Mengurangi ketidak pastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh sesorang atau perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
harapan.
2. Dari segi Hukum
Memindahkan atau membagi risiko yang dihadapi suatu objek atau sutau kegiatan bisnis kepada pihak lain.
3. Dari segi Tata Niaga
Membagi risiko yang dihadapi kepada semua peserta program asuransi.
4. Dari segi Kemasyarakatan
Menanggung kerugian secara bersama-sama antara semua peserta program asuransi.
5. Dari segi Matematik
Meramalkan besarnya kemungkinan terjadinya risiko dan hasil ramalan itu dipakai dasar untuk risiko kepada semua peserta
sekelompok peserta program asuransi.
b. Fungsi Asuransi Syariah
1. Fungsi utama asuransi adalah memberi kepastian. Karena pada dasarnya asuransi berusaha untuk mengurangi konsekuensi-konsekuensi yang
tidak pasti dari suatu keadaan yang merugikan, yang sudah diperkirakan sebelumnya, sehingga biaya atau akibat financial dari kerugian tersebut
menjadi pasti dan dapat dipastikan.
2. Memberikan perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian pada masa mendatang, itu sebenarnya yang melatarbelakangi ide adanya
usaha asuransi. 3. Memberikan ganti rugi santunan kepada para pemengang polis.
4. Berusaha memperoleh penghasilan guna membiayai aktivitasnya dan akan menginvestasikan sebagian dari dana yang terkumpul dari
pemegang polis berupa premi asuransi ke dalam barbagai sektor ekonomi yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan
sosial.
3. Landasan Hukum Asuransi Syari’ah
Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai
sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam, yaitu al-
Qur’an dan sunnah Rasul, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh
sebagai ahli hukum Islam.
37
Hakikat asuransi secara islami adalah saling bertanggung jawab, saling bekerja sama atau bantu-menbantu dan saling melindungi penderitaan satu
sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara syariat, karena
37
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis Historis Teoritis Pratik Jakarta: Perdana Media, 2004 Ed. Pertama, hal. 104