kasus tersebut ikut disorot dan dibahas dengan pilihan bahasa yang netral dan cukup hati-hati. Misalnya menyebut Ayin hanya dengan
julukan ‗Ratu Lobi‘ 1110:27kompas, sel mewah yang ada di Rutan Pondok Bambu dengan ‗fasilitas super mewah 1116:55 atau
‗kamar istimewa‘ 1112:21 atau ‗furnitur mewah‘ 1106:21. Sedangkan kata-kata yang digunakan untuk kasus terbongkarnya
perlakuan istimewa adalah ‗kasusnya terang benderang‘ 1110:27, ‗Praktik kotor‘ 1120:22 yang kebanyakan menggunakan
penyangatan.
2. Intertekstualitas
a. Manifest Intertextuality
Pembahasan mengenai manifest intertextuality dimaksudkan untuk mengetahui strategi wartawan dalam menulis berita. Apakah
berita tersebut merupakan negasi dari berita sebelumnya, atau berupa penjelasan dari berita yang muncul lebih awal atau justru merupakan
bentuk ironi dari suatu keadaan.
1. Pada Media detikNews.com
Pada media detikNews.com jenis intertekstualitas yang umumnya ada adalah presupposisi, negasi, metadiscourse dan
ironi. Berikut adalah contohnya.
a. Presupposisi
Contoh presupposisi dalam pemberitaan kasus terbongkarnya perlakuan istimewa terhadap terpidana suap
Arthalyta Suryani terdapat pada data 1112:12detik. Kalimatnya adalah sebagai berikut:
Judul: Kepala Rutan Pondok Bambu Bantah Ada Sel Mewah untuk Ayin Cs 1112:12detik
perlakuan khusus tidak ada, ada bon-bonnya. Anda bisa lihat, 1.100 tahanan tdak ada berbeda...
Yang dimaksud dengan ‗perlakuan khusus‘ pada data 1112:12detik di atas adalah perlakuan khusus
terhadap tahanan suap Arthalyta Suryani dan kawan- kawannya, semisal Limarita dan lainnya yang bisa
merasakan fasilitas mewah bak hotel bintang lima di kamar sel tahanan mereka.
Strategi wartawan yang digunakan dalam menulis berita 1112:12detik adalah embedded intertextuality,
artinya wartawan mengutip pendapat narasumber tanpa mengubahnya terlebih dahulu.
Pada data 1112:12detik yang dikutip wartawan detikNews.com adalah pendapat Kepala Rutan Pondok
Bambu Sarju Wibowo, tetap membantah adanya fasilitas mewah bagi napi di rutan yang dipimpinnya.
b. Negasi
Negasi merupakan bentuk bantahan dari apa yang telah dinyatakan sebelumnya. Pada liputan detikNews.com
mengenai kasus terbongkarnya perlakuan istimewa terhadap Arthalyta Suryani, bentuk negasi ini terlihat pada data
1112:12detik. Berikut adalah analisisnya. Judul: Kepala Rutan Pondok Bambu Bantah Ada Sel
Mewah untuk Ayin Cs 1112:12detik Perlakuan khusus tidak ada, ada bon-bonnya.
Anda bisa lihat, 1.100 tahanan tdak ada berbeda...
Berita yang
terdapat pada
1112:12detik merupakan
bantahan atas
berita yang
diturunkan detikNews.com pada Senin, Januari 2010 pukul 12: 22 WIB
yang disampaikan oleh Dirjen Lapas, Untung Sugiyono, yang menilai wajar jika terdapat fasilitas pribadi di Rutan
Pondok Bambu dengan judul ‗Sel Mewah Napi Dirjen Lapas: Terselip Fasilitas Pribadi Itu Wajar
‟. Salah satu kalimat Dirjen Lapas tersebut adalah:
Kalau saya pikir ruangan ini sudah benar. Kalau toh terselip beberapa fasilitas pribadi untuk
mainan anak, itu masih dalam batas kewajaran. Tidak merugikan orang lain, 1112:12detika.
10
Kalimat di atas juga merupakan bantahan atas temuan wartawan yang meliput sidak tim Pemberantasan
10
Penamaan data 1112:12detika adalah untuk membedakan dengan data 1112:12detik karena pada hari dan jam serta menit yang sama itu detikNews.com menurunkan dua berita yang
berbeda, yaitu 1112:12detik adalah mengenai bantahan Sarju Wibowo mengenai fasilitas mewah yang dimiliki Ayin, sedangkan 1112:12detika merupakan berita mengenai pendapat
Dirjen Lapas yang menganggap wajar bila ada fasilitas-fasilitas pribadi bagi tahanan.
Mafia Hukum di Rutan Pondok Bambu berupa tempat tidur bayi dan beberapa mainan anak-anak di sel mewah Ayin
11
. Sedangkan Strategi wartawan yang digunakan dalam
menulis berita
1112:12detik adalah
embedded intertextuality, artinya wartawan mengutip pendapat
narasumber tanpa mengubahnya terlebih dahulu.
c. Metadiscourse