkala. Adapun
komponen yang direncanakan dengan tindakan perawatan ini yaitu: a. Pully
b. Conecting rod
Universitas Sumatera Utara
c. Seal Piston d. Slip ring
e. Sikat f. Stator
Rencana tindakan perawatan TD Time Directed komponen di atas dapat dilihat pada Tabel 6.6.
Tabel 6.6. Tindakan Perawatan FF Find Failure Electricity Production
Mesin Komponen
Tindakan TD Time Directed
Mesin Compresed
air sistem Pully
Memeriksa kelonggaran-kelonggaran roda gigi, bantalan-bantalan dan saluran pelumasannya
Ring Piston
Pengukuran, pemeriksaan dan pergantian spare part ring piston
Mesin Enterprise
Conecting rod
Periksa clearance Connecting Rod dengan bump method jika terjadi kerusakan dilakukan
pergantian komponen
Generator Sistem
Slip ring
Periksa tanda kerusakan pada cincin kolektor,cek aliran penguat arus magnet ke rotor
Sikat
Periksa tanda kerusakan pada sikat, cek aliran arus ke kumparan jangkar
Stator
Periksa clearance dari stator ke motor
Prosedur perawatan untuk komponen yang direncanakan dengan tindakan FF Find Failure yaitu:
1. Judul Unit: Perawatan dengan tindakan FF Find Failure 2. Deskripsi unit: Tindakan perawatan ini bertujuan untuk menemukan kerusakan
yang tersembunyi pada mesin dengan melakukan pemeriksaan berkala. 3. Peralatan: Kunci ringkunci pas 1 ¼, 34, 916, 1116, 916 , kunci pneumatic,
kunci momen, jangka sorong , kunci shock L 916 , tool pengangkat injector, sekrap, tali jerami, tang, brush kawat, aspak, martil dan kunci shock.
Universitas Sumatera Utara
4. Acuan: Manual book dan hasil pemilihan tindakan perawatan berdasarkan pendekatan RCM Reliability Centered Maintenance
5.Prosedur a. Teknisi maintenance mekanik melakukan pemeriksaan terhadap komponen
mesin secara berkala untuk menemukan kesalahan atau kegagalan fungsi yang terjadi pada komponen.
b. Jika teknisi menemukan gejala-gejala kegagalan fungsi pada komponen mesin, maka teknisi mengisi form kerusakan pada bagian Mechanical Departement.
d. Teknisi maintenance mekanik melakukan identifikasi masalah. e. Teknisi maintenance mekanik mempersiapkan sumber daya yang diperlukan
untuk kegiatan perbaikan. f. Teknisi maintenance mekanik mempersiapkan rencana perawatan yang akan
dilakukan. h. Teknisi maintenance mekanik melakukan kegiatan perbaikan.
i. Jika masalah terselesaikan, maka teknisi maintenance melaporkan waktu, penyebab kerusakan dan tindakan perawatan yang dilakukan ke supervisor operasi
untuk kepentingan dokumentasi.
Universitas Sumatera Utara
Operator Melakukan pemeriksaan berkala pada komponen berdasarkan tindakan perawatan FF
Ada gejala kegalan?
Mengisi from kerusakan Check from
Identifikasi masalah Persiapkan Sumber daya
Siapkan rencana perawatan Lakukan kegiatan perawatan
Masalah selesai?
Mekanik melaporkan waktu, penyebab kerusakan dan tindakan perbaikan yang dilakukan supervisor operasi
Selesai Ya
Tidak
Ya Tidak
From pengembalian sparepart dan peralatan
Start
Gambar 6.3. Flowchart Tindakan Perawatan FF Finding Failure
Universitas Sumatera Utara
6.2. Penentuan Interval Penggantian Komponen
Sebelum menentukan nilai TMD komponen, interval kerusakan dari masing- masing komponen diuji distribusi kerusakannya dan ditentukan parameter yang
mempengaruhi distribusi kerusakan komponen. Perhitungan interval pergantian
komponen-komponen
dilakukan dengan tujuan untuk meminimisasi downtime. Berdasarkan hasil pendekatan RCM, maka perhitungan reliability
dilakukan pada komponen yang bersifat berdasarkan waktu Time Directed yaitu komponen Cylinerhead, Bearing Conrod, Control Logic Board, Turbochager.
