Kondisi Perekonomian Konsepsi Masyarakat Tentang Bersih (Studi Deskriptif Di Bantaran Rel Kereta Api Dari Jalan Bambu II Sampai Jalan Karantina)

41 yang dilaksanakan oleh PT. Pertamina. Kegiatan-kegiatan di PT. Pertaminan ini biasanya adalah main sepak bola atau main bola voli atau pada hari tertentunya kadang mereka juga mengikuti pengajian. Anak-anak yang mengikuti kegiatan di PT. Pertamina ini biasanya adalah penerima beasiswa dari PT. Pertamina untuk anak-anak masyarakat miskin. Pada waktu libur terkadang anak laki-laki mereka yang sudah SMP atau SMA juga ikut bekerja mencari uang, biasanya mereka menjadi penjual rokok di pinggir jalan, sebagai buruh bangunan sementara, atau bekerja ikut dengan kerabatnya. Sedangkan anak-anak SD setelah pulang sekolah biasanya akan mengikuti pengajian sore atau yang sering mereka sebut dengan sekolah arab. Sebagian lagi ikut membantu orang tuanya bekerja, ikut mulung-mulung kecil, atau jadi tukang semir sepatu di kampus UMSU. Mulung-mulung kecil adalah mengumpulkan botol-botol plastik bekas air mineral kemudian mereka serahkan kepada orang tuanya untuk dijual.

3.3. Kondisi Perekonomian

Masalah ekonomi adalah masalah klasik, tetapi selalu menarik untuk dikaitkan dengan masalah aspek-aspek kehidupan manusia, sebab masalah ini hampir mempengaruhi seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Orang yang mempunyai banyak duit atau kata lainnya adalah orang kaya biasanya akan selalu menempati hunian yang lebih layak dibandingkan dengan mereka yang masih kekurangan. Kita lihat misalnya mereka yang tinggal di kawasan pemukiman kumuh contohnya adalah di bantaran rel di Jalan Salak Medan, mereka adalah 42 kelompok-kelompok pemulung dengan kondisi tempat tinggal yang sangat jauh dari kebersihan kumuh. Mereka yang tinggal di sini adalah keluarga yang masih berada dibawah garis kemiskinan www.waspada.co.id. Pada umumnya, penduduk adalah pekerja dalam bidang usaha yang pendapatannya tidak pasti atau bekerja sebagai buruh yang tidak memiliki standar gaji yang pasti. Jadi, masyarakat yang tinggal di bantaran rel kereta api ini adalah masyarakat yang termasuk miskin. Menurut Bank Dunia dalam Budiman 2006, yang tergolong keluarga miskin adalah dimana tiap anggota keluarganya memiliki penghasilan sama dengan atau dibawah 1 per hari. Seperti Ibu Rida Wati yang bekerja sebagai buruh cuci sekaligus sebagai pembantu rumah tangga hanya memiliki pendapatan Rp 600.000 bulan, sedangkan suaminya yang bekerja sebagai tukang parkir tidak memiliki pendapatan yang pasti per bulannya. Pendapatan mereka sering sekali kurang untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Untuk mengatasi masalah tersebut, sering sekali mereka meminjam uang kepada tetangga atau majikannya. Lain halnya dengan keluarga Ibu Resdi Munthe, Ibu Resdi Munthe hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan, dia hanya bekerja sesekali saja jika ada pekerjaan yang bisa dikerjakan di rumah, sedangkan suaminya hanyalah seorang tukang becak yang bisanya berpenghasilan Rp 35.000-Rp 50.000 hari, yang jika dikalkulasikan suaminya berpenghasilan kira-kira Rp 1.350.000 bulannya. Dengan penghasilan yang demikian kecilnya pastilah sangat kurang dengan kebutuhan mereka sehari-hari. Seperti Ibu Rida Wati dan suaminya yang mengatakan penghasilan terbanyak rumah tangganya adalah Rp 1.400.000 bulan. Penghasilan demikian bukan hanya harus cukup bagi makan keluarganya per 43 bulan, selain itu Ibu Rida Wati harus membiayai empat orang anaknya yang masih sekolah, belum lagi ditambah kalau ada anggota keluarga yang sakit maka ia pun harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pengobatannya, sementara Jamkesmas yang dipegang oleh keluarganya tidak pernah lagi mereka pakai, sebab menurut Ibu Rida Wati, pihak puskesmas tidak memberikan pelayanan yang baik sehingga dia malas berobat ke sana dan yang lebih kesalnya lagi menurut Ibu Rida Wati mereka sering dibentak-bentak kalau berobat di puskesmas. Berikut adalah daftar distribusi pengeluaran bulanan Ibu Rida Wati : Tabel 3.1. Tabel Daftar Jenis Pengeluaran dan Biaya Rp Ibu Rida Wati No. Jenis Pengeluaran Biaya Rp. 1. Kebutuhan Dapur 600.000,- 2. Keperluan Mandi 75.000,- 3. Biaya Sekolah Anak termasuk jajan anak 450.000,- 4. Listrik dan Air 168.000,- 5. Rokok 180.000,- 6. Arisan 280.000,- Jumlah 1.753.000,- Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa Ibu Rida Wati haruslah mencari uang tambahan untuk kebutuhan keluarganya selama satu bulan, karena penghasilannya dan suaminya hanyalah Rp 1.400.000,- per bulannya, itu pun jika suaminya mendapat untung lebih sedangkan kebutuhan bulanan Ibu Rida Wati adalah Rp 1.753.000,- per bulan, jadi masih defisit Rp 353.000,-. Biasanya Ibu Rida Wati meminjam uang kepada majikannya untuk menutupi kekurangan itu 44 dengan cara pembayaran potong gaji. Untuk itu menurut Ibu Rida Wati ia hampir tidak pernah menerima gajinya secara utuh tiap bulan. Kondisi seperti inilah yang memaksa mereka untuk tinggal di bantaran rel kereta api, sebab mereka tidak memiliki uang lebih untuk menyewa rumah atau membeli tanah di tempat lain, sedangkan disini mereka bisa hidup bebas tanpa ada biaya sewa rumah atau biaya untuk membeli tanah. Sebagian diantara mereka ada juga yang mempunyai pekerjaan sampingan, misalnya sebagai tukang botot pemulung atau tukang parkir pada malam hari. Misalnya Bapak Jefri Sitanggang, selain sebagai penjual ikan di pajak Glugur, ia juga berprofesi sebagai tukang parkir malam di Jalan Sutomo Ujung. Biasanya gaji yang dia dapatkan adalah Rp 15.000 - Rp 20.000 per malam. Namun hal ini tidak ia lakukan tiap malam, sebab ia harus bergantian dengan temannya yang lain.

3.4. Kondisi Rumah