79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan tentang pengaruh faktor makroekonomi BI rate, inflasi, Produk Domestik Bruto PDB, nilai tukar dan
faktor internal bagi hasil dan return on investment terhadap pertumbuhan dana
pihak ketiga, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara simultan Inventory Conversion Period, Receivables Collection Period,
Payables Defferal Period, Cash Conversion Cycle, Size, dan Status perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Gross Profit margin.
2. Secara parsial Inventory Conversion Period berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap Gross Profit margin, Receivables Collection Period berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Gross Profit margin, Payables
Defferal Period berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Gross Profit margin, Cash Conversion Cycle berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Gross Profit margin, Sedangkan Size berpengaruh negatif signifikan terhadap Gross Profit margin, Status Perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap Gross Profit margin.
5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
80
Bagi peneliti selanjutnya a.
Peneliti hanya menggunakan 8 sampel perusahaan farmasi dalam penelitian ini. Sehingga bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa lebih banyak
menggunakan sampel perusahaan farmasi yang lebih banyak sehingga mampu menilai variabel-variabel yang mempengaruhi profitabilitas lebih
banyak. b.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan variabel- variabel lain diluar variabel penelitian ini agar memperoleh hasil yang lebih
baik yang dapat menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan farmasi dan memperpanjang periode
untuk memperluas cakupan serta menggunakan metode analisis yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Modal Kerja
Setiap perusahaan memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan baku,
membayar gaji pegawai, membayar upah tenaga kerja langsung, membayar hutang dan lain-lain. Kekurangan uang tunai kas akan menyebabkan perusahaan
tidak mampu membayar kewajiban jangka pendek, sedangkan kekurangan persediaan akan memnyebabkan perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan
karena calon pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan. Perusahaan yang membiayai kebutuhan modal kerja dengan pinjaman, jika tidak dilakukan dengan
perencanaan yang matang selain akan mengurangi laba yang seharusnya di peroleh, yang akan memberikan beban berat pada perusahaan diwaktu yang akan
datang Sundjaja, 2003 :186 Menurut Brigham dan Houston 2006 :131 Modal kerja adalah investasi
sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek kas, sekuritas, persediaan, dan piutang. Menurut Wild 2005 :186, ada tiga konsep pengertian modal kerja :
a. Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk
membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor gross working capital .
Universitas Sumatera Utara
14
b. Konsep Kualitatif
Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan
kewajiban lancar net working capital . Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar dari
kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para kreditor kepada pihak perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin
dengan dana pinjaman dari kreditor. c.
Konsep Fungsional Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan
dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang
digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba
pun akan menurun. Akan tetapi kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari-hari, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan tersebut
diharapkan dapat kembali lagi masuk ke dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya.
Universitas Sumatera Utara
15
2.1.2 Pentingnya Modal Kerja yang Cukup
Modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien
dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan juga akan memberikan beberapa keuntungan Munawir, 2004 :116. Manfaat dari tersedianya modal
kerja yang cukup adalah: 1.
Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancer, misalnya seperti adanya kerugian karena debiur tidak membayar.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya tepat pada waktunya. 3.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi
peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna
melayani permintaan konsumennya. 6.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
16
8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau
depresi.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Menurut Hampton 1989:180 besarnya modal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan tergantung pada beberapa hal, yaitu:
a. Besar kecilnya skala suatu perusahaan
Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber
pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat bergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak
tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan.
b. Aktivitas perusahaan
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara
tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan.
c. Volume penjualan
Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal
kerja juga akan meningkat demikian pula sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
17
d. Perkembangan teknologi
Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan
proses produksi yang lebih membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai, selain itu akan membuat
perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan pertambahan penjualan yang besar.
e. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas
Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk
mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk
membayar transaksi yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
2.1.4 Jenis-jenis Modal Kerja
Menurut Taylor 2004: 132 modal kerja dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu:
1. Modal kerja permanen permanent working capital
Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam:
a. Modal kerja primer
Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
Universitas Sumatera Utara
18
b. Modal kerja normal
Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2. Modal kerja variable variable working capital
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan dalam:
a. Modal kerja musiman
Modal kerja musiman merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah- ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklus
Modal kerja siklus merupakan modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh konjungtur.
c. Modal kerja darurat
Modal kerja yang besarnya berubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya misalnya adanya pemogokan buruh, banjir,
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak.
