4. Struktur Mikro Sintaksis
a. Koherensi
Koherensi  merupakan  pertalian  atau  jalinan  antarkata,  atau kalimat  dalam  suatu  teks.  Dalam  koherensi  akan  digabungkan  atau
disambungkan dua kalimat  yang menggambarkan fakta  yang berbeda hingga  tampak  koheren  atau  bertalian.  Hasilnya,  fakta  yang  tidak
berhubungan  sekalipun  bisa  menjadi  berhubungan  ketika  seseorang menghubungkannya.  Koherensi  sendiri  merupakan  elemen  wacana
untuk melihat bagaimana seseorang dapat menjelaskan suatu fakta dan atau  peristiwa  dengan  lebih  strategis.  Dalam  konteks  ini  ada  banyak
kemungkinan  pertalian,  apakah  peristiwa  tersebut  dipandang  sebagai sesuatu  yang  saling  terpisah,  berhubungan,  atau  malah  sebab  akibat.
Pilihan-pilihan  yang  diambil  tentu  ditentukan  oleh  sejauh  mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa tersebut.
22
Bentuk koherensi yang terkandung dalam pidato Anies Rasyid
Baswedan selaku komunikator adalah sebagai berikut :
-
Kunci  memajukan  Indonesia,  pada  manusianya,  tapi  kita  sering
merasa kekayaan terbesar kita adalah minyak, gas, tambang, laut, hutan.  Kalimat  pertama,  secara  umum  bisa  diartikan  dengan
“kualitas  manusia  merupakan  faktor  penting  dalam  kemajuan bangsa” di kalimat kedua, adalah hal yang berbeda jika diartikan
secara  umum  yaitu  “kekayaan  alam  suatu  negara  adalah  faktor
22
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 242.
penting  dalam  kemjuan bangsa.”  Dua  kalimat  ini  adalah
berseberangan  dan  tidak  berkaitan  sama  sekali.  Namun  dengan
penghubung  “tapi  kita  sering  merasa”  maka  peneliti
menemukan,  dua  kalimat  ini  terlihat  saling  berhubungan  dengan arti  yang  menjadi  “kita  merasa  alam  adalah  sumber  kehidupan
bangsa  padahal  alam  itu  tergantung  pada  kualitas  manusia  yang menanganinya
” -
“Pendidikan adalah kunci, tapi dalam jangka pendek, kita harus
bereskan  ekonomi  kita,  kita  harus  bereskan  penegakan  hukum kita...”. Kalimat awal yakni “pendidikan adalah kunci” merupakan
intisari dari pidato teks sebelumnya terkait pentingnya pendidikan. Sedangkan  kalimat  kedua  menegaskan  pentingnya  menyelesaikan
kebijakan serta berbagai persoalan ekonomi dan penegakan hukum di  Indonesia.  Keduanya  bersebrangan  namun  jika  dihubungkan
dengan “tapi” keduanya tampak koheren. Menurut peneliti hal ini juga  berarti,  sebelum  masuk  pada  tujuan  besar  bangsa  Indonesia
yakni  melalui  pendidikan  yang  mencerdaskan  dan  menumbuhkan integritas  bangsa,  ada  persoalan  pelik  yang  sedang  menunggu
untuk  diselesaikan  dalam  waktu  dekat,  yakni  persoalan  ekonomi dan penegakan hukum. Keduanya adalah persoalan mendesak dan
urgen serta harus segera diselesaikan agar pendidikan yang dicita- citakan  dapat  membawa  perubahan  segera  terwujud  secara
menyeluruh.
b. Bentuk Kalimat
Bentuk  kalimat  dari  segi  sintaksis  berkaitan  dengan  cara berpikir  logis  yakni  prinsip  kausalitas.  Logika  ini  kemudian
diterjemahkan menjadi susunan subjek yang menerangkan dan objek yang  diterangkan.  Lebih  jauh  bentuk  kalimat  adalah  untuk
menentukan  apakh  subjek  atau  objek  yang  menjadi  fokus  utama dengan demikian makna dapat diterjemahkan secara lebih mendalam.
7
Dalam  pidato  politik  Anies  Rasyid  Baswedan,  bentuk  kalimat  ini diantaranya terdapat dalam:
- “Kalau kita ingin maju menjadi bangsa yang besar, jangan fokus
pada material”. Bentuk kalimat tersebut ialah kalimat aktif. Fokus yang ditekankan dalam kalimat aktif ialah subjeknya. Pada kalimat
tersebut maka kata “kita” merupakan fokus pembahasan. -
“...pendidikan  kita  adalah  untuk  membangun  integritas”.  Pada kalimat  tersebut  kata  pendidikan  merupakan  fokus  pembahasan.
Selain  dari  pola  kalimatnya,  ia  didukung  juga  dengan  intonasi suara komunikator saat menyampaikan pidato.
- “Siapa  melanggar  hukum,  mereka  dihadapkan  dengan
penegakkan hukum.” Bentuk kalimat tersebut adalah pasif dengan fokus  pembahasannya  adalah  objek  yakni  “penegakan  hukum”.
Dari  sini  bisa  ditelaah  bahwasanya  komunikator  ingin
7
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h.251