b. Bentuk Kalimat
Bentuk  kalimat  dari  segi  sintaksis  berkaitan  dengan  cara berpikir  logis  yakni  prinsip  kausalitas.  Logika  ini  kemudian
diterjemahkan menjadi susunan subjek yang menerangkan dan objek yang  diterangkan.  Lebih  jauh  bentuk  kalimat  adalah  untuk
menentukan  apakh  subjek  atau  objek  yang  menjadi  fokus  utama dengan demikian makna dapat diterjemahkan secara lebih mendalam.
7
Dalam  pidato  politik  Anies  Rasyid  Baswedan,  bentuk  kalimat  ini diantaranya terdapat dalam:
- “Kalau kita ingin maju menjadi bangsa yang besar, jangan fokus
pada material”. Bentuk kalimat tersebut ialah kalimat aktif. Fokus yang ditekankan dalam kalimat aktif ialah subjeknya. Pada kalimat
tersebut maka kata “kita” merupakan fokus pembahasan. -
“...pendidikan  kita  adalah  untuk  membangun  integritas”.  Pada kalimat  tersebut  kata  pendidikan  merupakan  fokus  pembahasan.
Selain  dari  pola  kalimatnya,  ia  didukung  juga  dengan  intonasi suara komunikator saat menyampaikan pidato.
- “Siapa  melanggar  hukum,  mereka  dihadapkan  dengan
penegakkan hukum.” Bentuk kalimat tersebut adalah pasif dengan fokus  pembahasannya  adalah  objek  yakni  “penegakan  hukum”.
Dari  sini  bisa  ditelaah  bahwasanya  komunikator  ingin
7
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h.251
menekankan  pentingya  penegakan  hukum  bagi  mereka  yang melanggar.
- “...Tapi  itu  semua  jika  tidak  ditopang  dengan  kualitas  manusia
yang  baik,   maka  dia  akan  hanya  meningkatkan  angka-angka laporan. Padahal yang kita butuhkan adalah perubahan realita di
masyarakat...”.  Bentuk  kalimat  yang  merupakan  anak  kalimat diatas  menekankan  suatu  kualitas  manusia  kemudian  secara
implisit  menggunakan  istilah  halus  dalam  kalimat  “...maka  dia akan ...” untuk menggambarkan citra negatif dari suatu peristiwa
dalam contoh kasusanalogi komunikator. Bentuk  kalimat-kalimat  dianalisa  untuk  diketahui  fokus-fokus
pembicaraan yang mengarah pada wacana global komunikator. Meski demikian  jika  ditinjau  secara  keseluruhan,  pidato  politik  tersebut
menjelaskan  “...berbagi  visi  mengenai  Indonesia...”.  Komunikator menggunakan pola deduktif dalam pidato politiknya. Suatu pola yang
mengutarakan  inti  pembahasan  di  awal  kalimat  diikuti  dengan penjelas serta rinciannya.
c. Kata Ganti
Elemen berikutnya adalah kata ganti, yakni suatu elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif.
Dalam  kata  ganti,  komunikator  menempatkan  dimana  posisi-posisi seseorang  atau  suatu  kalangan  dalam  suatu  wacana.
8
Kata  ganti
8
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 253
“saya” dan “kami” akan menunjukkan sikap resmi komunikator. Kata ganti  “dia”  dan  “mereka”  menggambarkan  pihak  yang  terpisah  dari
komunikator  dan  biasanya  digunakan  untuk  suatu  wacana  atau  hal yang tidak disetujui oleh komunikator. Sedangkan “kita” atau “kami”
memiliki implikasi menumbuhkan solidaritas, suatu aliansi,  perhatian publik  dan  mengurangi  kritik  dan  oposisi  kepada  diri  sendiri.  Kata
ganti  tersebut  juga  seolah  merupakan  representasi  komu  nikator  dan komunikan dalam membenarkan wacana dan sikap komunikator. Pada
prinsipnya  kata  ganti  tersebut  merupakan  upaya  meraih  dukungan serta menghilangkan opsisi yang ada.
Pada pidato politik  Anies Rasyid  baswedan, kata ganti “saya”
diucapkan  3  kali,  kata  ganti “kami”  disebutkan  sebanyak  2  kali.
Sedangkan  kata  ganti  “kita”  sebanyak  45  kali.  Kata  ganti  “mereka” sebanyak 4 kali dan kata ganti “dia” dua kali. Dalam penggunaan kata
ganti,  komunikator  sebisa  mungkin  menghilangkan  jarak  pemisah antara  ia  dan  komunikan.  Ia  lebih  banyak  menggunakan  kata  ganti
“kita” dalam pidato politiknya. Kata  ganti  “saya”  hanya  3  kali  diucapkan  seperti  dalam
kalimat  “saya  merasa  terpanggil  untuk  turun  tangan,  ramai-ramai
melunasi janji kemerdekaan Indonesia”, dan juga kalimat “...Karena
itu  saya  melihat,  mengembangkan  manusia  menjadi  kunci.  Dan  saya
garisbawahi, mengembangkan manusia...”. Kata ganti “saya” dengan pola  kalimat  diatas  menurut  peneliti  merupakan  upaya  untuk