Analisa Finansial TINJAUAN PUSTAKA

wajib dibeli oleh pemerintah dalam hal ini PLN. Pemberian ijin tersebut antara lain mengacu pada pasal 33 Undang-undang UU Nomor 30 tahun 2009, ketentuan pasal 32 A Peraturan Pemerintah PP nomor 26 tahun 2006 serta ketentuan pasal 4 peraturan menteri Permen ESDM no.31 tahun 2009. Kesepakatan ini tertuang dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement PPA. Sehingga jenis kerjasama yang terjalin antara swasta dan pemerintah dalam bentuk BOO Build,Operate,Owned. Pembangkit listrik skala kecil on grid atau tersambung dengan sistem jaringan listrik PLN, mempunyai beberapa ketentuan dalam kesepakatan tersebut. Hal penting dalam kesepakatan ini adalah komponen HPP dan CF. Besar HPP adalah 0,8 × BPP pada tegangan menengah dan 0,6 × BPP pada tegangan rendah sesuai Permen ESDM 269- 1226600.32008. BPP sendiri adalah Biaya Pokok Produksi yang ditetapkan PLN berdasarkan wilayah. HPP wilayah Banten, yang merupakan system pembangkit Jawa- Bali, untuk tegangan menengah adalah Rp 682,- kWh. Faktor ketersediaan sendiri berkisar antara 65 - 90, yang merupakan kesepakatan dengan IPP yang sudah operasional maupun yang akan beroperasi tetapi sudah ada kesepakatan. Pada PLTM Cikidang ini kesepakatan sementara adalah 81, dengan asumsi firm energy rerata PLTA yakni pada debit andalan 80 dan dengan asumsi plant loses sebesar 8 dan transmission loses sebesar 11. Kesepakatan dikatakan sementara karena berdasarkan peraturan yang ada, bahwa kesepakatan ini hanya berlaku hingga 1 tahun sampai dengan awal operasional atau COD Commercial On Date di mana jika dalam jangka waktu itu pembangkit belum dapat dikatakan laik operasional, maka diadakan perpanjangan perjanjian atau perjanjian kembali.

2.6 Analisa Finansial

Investasi adalah suatu kegiatan penanaman modal pada masa sekarang untuk memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. Investasi dapat juga didefinisikan dengan pengorbanan peluang konsumsi saat ini dengan harapan mendapat keuntungan Universitas Sumatera Utara dimasa datang. Abdul Halim 2005 menyatakan bahwa pertimbangan dalam menentukan tujuan dari suatu investasi yaitu: 1. Tingkat pengembalian yang diharapkan expected rate of return. 2. Tingkat risiko rate of risk. 3. Ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Saat ini teknik penilaian proyek masih didominasi oleh teknik konvensional Discount Cash Flow selanjutnya disingkat DCF. Hal ini dapat dipahami karena teknik ini tidak menggunakan rumus yang sulit. Mekanisme teknik penilaian DCF adalah dengan mendiskonto arus kas yang akan dihasilkan dari suatu proyek pada tingkat diskonto discount rate tertentu. Discount rate ini timbul sebagai bentuk kompensasi dari risiko yang ditanggung investor akibat adanya ketidakpastian arus kas yang akan diterima dan atau perhitungan bunga pinjaman serta penyusutan nilai arus kas di depan akibat adanya inflasi. Menurut Mun 2006 terdapat kelebihan dari metode DCF yaitu: a. Jelas serta konsisten dalam decision criteria untuk seluruh proyek. b. Terdapat faktor time value of money serta struktur resiko yang sudah terkandung didalamnya. c. Mudah dalam menjelaskan kepada pihak manajemen. Namun diantara kelebihan tersebut, metode DCF juga memiliki banyak kekurangan seperti: a. Ketidakpastian dimasa yang akan datang membuat hasil dari metode DCF yang statis menjadi kurang dinamis. b. Proyek-proyek yang dinilai berdasarkan metode DCF bersifat lebih pasif, padahal proyek-proyek tersebut rutin dikendalikan melalui project life cycle. c. Seluruh tingkat risiko diasumsikan sudah diwakilkan oleh faktor discounted rate , padahal dalam kenyataannya tingkat resiko tersebut senantiasa berubah. Universitas Sumatera Utara d. Metode DCF mengasumsikan cash flow dimasa depan dapat diramalkan dengan tepat, padahal sangat sulit untuk melakukan estimasi cash flow dimasa depan karena sangat beresiko.

2.7 Perhitungan Nilai Investasi dengan Metode Determenistik