serat makanan dan terlalu tingginya konsumsi makanan berlemak Larsen, 2003.
Peran serat dalam kanker kolon hanya sebagai pencegah, bukan mengobati. Konsumsi serat makanan yang seimbang dan teratur mampu
menangkal serangan kanker kolon. Ini karena serat makanan larut air di dalam kolon akan difermentasikan oleh bakteri kolon menjadi asam lemak
rantai pendek yang berfungsi sebagai anti kanker. Terbentuknya asam lemak rantai pendek akan mengikat asam empedu yang bersifat
karsinogenik. Selanjutnya, asam tersebut akan dibuang bersamaan dengan feses melalui anus Sulistijani, 2002.
d. Wasir Hemorrhoid
Adalah terjadinya pelebaran darah balik dan pembengkakan jaringan sekitarnya di daerah anus atau dubur Sugiharto, 2002. Penyakit
ini banyak diderita oleh orang dewasa. Konsumsi serat makanan yang tidak larut dalam air lebih ditingkatkan dapat membantu feses agar tetap
lunak dan bervolume besar, sehingga dapat mengurangi tekanan pada anus Sulistijani, 2002.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya wasir, antara lain : faktor keturunan, tekanan di dalam perut yang terlalu besar, kehamilan,
jenis pekerjaan, konsumsi rendah serat. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain Sugiharto, 2002.
e. Gangguan Metabolisme
Gangguan ini yang dimaksud adalah Obesitas kegemukan yang merupakan
refleksi ketidakseimbangan
konsumsi makanan
dan
pengeluaran energy dari aktivitas fisik dan olahraga Larsheslet, 1997 dan Khomsan, 2004. Beberapa ahli mengklasifikasikan kegemukan. Jika nilai
IMT 25 dan obesitas IMT 30 Gibson, 1993. Obesitas ini disebabkan oleh kegemaran makan yang berlebihan
terutama makanan tinggi kalori tanpa diimbangi oleh aktivitas fisik yang cukup kurang gerak, sehingga energi tersimpan dalam tubuh sebagai
lemak tubuh dan adanya gangguan metabolik dalam tubuh, misalnya kejadian tumor hipotalamus yang dapat menyebabkan hiperfagia yakni
nafsu makan meningkat Khomsan, 2004.
f. Hipertensi
Adalah tekanan sistolik atau diastolik lebih besar dari 13090 mmHg. Orang yang mengonsumsi serat tinggi umumnya mempunyai
tekanan darah lebih rendah daripada orang yang tidak mengkonsumsi serat Khomsan, 2003.
g. Diabetes Mellitus DM
Adalah suatu kondisi dimana kadar gula dalam darah lebih tinggi dari normal 60-145 mgdl Joseph, 2002. Suyono 1999 menjelaskan
bahwa, Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula glukosa
darah akibat kekurangan insulin, baik absolute maupun relatif. Insulin merupakan suatu zat hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pangkreas
yang berfungsi dalam metabolisme pengolahan makanan menjadi energi. Rekomendasi asupan serat untuk penderita diabetes sama dengan
orang yang tidak diabetes, yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 g serat
makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia, anjurannya kira-kira 25 ghari dengan mengutamakan serat larut. Suatu penelitian di
Amerika membuktikan bahwa, diet tinggi serat yaitu 25 ghari mampu memperbaiki pengontrolan gula darah, menurunkan peningkatan insulin
yang berlebihan di dalam darah, serta menurunkan kadar lemak dalam darah Joseph, 2002.
Konsumsi pangan yang kaya akan serat terbukti dapat menurunkan kadar glukosa dan insulin. Menu dengan karbohidrat tinggi 55-70
dan serat pangan tinggi 50-80 ghari berhasil menyembuhkan penyakit Diabetes Mellitus DM. banyak penelitian yang membuktikan bahwa
respon glukosa plasma insulin terhadap jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dipengaruhi oleh kadar serat dalam makanan Bangun, 2003.
h. Jantung Koroner
Saat ini, penyakit jantung merupakan penyakit utama penyebab kematian di Indonesia. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh
kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, agar lemak mudah masuk dalam peredaran darah dan diserap tubuh, maka lemak harus diubah
oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan disimpan di hati dan di metabolisme tubuh menjadi kolesterol pembentuk asam
empedu yang berfungsi sebagai pencerna lemak. Semakin banyak mengkonsumsi lemak, berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol
dalam darah. Penumpukan kolesterol tersebut dapat menyebabkan terjadinya penebalan aterosklerosis pada pembuluh nadi koroner arteri
koronaria. Kondisi ini mengakibatkan kelenturan pembuluh nadi menjadi