2.1.5 Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja berkenaan dengan management current account perusahaan aktiva lancar dan utang lancar. Manajemen modal kerja ini
merupakan salah satu aspek terpenting dari keseluruhan pembelanjaan perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham 2004 :133 manajemen modal kerja mengacu pada semua aspek penatalaksanaan aktiva lancar dan utang lancar.
Universitas Sumatera Utara
19
Sedangkan manajemen modal kerja Menurut Weston Copeland 1999: 327 manajemen modal kerja merupakan kegiatan yang mencakup semua fungsi
manajemen atas aset lancar dan kewajiban jangka pendek yang terdapat dalam perusahaan agar mampu membiayai pengeluaran untuk operasi sehari-hari.
Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aset lancar dan utang lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan menjamin tingkat
profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, seorang manager diharapkan mampu mengelola manajemen perusahaan agar pemenuhan modal kerja dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Menurut Eljelly 2004, menyatakan manajemen modal kerja memegang
peranan penting dalam membuat perbandingan likuiditas dan profitabilitas perusahaan, yang melibatkan pengambilan keputusan terkait jumlah dan
komposisi aktiva lancar dan membiayai aktiva tersebut. Kekurangan modal kerja dalam meningkatkan penjualan dan produksi akan berakibat pada hilangnya
potensi pendapatan dan laba yang mungkin diperoleh sehingga timbul pula kemungkinan perusahaan akan terseret ke dalam keadaan insolvent tidak mampu
membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak akan mampu melunasi kewajiban jangka
pendeknya tepat waktu dan akan dihadapkan pada masalah likuiditas. Manajemen modal kerja juga menjadi penting, karena berkaitan dengan
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
20
1. Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu
manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja.
2. Jika lebih dari separuh total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar
sebagai bagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang seksama dari manajer keuangan.
3. Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan
permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung. 4.
Manajemen modal kerja sangat penting terutama bagi perusahaan kecil. Meskipun perusahaan kecil dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya
namun mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang dan persediaan. Karena akses ke pasar modal relatif terbatas, maka penekanan harus
ditujukan pada utang dan piutang dagang dan pinjaman bank jangka pendek Weston Copeland 1999 :324.
Ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional dalam menajemen modal kerja Horne, 2005 :313, yaitu kemampuan memperoleh laba berbanding
terbalik dengan likuiditas dan kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko. Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi
dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga
mengakibatkan adanya dana menganggur idle fund, karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba.
Universitas Sumatera Utara
21
2.1.6 Efisiensi
Efisiensi adalah ketepatan cara antara usaha dan kerja dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan
kegunaannya Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 :284. Efisiensi dalam pekerjaan adalah perbandingan terbaik antara suatu kerja dengan hasil yang
dicapai. Perbandingan ini dapat dilihat dari dua segi : a segi hasil b segi usaha. Segi hasil adalah suatu kegiatan yang dapat disebut efisien kalau dengan
usaha tertentu memberikan hasil yang maksimal, baik mutu maupun hasilnya. Segi usaha adalah suatu kegiatan disebut efisien kalau hasil tertentu tercapai
dengan usaha yang maksimal. Pengertian usaha dapat dikembangkan dengan unsur-unsur antara lain pikiran, jasmani, dan benda termasuk uang, sedangkan
efisiensi menurut Drucker dalam Trisnawati 2005:7 adalah mengerjakan pekerjaan yang benar doing things right. Efisiensi bertujuan untuk
meminimalkan biaya-biaya dalam proses operasional perusahaan. Efisiensi modal kerja berarti ukuran seberapa baik suatu perusahaan menggunakan modal kerja
yang dimilikinya dengan meminimalkan biaya-biaya yang digunakan dalam operasional perusahaan. Efisien yang dimaksud penelitian ini adalah efisiensi
manajemen modal kerja.
2.1.7 Efisiensi Manajemen Modal Kerja
Efisiensi Manajemen modal kerja merupakan salah satu upaya perusahaan untuk mengelola modal kerja sehingga setiap dana yang dioperasikan oleh suatu
perusahaan dapat terarah secara efektif dan dana operasi dapat segera kembali dengan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.
