Tata Cara Pengangkatan Anak

anak tetapi perempuan semua sehingga ia dapat mengangkat anak laki-laki. Sedangkan obyek pengangkatan anak adalah anak laki-laki belum kawin atau sudah kawin dari saudara-saudaranya atau keluarga dekat yang mengangkat.

3.4 Tata Cara Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak memiliki beberapa kriteria dalam pelaksanaannya, seperti prosesi pengangkatan anak, tahapan pelaksanaan dan pembagian warisan, penjelasan mengenai hal tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut ini : 1. Prosesi pengangkatan anak, dalam tahapan ini prosesi pengangkatan anak diawali dengan adanya kesepakatan antara orang tua kandung dengan orang tua angkat, kesepakatan ini pada umumnya terjelaskan dalam bentuk surat perjanjian, yang nantinya berguna bagi anak angkat dalam meminta hak pembagian warisan dan penerusan marga secara patrilineal. Pada beberapa kasus di Bagan Sinembah diperoleh keterangan bahwa ada proses pengangkatan anak yang tidak disertai dengan adanya surat keterangankesepakatan namun hal ini biasanya diperkuat dengan keterangan saksi-saksi yang ikut dalam proses pengangkatan anak tersebut, ketika akan mengangkat anak maka pihak yang mengangkat terlebih dahulu berkonsultasi dengan keluarga setelah tercapai kesepakatan maka pihak yang mengangkat anak akan menemui tokoh agama Islam dan tokoh adat Batak Toba di Bagan Sinembah untuk mendapatkan masukan dan persetujuan atas pengangkatan anak tersebut. Pengangkatan anak di Bagan Sinembah pada umumnya disertai dengan acara Margondang, hal ini dilakukan sebagai proses penghormatan kepada adat budaya yang mereka junjung dalam hal ini adat budaya Batak Toba, setelah acara margondang akan dilanjutkan dengan proses tepung tawar kepada anak angkat oleh orangtua angkat yang berarti sebagai penyambutan oleh orangtua angkat kepada anak Universitas Sumatera Utara angkat yang masuk dalam keluarga orangtua angkat, acara dilanjutkan dengan perkenalan oleh sanak saudara Dalihan Natolu dari keluarga orang tua angkat dan ditutup dengan doa. Secara umum, pengangkatan anak di Bagan Sinembah tidak memiliki kriteria khusus mengenai umur anak yang diangkat, hal ini dikarenakan proses pengangkatan anak berdasar pada kesepakatan antara orangtua kandung dan orangtua angkat. 2. Pembagian warisan, kepada anak angkat didasarkan atas surat wasiat yang telah disiapkan oleh orang tua angkat, dalam surat wasiat tertulis mengenai bagian anak angkat yang masuk dalam kategori hibah pemberian, karena secara hukum nasional, anak angkat tidak berhak atas harta warisan namun secara adat budaya masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah hal ini dimungkinkan dengan adanya surat wasiat tersebut. Pembagian warisan kepada anak angkat laki-laki akan mendapat bagian 13 dari harta warisan orang tua angkat dan anak angkat perempuan akan mendapatkan 23 bagian dari harta warisan tersebut yang didasarkan atas hukum waris Islam yang diadopsi dalam hukum adat Batak Toba di Bagan Sinembah, apabila anak angkat berada dalam susunan keluarga angkat yang terdiri dari beberapa anak kandung maka dapat dilakukan pembagian merata dari harta warisan, hal ini dapat dilakukan apabila ada kesepakatan diantara ahli waris anak kandung, anak angkat dan sanak saudara. Pembagian warisan kepada anak angkat didasarkan atas surat wasiat dan saksi ketika proses pengangkatan anak terjadi, apabila dalam surat wasiat tidak tercantum kata hibah kepada anak angkat maka sanak saudara keluarga angkat Dalihan Natolu, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pengetua adat akan memutuskan berapa bagian yang akan diterima oleh anak angkat tersebut dan sisa pembagian harta warisan akan diserahkan kepada Badan Amil Zakat dan diserahkan kepada yang berhak menerima. Universitas Sumatera Utara

3.5 Kewajiban anak angkat