Anak Angkat Laki-laki Yang Berstatus Anak Kedua Dalam Keluarga

Pembagian harta warisan pada masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah merupakan percampuran antara hukum adat dan hukum Islam, sehingga pembagian harta warisan berlaku sistem adat dimana pembagian bagi anak angkat laki-laki tunggal berdasarkan pembagian 13 bagian yang diadaptasi dari hukum Islam, walaupun dalam hukum Islam sendiri pembagian harta warisan bagi anak angkat tidak ada sama sekali sehingga pembagian hanya berdasarkan atas persetujuan sanak- saudara orangtua angkat dan Badan Amil Zakat.

4.1.2 Anak Angkat Laki-laki Yang Berstatus Anak Kedua Dalam Keluarga

Pada penelitian yang dilakukan di Bagan Sinembah diketemukan satu kasus dimana anak angkat laki-laki berada pada posisi anak kedua, dimana anak pertama dalam keluarga tersebut adalah anak perempuan. Kasus ini masuk dalam varian anak angkat karena memiliki spesifikasi yang diharapkan berdasarkan atas dasar pengangkatan anak, yaitu keinginan untuk meneruskan garis keturunan, dimana kondisi orang tua angkatnya berusia lanjut dan hanya memiliki seorang anak kandung perempuan. Keluarga ini terdiri dari Tombang Simanjuntak laki-laki dan Delima Pakpahan perempuan dan anak perempuan yang bernama Zubaidah Simanjuntak, karena hanya memiliki seorang anak perempuan maka keluarga ini memutuskan mengangkat anak laki-laki untuk meneruskan keturunan keluarga tersebut, mengingat usia orangtua angkat yang telah berusia lanjut. Anak laki-laki yang diangkat merupakan anak yang diberikan secara sukarela oleh keluarga Sri Rohani Br. Ginting kepada pihak keluarga Tombang Simanjuntak, hal ini disebabkan karena ketidakmampuan Sri Rohani Br. Ginting untuk membesarkan anak tersebut dikarenakan suami dari Sri Rohani Br Ginting telah meninggal dunia. Universitas Sumatera Utara Anak angkat laki-laki tersebut ketika diangkat telah berusia 2 Tahun 6 bulan, dan setelah dilakukan persetujuan maka anak tersebut mengalami perubahan nama menjadi Asrul Simanjuntak, prosesi pengangkatan dan perubahan nama tersebut melalui serangkaian upacara adat dan diakui sebagai anak angkat oleh keluarga besar Tombang Simanjuntak tersebut. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dilapangan didapat bahwa penarikan garis keturunan atas diri anak angkat terletak pada keputusan yang diambil oleh orangtua angkatnya, apabila orangtua angkat berkenan untuk memberikan marga maka akan dilakukan upacara adat yang memanggil para pemuka adat, Dalihan Natolu dari pihak ayah mengingat garis keturunan pada masyarakat Batak Toba bersifat patrilineal serta mengundang masyarakat umum, seperti tetangga, saudara atau kerabat dan teman. apabila orangtua angkat tidak bersedia melakukan upacara dan meneruskan keturunan melalui anak angkatnya maka pembagian warisan diserahkan kepada Badan Amil Zakat setempat dengan tujuan untuk menyerahkan hak pengelolaan harta warisan kepada lembaga Badan Amil Zakat serta menyelenggarakan kesepakatan diantara pihak keluarga untuk memutuskan berapa bagian pembagian harta warisan tersebut. Keterangan dari informan yang mengangkat anak laki-laki maka diputuskan secara adat anak tersebut berhak atas sistem marga pihak ayah orang tua angkatnya dengan menjalani proses upacara adat, sehingga anak tersebut memiliki hak dan kewajiban sebagai seorang anak yang diatur dalam hukum adat Dalihan Natolu, selain itu pembagian atas harta warisan atas anak angkat laki-laki adalah sejumlah 13 bagian dari harta keseluruhan, sisa dari jumlah 13 tersebut dibagi kepada keluarga orang tua angkat. Asas pembagian warisan tersebut merunut pada hukum waris Islam. Universitas Sumatera Utara Berikut petikan wawancara informan mengenai anak angkat laki-laki dalam hal penerus keturunan : Tombang Simanjuntak 56 thn : “… kami mengangkat anak karena cuma satu anak kami, perempuan, yaitu si Zubaidah. Untuk melanjutkan marga harus laki-laki makanya kami mengangkat anak laki-laki dan kebetulan mau pulang si Sri memberikan anaknya untuk kami angkat, jadilah”. “masalah pemberian marga, setelah kami musyawarahkan sama keluarga maka kami adakan upacara adat untuk pemberian marga untuk si Asrul, namun dengan catatan sampai pada usia 15 tahun baru si Asrul baru bisa masuk dalam upacara adat … pemberian marga kepada anak angkat ini sudah umum dilakukan disini dan mengikut pada pemberian marga menurut marga ayah angkatnya”. Berdasarkan keterangan yang didapat melalui proses wawancara dengan informan dilapangan penelitian, maka pembagian warisan atas anak angkat laki-laki yang memiliki posisi sebagai anak kedua dalam keluarga, adalah “ Tombang Simanjuntak 56 thn : “ketika kami mengangkat anak melalui persetujuan dengan keluarga, maka hal penting yang yang dibicarakan adalah masalah pembagian warisan, dimana berdasarkan kesepakatan maka pembagian warisan adalah 13 bagian Asrul dan 23 bagian Zubaidah”. Pada hasil wawancara tersebut didapat bahwa pembagian warisan untuk anak laki-laki adalah 13 bagian dari harta warisan dan perempuan adalah 23 dari warisan yang didapat oleh anak laki-laki, namun pada kasus anak angkat dalam pandangan Islam tidak berhak atas harta warisan, dengan pengecualian terhadap adanya persetujuan terlebih dahulu yang timbul diantara sanak-saudara orangtua angkat anak tersebut dan memikirkan faktor pembagian yang adil, sistem pembagian warisan terhadaap anak angkat didasarkan atas sistem hukum Islam tentang tata cara pembagian warisan, penggunaan sistem hukum Islam dalam pembagian warisan merupakan hasil proses adaptasi dengan nilai-nilai budaya masyarakat Melayu yang merupakan suku mayoritas di daerah tersebut. Universitas Sumatera Utara Sistem pembagian warisan secara 13 bagian untuk anak laki-laki dan 23 bagian untuk anak perempuan merupakan adopsi sistem warisan dalam Islam yang diadaptasi dalam sistem adat masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah mengingat lokasi penelitian berada didaerah administratif propinsi Riau yang didominasi agama Islam sebagai mayoritas agama data BPS Propinsi Riau 2008.

4.1.3 Pengangkatan Anak Perempuan