Efisiensi manajemen modal
Universitas Sumatera Utara
22 kerja adalah kemampuan perusahaan untuk mengelola modal kerja yang ada,
sehingga dapat meningkatkan kemakmuran pada perusahaan, manajemen modal kerja yang efisien yaitu mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan
tidak juga kekurangan. Alat yang digunakan untuk mengukur efisiensi manajemen modal kerja yaitu
Cash Conversion Cycle Siklus Konversi Kas. Cash Conversion Cycle Siklus Konversi Kas adalah alat yang digunakan untuk mengukur waktu yang
diperlukan perusahaan untuk mengumpulkan kas yang berasal dari hasil kegiatan operasi perusahaan yang nantinya akan berpengaruh terhadap jumlah dana yang
digunakan untuk disimpan pada current assets. Pengelolaan modal kerja yang efektif dalam suatu perusahaan dapat dilihat
dari indikator siklus konversi kasnya CCC Deloof 2003, Gill, Biger dan Mathur 2010 dan Enqvist, Graham dan Nikkinen 2012. Perusahaan dengan
pengelolaan modal kerja yang efektif dan efisien dapat dilihat dari siklus konversi kasnya yang semakin pendek. Perusahaan dengan siklus konversi kas yang
pendek mengindikasikan perusahaan mampu mengumpulkan piutangnya dengan cepat dan membayar supplier lebih lambat namun dengan tetap menjaga
kredibilitasnya. Hal ini akan berdampak pada profitabilitas dan likuiditas yang optimal.
Cash Conversion Cycle dapat di perpendek dengan cara memperpanjang umur pembayaran utang. Namun perlu dicatat, manajemen diharapkan dapat
memperlambat pembayaran utang tanpa merusak reputasi dan kredibilitasnya. Dalam arti pelambatan pembayaran utang hanya boleh dilakukan sampai batas
maksimum pembayaran utang yang telah diijinkan oleh kreditornya, dengan
Universitas Sumatera Utara
23
memperlambat pembayaran utang maka perusahaan dapat memanfaatkan dana yang ada untuk keperluan lainnya ataupun dapat disimpan dalam investasi jangka
pendek yang bersifat likuid sehingga akan mendatangkan pemasukan bagi perusahaan
.
Perusahaan dapat meningkatkan laba dengan mempersingkat siklus konversi kas secepat mungkin tanpa mengganggu operasi, karena siklus konvesi
kas yang pendek dapat mengurangi besarnya pembiayaan eksternal ataupun internal yang dibutuhkan. Menurut brigham dan Houston 2006 :566, model
siklus konversi kas terdiri atas 3 komponen yang menyusunnya yaitu periode piutang, periode persediaan, dan periode utang perusahaan.
2.1.8 Inventory Conversion Period
Inventory Conversion Period merupakan jangka waktu sejak pembelian bahan baku yang kemudian diolah menjadi barang jadi untuk dijual. Dalam
mengelola persediaan, muncul biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan. Brealey et al., 2007 :143. Berdasarkan hal tersebut maka periode persediaan
harus dipercepat agar dapat menekan biaya-biaya tersebut sehingga hal ini akan dapat menguntungkan bagi perusahaan Syamsuddin, 2009 :205. Di sisi lain
perusahaan harus menjaga agar tidak terjadi kehabisan persediaan yang berakibat perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Syamsuddin, 2009
:234. Menurut Brigham dan Houston 2004 :567 periode konversi persediaan
dapat diukur dengan cara membagi inventory dengan sales kemudian dikali 365.
Universitas Sumatera Utara
24
Upaya mempercepat periode persediaan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dikarenakan pengelolaan persediaan ini menimbulkan biaya-biaya
yang harus ditanggung perusahaan. Dengan mempercepat periode ini maka dapat mengurangi biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan sehingga hal ini dapat
menguntungkan perusahaan. Akan tetapi harus diwaspadai agar tidak terjadi kehabisan persediaan yang berakibat perusahaan tidak dapat memenuhi
permintaan pelanggan.
