3.2 Tahap Identifikasi Faktor Resiko
Pembangunan fisik proyek infrastruktur pada umumnya memakan waktu yang cukup lama atau tidak dibangun dalam 1 tahun. Hal ini tentunya mengakibatkan
tingginya banyak ketidakpastian atau resiko. Resiko yang diidentifikasikan pada penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian, yakni resiko biaya investasi investment cost,
resiko pendapatan revenue, dan resiko pengeluaran cost. Resiko investasi umumnya ditentukan oleh beberapa hal, tetapi pada penelitian ini
resiko investasi berkaitan erat dengan durasi proyek, eskalasi biaya konstruksi, dan biaya tak langsung, yakni biaya bunga selama konstruksi IDC, interest during construction.
Resiko pendapatan revenue risk ditentukan oleh faktor daya yang dihasilkan kWh, harga kWh dan faktor ketersediaan avaibilty factor,AF. Daya yang dihasilkan
digolongkan berdasarkan debit andalannya dan efisiensi total. Harga ditentukan berdasarkan ketentuan dan hasil negoisasi dengan PLN. Sementara resiko pengeluaran
ditentukan oleh biaya perawatan dan operasional OM cost. Biaya ini berkisar 2 sd 2,5 dari biaya investasi setiap tahun, dan bertambah sesuai dengan tingkat inflasi.
Tingkat inflasi yang digunakan adalah inflasi rerata selama 5 tahun. Nilai inflasi ini dianggap sudah memenuhi gejolak inflasi selama umur rencana proyek.
3.3 Model Cash Flow
Model dapat didefinisikan sebagai bentuk sesuatu penyederhanaan dari deskripsi proses yang kompleks, sesuatu representasi pola dan berbagai macam penggambaran.
Modelling adalah suatu upaya yang merepresentasikan realitas secara apa adanya, sedemikian rupa sehingga aspek-aspek tentangnya dapat diuraikan, diterangkan,
dioptimalkan atau diramalkan sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Hasil atau temuan dari suatu proses modeling tersebut dapat memungkinkan seorang analis untuk
menentukan hasil-hasil keputusan yang logis dan memilih suatu tindakan optimal Wibowo, 2005. Selanjutnya ringkasan langkah-langkah modeling dapat kita lihat pada
bagan alir Gambar 3.2 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2 Model resiko dalam cash flow
Daya Pembangkit
Pendapatan
NCFAT Net Cash Flow
After Tax Biaya
- Biaya OM
EBIT Earning Before
Interest and Tax Depresiasi
Tax
NPV
WACC
IRR interest rate
NPV at RISK Total Biaya
Investasi
Universitas Sumatera Utara
Model cash flow adalah modeling faktor-faktor resiko yang ada dalam suatu cash flow
sehingga akan diperoleh tingkat kepercayaan tertentu, dalam hal ini 90. Sehingga data yang akan disajikan dapat memperoleh legimitasi lebih untuk kepentingan
pengambilan keputusan akhir. Langkah pemodelan adalah sebagai berikut
1. Total Biaya Investasi TBI = TBK + IDC + Lt 3.1
TBK = Total Biaya Konstruksi, IDC = Interest During Construction Lt = Late keterlambatan, durasi proyek
Resiko IDC = TBK x 1+rn - TBK ; dimana n= 0,1,…c 3.2
Lt = model distribusi diskrit = 1,0.75 ; 2,0.85 Penulisan model distribusi diskrit ini adalah seperti pada program Risk. Dapat
diartikan bahwa pada kondisi 1, di mana estimasi biaya awal minimum dengan perkiraan durasi pekerjaan 24 bulan, maka tingkat keyakinan = 75. Kondisi 2,
adalah estimasi keterlambatan pekerjaan 6 bulan dan atau eskalasi kenaikan biaya investasi 10 maka tingkat keyakinan 85.
2. Pendapatan revenue Pendapatan pada persamaan 2 sebenarnya merupakan hasil hitungan dan
kesepakatan antara pihak owner dengan PLN. Tetapi demikian, ada beberapa faktor dan koefisien yang menjadi perbedaan antara pihak owner PT.BTU
dengan pihak PLN. Hal inilah yang akan dimodelkan sehingga memperoleh gambaran umum tentang koefisien dan faktor yang akan berpengaruh terhadap
tingkat kepercayaan. Koefisien tersebut adalah: a. Efisiensi total, merupakan nilai dari perkalian efisiensi turbin, saluran dan
generator. Hasil perhitungan pihak owner adalah 0,83. Hasil ini dapat memperoleh hasil maksimal pada angka koefisien 0,86.
b. Faktor kapasitas CF, capacity factor, merupakan nilai ketersediaan dan daya listrik yang dipasok ke jaringan PLN setiap tahunnya. Nilai CF dipengaruhi
oleh kehilangan daya pada pembangkit dan jalur transmisi plant losses dan transmission losses
. Nilai CF berada pada kisaran 0,75 PLN, 0,81 pihak
Universitas Sumatera Utara
owner dan 0,85 maksimal. Koefisien diatas dimodelkan dengan distribusi normal.
Selain nilai koefisien, faktor harga juga dapat dimodelkan dengan distribusi uniform dengan rentang Rp 656,- kWh sampai dengan Rp 682,-kWh.
Faktor harga dapat dianggap sebagai resiko karena terdapat perbedaan harga. Harga minimum Rp 656,-kWh adalah harga kesepakatan awal antara PT.BTU
dengan PLN. Sementara harga Rp 682,-kWh adalah harga sesuai rumusan ketentuan 0,8 x BPP-TM Biaya Pokok Produksi Tegangan Menengah. Tabel
BPP PLN selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. 3. Biaya
a. BOM = Biaya Operasional dan Maintenance BOM bertambah setiap tahun mengikuti rerata inflasi.
BOMj = BOMj 1+rn ; di mana n= 1,2,….c
3.3 Model biaya OM ini adalah distribusi normal, sedangkan pertambahan biaya
pertahun = fluktuasi rerata inflasi = distribusi lognormal. Inflasi menggunakan distribusi lognormal adalah asumsi dan data sejarah bahwa nilai inflasi yang
mengecil mendekati nol atau minus deflasi bersifat terbataslangka, tetapi pergerakan nilai inflasi yang membesar bersifat tak terhingga.
b. Depresiasi Dep Dep = TDCN
3.4 di mana : TDC = Total Direct Cost, N = Umur rencana proyek
4. NCFAT = Rev – BOMj – Dep1 – T + Dep
3.5 NCFAT = Net Cash Flow After Tax
5. NPV = NCFAT 1+δn – TBI
3.6 δ = nilai WACC sebagai interest rate
Sementara hubungan antar variabel antara satu dengan lainnya pada model faktor resiko ini dapat dilihat pada flowchart hubungan antar variable pada Gambar 3.3 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3 Hubungan antar variabel
3.4 Perhitungan CAPM dan WACC