Informasi yang diperlukan untuk menentukan interval penggantian komponen machine enterprise dapat dilihat pada Tabel 6.7.
Tabel 6.7. Pola Distribusi Kerusakan Mechine Enterprise
Komponen Terpilih
Parameter
Cylinderhead Weibull
σ = 2.1358 ; β=291.07
Bearing Conrod Weibull
σ = 2.1004 ; β=333.93
Control Logic board Eksponensial
λ =0.00639
Turbocharger Eksponensial
λ=0.00563
Berdasarkan data pada Tabel 6.8. akan ditentukan total minimum downtime TMD sebagai interval penggantian komponen machine enterprise,
dengan langkah-langkah sebagai berikut: 5.
Perhitungan Fungsi Distribusi Kumulatif Komponen Contoh komponen : Cylinderhead
Jenis distribusi: Weibull Parameter : σ = 2.1358 ; β=291.07
Fungsi distribusi kumulatif untuk Weibull adalah
Universitas Sumatera Utara
− −
=
α
β t
t F
exp 1
− −
=
1358 .
2
07 .
291 1
exp 1
1 F
=
5.00395 x 10
-6
− −
=
1358 .
2
07 .
291 2
exp 1
2 F
=
2.14582 x 10
-5
− −
=
1358 .
2
07 .
291 3
exp 1
3 F
= 5.02862 x 10
-6
Dengan cara perhitungan yang sama, diperoleh nilai F4, F5,…., Ft dengan menggunakan Microsoft Excel. Hasil perhitunga selengkapnya pada Lampiran-5
6. Perhitungan banyaknya kerusakan dalam interval waktu 0,t
p
Untuk:
[ ]
∫ ∑
+ −
=
− −
+ =
1 1
1 1
i i
t i
p p
dt t
f i
t H
t H
p
H0 = Selalu ditetapkan H0 = 0 H1 =
{
1 + H0
}x
Ft = {1 +0}5.46252 x 10
-6
= 0.0000055 H2 = {1 + H1
}x
Ft = {1 +0.0000055}2.40065 x 10
-5
= 0.000024
Universitas Sumatera Utara
H3 = {1 + H2
}x
Ft = {1 +0.000024}5.70713 x 10
-5
= 0.0000571 Untuk H4, H5,...,Ht, hasil perhitungan diperoleh dengan mempergunakan
Microsoft Excel. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran-5. 7. Perhitungan Total Minimum Downtime TMD
Dengan rumus:
p p
p f
p p
T t
T T
t H
t D
+ +
=
1 190972
. 190972
. 204861
. =
+ +
= D
1603508 .
190972 .
1 190972
. 204861
. 0.0000055
1 =
+ +
= D
0871655 .
190972 .
2 190972
. 204861
. 0.000024
2 =
+ +
= D
0598513 .
190972 .
3 190972
. 204861
. 0.0000571
3 =
+ +
= D
Untuk D4, D5,...,Dt, hasil perhitungan diperoleh dengan mempergunakan Microsoft Excel. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran-5.
Semakin lama umur komponen maka semakin meningkat pula laju kegagalan menurunnya keandalan, yang akhirnya akan terjadi kegagalan
komponen. Berdasarkan kondisi ini, perlu diketahui interval waktu penggantian komponen yang optimum. Dalam pembahasan ini interval penggantian komponen
Universitas Sumatera Utara
didasarkan pada total minimum downtime dari perhitungan total minimum downtime, diperoleh:
a. TMD Cylinderhead = 0.00152911 hari, dengan interval penggantian optimum