2.1.9 Receivables collection period
Receivables collection period merupakan jangka waktu sejak barang jadi dijual secara kredit hingga penerimaan kas dari pengumpulan piutang. Adanya
piutang berarti terdapat kas yang terikat didalamnya sehingga harus segera dibebaskan agar tersebut dapat segera digunakan untuk kepentingan-kepentingan
perusahaan terutama untuk investasi yang menguntungkan perusahaan Syamsuddin, 2009 :242. Berdasarkan hal tersebut maka periode ini harus
dipercepat agar dapat memberi keuntungan bagi perusahaan. Akan tetapi terdapat resiko perusahaan kehilangan pelanggan akibat upaya yang agresif dengan
mempercepat pengumpulan piutang Syamsuddin, 2009 :273. Menurut Brigham dan Houston 2004 :567 periode pengumpulan piutang
dapat diukur dengan cara membagi piutang usaha dengan penjualan kemudian
dikali 365.
Universitas Sumatera Utara
25
Upaya mempercepat periode piutang akan menguntungkan perusahaan dikarenakan kas yang terikat dalam piutang dapat segera dibebaskan dan kembali
digunakan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya termasuk untuk digunakan pada kesempatan yang menguntungkan. Akan tetapi upaya ini menandakan upaya
yang agresif dari perusahaan untuk mengumpulkan piutangnya yang dapat berakibat perusahaan kehilangan pelanggan di kemudian hari.
2.1.10 Payables Defferal Period
Payables deferral period merupakan jangka waktu sejak pembelian bahan baku hingga dilakukan pembayaran atas bahan baku yang dibeli tersebut.
Utang usaha pada dasarnya menguntungkan bagi perusahaan karena dapat menggunakan bahan baku tanpa harus membayar terlebih dahulu. Brealey et al.,
2007:171, jika pembayarannya diperlambat maka hal ini semakin menguntungkan perusahaan. Akan tetapi perusahaan harus tetap menjaga relasi
yang baik dengan pemasok dan tetap memanfaatkan potongan tunai yang menguntungkan perusahaan. Syamsuddin, 2009 :234 .
Menurut Brigham dan Houston 2004 :567 periode pembayaran utang dapat diukur dengan cara membagi utang lancar dengan harga pokok penjualan
dikali 365.
Account payable merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan yang bersifat jangka pendek Gitman 2011 :682. Payable Deferral Period
merupakan jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
26
pembayaran atas hutang-hutangnya. Apabila perusahaan membayar mampu menunda pembayaran hutang-hutangnya tanpa meningkatkan biaya operasi maka
profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi Brigham dan Houston 2009 :496.
2.1.11 Cash Conversion Cycle
Menurut Brigham dan Houston 2004 :568, siklus konversi kas dapat dipersingkat dengan cara:
1. Mengurangi periode konversi persediaan dengan memproses dan
menjual barang secara lebih cepat. 2.
Mengurangi periode penerimaan piutang dengan mempercepat penagihan, atau
3. Memperpanjang periode pembayaran utang dengan memperlambat
pembayaran yang dilakukan. Sedangkan menurut Gitman 2012: 641, cash conversion cycle CCC
adalah lama waktu yang dibutuhkan sebuah perusahaan umtuk mengkonversi kas yang diinvestasikan dalam operasinya menjadi penerimaan kas sebagai hasil dari
kegiatan operasinya. Menurut Brigham dan Houston 2004 :568 siklus konversi kas dapat
diukur dengan menambahkan inventory conversion period dan receivable collection period kemudian hasilnya dikurangi dengan payables deferral period.
Universitas Sumatera Utara
27
Perusahan akan mendapatkan keuntungan dengan mempercepat penerimaan kas dan memperlambat pengeluaran kas untuk pembayaran utang.
