Pendapatan Pembangkit Listrik TINJAUAN PUSTAKA

Depresiasi atau penyusutan adalah pengeluaran yang dipotong dari bagian yang kena pajak untuk menambah biaya perolehan aktiva tetap atau aset. Perhitungan berdasarkan nilai investasi dibanding umur rencana proyek yang terbagi secara merata atau dikenal dengan metode Straight Line. Tabel 2.2 menunjukkan kutipan dari “Electricity in Indonesia-Investment and Taxion Guide” oleh Pricewater House tahun 2011. Tabel 2.2 Asumsi Penetapan Biaya Depresiasi menurut umur Proyek The tax law breaks depreciationamortization on non building tangible and non tangible assets into 4 categories and 2 depreciation methods straight line and double declining rate as follows : Effective Lifemax Straight Linerate Double Declining Rate years p.a p.a i 4 25 50 ii 8 12.5 25 iii 16 6.25 12.5 iv 20 5 10 Besar biaya operasional dan perawatan tidak diketahui, tetapi kita dapat berasumsi bahwa untuk pembangunan PLTM maka biaya ini memerlukan 2 sd 2,5 dari biaya langsung proyek sebelum pajak atau minimal US 2000 per tahun www.etsap.org .

2.5 Pendapatan Pembangkit Listrik

Penghasilan pembangkit selama 1 satu tahun adalah Rev = HPP × P × CF × 8760 2.10 di mana Rev = Pendapatan, Revenue Rp, HPP = Harga Pokok Produksi, P = Daya kWh, CF = Capacity Faktor, dan 8760 = jam lamanya beroperasi selama setahun 24 jam sehari, 365 hari setahun. Daya listrik oleh penyedia dan pengembang tenaga listrik swasta, IPP Independen Power Produsen yang merupakan pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan, Universitas Sumatera Utara wajib dibeli oleh pemerintah dalam hal ini PLN. Pemberian ijin tersebut antara lain mengacu pada pasal 33 Undang-undang UU Nomor 30 tahun 2009, ketentuan pasal 32 A Peraturan Pemerintah PP nomor 26 tahun 2006 serta ketentuan pasal 4 peraturan menteri Permen ESDM no.31 tahun 2009. Kesepakatan ini tertuang dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement PPA. Sehingga jenis kerjasama yang terjalin antara swasta dan pemerintah dalam bentuk BOO Build,Operate,Owned. Pembangkit listrik skala kecil on grid atau tersambung dengan sistem jaringan listrik PLN, mempunyai beberapa ketentuan dalam kesepakatan tersebut. Hal penting dalam kesepakatan ini adalah komponen HPP dan CF. Besar HPP adalah 0,8 × BPP pada tegangan menengah dan 0,6 × BPP pada tegangan rendah sesuai Permen ESDM 269- 1226600.32008. BPP sendiri adalah Biaya Pokok Produksi yang ditetapkan PLN berdasarkan wilayah. HPP wilayah Banten, yang merupakan system pembangkit Jawa- Bali, untuk tegangan menengah adalah Rp 682,- kWh. Faktor ketersediaan sendiri berkisar antara 65 - 90, yang merupakan kesepakatan dengan IPP yang sudah operasional maupun yang akan beroperasi tetapi sudah ada kesepakatan. Pada PLTM Cikidang ini kesepakatan sementara adalah 81, dengan asumsi firm energy rerata PLTA yakni pada debit andalan 80 dan dengan asumsi plant loses sebesar 8 dan transmission loses sebesar 11. Kesepakatan dikatakan sementara karena berdasarkan peraturan yang ada, bahwa kesepakatan ini hanya berlaku hingga 1 tahun sampai dengan awal operasional atau COD Commercial On Date di mana jika dalam jangka waktu itu pembangkit belum dapat dikatakan laik operasional, maka diadakan perpanjangan perjanjian atau perjanjian kembali.

2.6 Analisa Finansial