Perusahaan akan memperlambat pengeluaran kas atau pembayaran utang. Perusahaan akan mempercepat penerimaan kas untuk dapat menggunakan uang
tersebut lebih cepat untuk meningkatkan efesiensi yang pada akhirnya meningkatkan profitabilitas. Sebaliknya, perusahaan berusaha menunda
pembayaran hutang selama yang mereka bisa tanpa harus menurunkan kepercayaan kreditor sehingga perusahaan mampu meningkatkan manfaat kas
yang telah didapatkan Horne dan Wachowiz, 2008: 223. Cash conversion period merupakan kombinasi dari penjumlahan inventories conversion period dengan
reivables collection period dikurangi payable deferral period. Menurut Brigham dan Houston 2006: 568 mengemukakan bahwa mempersingkat cash conversion
cycle akan menghasilkan profitabilitas yang lebih tinggi. Jika sebuah perusahaan menjual lebih cepat, mengumpulkan piutang lebih cepat, dan membayar hutang
lebih lama tanpa mempengaruhi penjualan dan meningkatkan biaya operasional, maka periode pengumpulan kas akan berkurang, biaya bunga akan berkurang,
biaya bunga akan dapat dikurangi dan profit akan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam suatu siklus konversi kas, periode
piutang dan periode persediaan harus dikelola secepat mungkin sedangkan periode utang harus diperlambat sehingga upaya-upaya ini dapat mempersingkat
siklus konversi kas dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan profitabilitas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
28
2.1.12 Firm Size
Menurut Rajan dan Zingales 2005:83, ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan, antara
lain :
a. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies of scale, dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran
perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas. b. Teori organisasi, menjelaskan hubungan profitabilitas dengan ukuran
perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, didalamnya terdapat teori critical resources
c. Teori institusional mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor seperti sistem perundang-undangan, peraturan anti-trust, perlindungan
patent, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan Perusahaan yang berukuran besar memiliki peluang yang besar untuk
memiliki sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapatkan pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan yang berukuran besar
mempunyai probabilitas yang lebih besar untuk bersaingan atau bertahan dalam industri. Ukuran perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total assets, log
size, nilai pasar saham dan lain-lain Putri, dkk. 2014.
2.1.13 Status Perusahaan Perusahaan BUMN dan BUMS
Berdasarkan peraturan pemerintah ada dua bentuk perusahaan di indonesia yaitu Badan Usaha Milik Pemerintah BUMN dan Badan Usaha Milik Swasta
BUMS. Bentuk perusahaan ini didasarkan pada kepemilikannya. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
29
undang-undang Republik Indonesia no.19 tahun 2003 tentang BUMN, Badan Usaha Milik Negara BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebahagian
besar modalnya adalah milik negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Badan Usaha Milik Negara
BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasioal, disamping badan usaha milik swasta dan koperasi. Dalam menjalakan
kegiatan usahanya, Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Swasta BUMS dan koperasi menajalankan peran saling mendukung bedasarkan
demokrasi ekonomi. Berdasarkan UUD 1945 pasal 33, bidang- bidang usaha yang diberikan
kepada pihak swasta adalah mengelola sumber daya ekonomi yang bersifat tidak vital dan strategis atau yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak. Badan
Usaha Milik Swasta BUMS adalah badan usaha yang modalnya dimiliki oleh swasta. Badan Usaha Milik Swasta BUMS dibedakan menajadi Badan Usaha
Milik Swasta BUMS dalam negeri dan Badan Usaha Milik Swasta BUMS luar negeri. Badan Usaha Milik Swasta BUMS dalam negeri adalah badan usaha
yang modalnya dimiliki oleh masyarakat dalam negeri. Sedangkan Badan Usaha Milik Swasta BUMS luar negeri adalah badan usaha yang modal usahanya
dimilikimoleh masyarakat luar negeri.
2.1.14 Profitabilitas
Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan
memperoleh laba dengan menggunakan semua suber daya perusahaan maka
Universitas Sumatera Utara
30
tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi.
Profitabilitas merupakan hak yang penting bagi perusahaan karena disamping dapat menilai efisiensi kerja, juga merupakan alat untuk meramalkan
laba masa yang akan datang dan merupakan alat pengendali bagi manajemen. Dengan berpedoman pada profitabilitas, manajemen dapat mengambil dan
menentukan langkah yang tepat untuk meningkatkan profitabilitas dimasa yang akan datang.
Profitabilitas merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu fokus utama bagi perusahaan yang berorientasi terhadap laba. Kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan ini merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan perusahaan agar dapat terus bertahan dan tumbuh serta
berkembang dalam menjalankan bisnisnya Syamsuddin, 2009 :59. Perusahaan harus dapat mengelola bisnisnya secara efisien agar sumber daya yang digunakan
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya tidak lebih besar dari hasil yang diterima perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston 2006 :107, rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas,
manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Terdapat beberapa jenis rasio yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu
perusahaan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
31
a. Gross Profit Margin
Gross profit margin mengukur besarnya persentase dari laba kotor yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan. Semakin tinggi gross
profit margin, maka semakin baik. Gross profit margin dapat dihitung dengan rumus:
b.
Operating Profit Margin Operating profit margin mengukur besarnya persentase dari laba kotor
yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan setelah terlebih dahulu dikurangi dengan beban dan biaya operasi perusahaan. Semakin tinggi
rasio operating profit margin, maka semakin baik. Operating Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus:
c.
Net Profit Margin
Net Profit Margin mengukur besarnya persentase laba bersih yang
dapat dihasilkan dari setiap penjualan. Net profit margin dapat dihitung seperti berikut
:
Universitas Sumatera Utara
32
d.
Return on Assets ROA
Return on Assets ROA, sering pula disebut sebagai Return on Investment ROI. ROA mengukur efektivitas manajemen secara
keseluruhan dalam menghasilkan laba berdasarkan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi rasio ROA, semakin baik. ROA dapat
dihitung dengan rumus:
e.
Return on Equity ROE
Return on Equity mengukur besarnya persentase pengembalian atas
investasi yang telah dilakukan oleh para pemegang saham di suatu perusahaan. ROE dapat dihitung dengan rumus:
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini,
penulis membatasi hanya menggunakan satu cara yaitu memakai rasio Gross Profit Margin untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Menurut Gitman, 2009
:68, Gross Profit margin GPM untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya. Ini merupakan ukuran efisiensi operasi
perusahaan dan juga indikasi penetapan harga produk.
Universitas Sumatera Utara
33
2.2. Penelitian Terdahulu
Secara ringkas penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dan berhubungan dengan Efisiensi Manajemen Modal Kerja
dan Profitabilitas adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian Metode
Analisis Variabel
Hasil
1 Falope dan
Ajilor2009 Working Capital
Management and Corporate
Profitability: Evidence From
Panel Data Analysis Of Selected Quoted
Companies in Nigeria
analisis regresi dan Pearson
Corelation. Variabel
dependen: ROA. Variabel
independen; Periode
pengumpulan piutang, periode
Konversi persediaan, periode
penangguhan utang,siklus
konversi kas,ukuran perusahaan,pertumb
uhan penjualan, rasio
utang. Terdapat hubungan
negatif antara periode
penangguhan utang, periode
pengumpulan piutang dan
periode konversi persediaan
terhadap profitabilitas.
2 Niken
Hastuti 2010
Analisis Pengaruh Periode Perputaran
Persediaan, Periode Perputaran Utang
Dagang, Rasio Lancar,
Leverage, Pertumbuhan
Penjualan Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Studi
Pada : Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI Pada
Tahun 2006-2008 Analisis
Regresi Linier Berganda
Variabel Dependen : ROA
Variabel Independen :
periode perputaran persediaan, periode
perputaran utang dagang, rasio
lancar, rasio utang, pertumbuhan
penjualan dan ukuran perusahaan
Variabel periode Perputaran
persediaan, periode perputaran
utang dagang, rasio lancar dan leverage
memiliki koefisien regresi yang
negatif. Sedangkan pertumbuhan
penjualan dan ukuran perusahaan
memiliki koefisien regresi yang
positif.
Universitas Sumatera Utara
34
Lanjutan Tabel 2.1
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian Metode
Analisis Variabel
Hasil
3 Saghir,
Hasmi, Hussain20
11 Working Capital
Management And Profitability: Evidence
From Pakistan Firm Analisis
Pearson Corelation
Analisis regresi
Variabel dependen: ROA
Variabel Independen :
Periode pengumpulan piutang, periode
konversi persediaan,periode
penangguhan utang
Penurunan profitabilitas yang
Dihubungkan dengan Peningka-
tan periode penangguhan utang
Terdapat hubungan negatif periode
pengumpulan piutang dan
periode konversi persediaan
terhadap profitabilitas
4 Danang
Rosyid201 2
“Analisis Pengaruh Periode Konversi
Persediaan, Periode Pengumpulan Piutang,
Periode Penangguhan Utang, Rasio Utang
Terhadap Profitabilitas Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang
Tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI
Periode Tahun 2008 – 2010”
Analisis Regresi
Linier berganda
Variabel dependen: ROA
Variabel Independen: periode konversi
persediaan, periode pengumpulan
piutang, periode penangguhan utang,
rasio utang. Variabel periode
konversi persediaan, periode
pengumpulan piutang dan rasio
utang yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap ROA. Sedangkan
variabel yang lain, periode
penangguhan utang tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
Universitas Sumatera Utara
35
Lanjutan Tabel 2.1
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian Metode
Analisis Variabel
Hasil
5 Suhendi
2012 Pengaruh Perputaran
Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Manufaktur Sektor
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Analisis
Regresi Linier
berganda Variabel dependen:
net profit margin Variabel independen:
cash conversion cycle dan perputaran kas
Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa cash
conversion cycle dan perputaran kas
baik secara parsial maupun simultan
mempunyai pengaruh terhadap
net profit margin sebagai ukuran
profitabilitas.
6 R.rr Ken
Berlian Kautsari
2013 Pengaruh Manajemen
Modal Kerja Terhadap profitabilitas
perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Analisis
Regresi Linier
berganda Variabel dependen:
ROA Variabel independen:
periode perputaran persediaan, Periode
piutang
Konversi, Periode Penangguhan
Hutang, dan siklus konversi kas.
Variabel kontrol: utang dan ukuran
perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada yang
kuat hubungan negatif antara
periode perputaran persediaan, Piutang
Periode Konversi, dan siklus konversi
kas dan laba atas aset perusahaan.
Periode Penangguhan
hutang
tidak mempengaruhi
pada laba atas aset perusahaan. Ini
berarti bahwa sebagai siklus
konversi kas meningkatkan hal
itu akan menyebabkan
penurunan return on asset
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
36
Lanjutan Tabel 2.1
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian Metode
Analisis Variabel
Hasil
7 Werner R.
Murhadi20 13
Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas Perusahaan di Bursa
Efek Indonesia Analisis
Regresi Linier
berganda Variabel dependen:
Gross Profit Margin Variabel independen:
account payable deferral period,
accounts receivable conversion period,
dan
inventories conversion period.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa siklus konversi kas tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap
profitabilitas. Komponen dari
siklus konversi kas yakni lamanya
periode pengumpulan
piutang juga tidak mempengaruhi
profitabilitas , sedangkan
komponen dari siklus konversi kas
lainnya yaitu periode
pembayaran pembayaran hutang
dan konversi persediaan
berpengaruh positif signifikan.
8 Mr.
N.Suresh Babu2014
“Study on the Working Capital Management
Efficiency in Indian Leather Industry- An
Empirical Analysis” Regresi
Linier berganda
Variabel dependen: profitability ROA
Variabel independen: the inventory
conversion period ICP, the
average collection period ACP,
the average payment period APP, and
the cash conversion Cycle
CCC Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
profitabilitas memiliki hubungan
positif signifikan persediaan periode
konversi dan signifikan positif
hubungan periode penagihan rata-
rata. Bahkan meskipun, periode
pembayaran rata- rata dan konversi
kas
siklus yang signifikan
berhubungan negatif dengan
profitabilitas.
Universitas Sumatera Utara
37
Lanjutan Tabel 2.1
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian Metode
Analisis Variabel
Hasil
9 Muhammad
Fauzan2015 Pengaruh Pengelolaan
Modal Kerja siklus konversi kas terhadap
Profitabilitas Perusahaan
Regresi Linier
berganda Variabel Dependen:
ROA Variabel Independen:
Days of Sales Outstanding , Days of
Inventory Outstanding , dan
Days of Payable Outstanding
Dalam pengujian hipotesis uji t
menunjukkan sub variabel Days of
Sales Outstanding berpengaruh
terhadap Return On Asset. Sub variabel
Days of Inventory Outstanding tidak
berpengaruh terhadap Return On
Asset. Sub variabel Days of Payable
Outstanding berpengaruh
terhadap Return On Asset. Sedangkan
berdasarkan uji f menunjukkan
bahwa sub variabel Days of Sales
Outstanding, Days of Inventory
Outstanding, dan Days of Payable
Outstanding berpengaruh
terhadap Return On Asset.
2.3 Kerangka Konseptual