LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Islam masuk ke Indonesia pada tahun 30 H di zaman khalifah Utsman bin Affan. 1 Kemudian dari hasil seminar masuknya islam ke Indonesia yang diselenggarakan dari tanggal 17-20 maret 1963 dikota Medan, dihasilkan beberapa keputusan, diantaranya bahwa masuknya Islam di Indonesia pertama kali pada abad pertama hijriah antara abad VIII dan IX Masehi. 2 Masuknya Islam ke Indonesia dengan berbagai cara, mulai dari cara berdagang, pernikahan dengan warga Indonesia dan dengan dakwah sendiri. Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya. Dakwah juga merupakan satu bagian yang pasti ada dalam kehidupan ummat beragama. Kewajiban dakwah didasarkan atas suatu ajaran bahwa Islam adalah agama risalah untuk ummat manusia seluruhnya. Sedangkan ummat Islam merupakan pelaksana amanat untuk menentukan risalah dengan dakwah, baik kepada ummat Islam itu sendiri maupun kepada ummat lainnya sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Usaha untuk menyebarluaskan dan merealisasikan ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan ummat adalah merupakan usaha dakwah yang dalam keadaan bagaimanapun 1 Al-habib Alwi bin Thohir Al-Hadad, Sejarah Masuknya Islam Di Timur Tengah, Jakarta: Lentera, 2001 hlm.150 2 Dr. Muhammad Hasan Al-aydrus, Penyebaran Islam di Asia Tenggara, Jakarta: lentera, 1996 hlm.53 dan dimanapun harus dilakukan oleh ummat Islam, baik kepada ummat yang sama maupun kepada umat yang lainnya, ataupun selaku perorangan maupun kolektif sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sebagaimana firman Allah swt: ﷲ۵ ۹ ݌ ݕ ݎ ݋ ۭ ۿ ݕܕ ݂ ݎ ݋ ݇۴ ݌ ܲ ݍ ݕ ݓ ݎ ۿ ݕ ܹ ݕ ܕ ۫ ݋ ݇۵ ۹ ݍ ݕ ܕ ݋ ۫ ۿ ܙ ۵ڰݏ݇ ݇ ۽ ܆ܕ ܏ ۴ ۻڰ݊ ۴ ܕ ݚ ܏ ݉ ۾ ݎ ݂ Artinya: Kamu adalah sebaik-baik ummat, dilahirkan untuk kemaslahatan manusia, kamu mengajak kepada kebaikan, dan kamu mencegah dari kemungkaran serta kamu beriman kepada Allah swt QS. Ali Imran: 110. Secara tidak langsung ayat diatas memerintahkan kepada kita sebagai seorang muslim untuk berdakwah, yaitu dengan memberikan sebuah nasihat-nasihat atau fatwa- fatwa yang baik, yang menghindarkan manusia dari berbuat kemungkaran. A mar ma‟ruf nahi mungkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup bermasyarakat. Ini adalah kewajiban dari pembawaan fitrah manusia sebagai makhluk sosial dan kewajiban yang ditegaskan oleh risalah, kitabullah dan sunnah rasul. 3 Mengenai pelopor dakwah Islam nusantara, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli, sebagaimana dikatakan oleh Prof. Dr. Muhammad Alwi Sh ihab ”bahwa teori pertama, mengatakan pelopor dakwah Islam pertama dari Persia. 3 M. Natsir, Fiqhud Dakwah, Jakarta, Media Dakwah, 2000, hlm. 109. Teori kedua mengatakan bahwa, pelopor dakwah Islam pertama dari India. Teori ketiga, mengatakan bahwa pelopor dakwah Islam adalah dari Arab.” 4 Namun Alwi Shihab, lebih lanjut menyimpulkan bahwa diatara ketiga teori diatas yang memiliki argumentasi paling kuat adalah teori ketiga, yang mengatakan bahwa pelopor dakwah Islam pertama di nusantara adalah dari Arab. Bukti yang memperkuat kesimpulan ini adalah tulisan orientalis mengenai keberadaan orang-orang Arab di wilayah nusantara. Diantaranya, Van Leur, yang Mengatakan bahwa terdapat berbagai indikasi yang mengesankan adanya perkampungan-perkampungan atau keluarga besar Arab dipantai barat Sumatra sejak tahun 674M. 5 Mengenai “pembawa” Islam pertama dinusantara, Prof. Azyumardi Azra, mengemukakan “teori Arab” yang mengatakan bahwa penyebaran Islam di nusantara dibawa langsung dari Arabia, yang juga disepakati oleh sebagian ahli di Indonesia. Bahkan dalam seminar yang diselenggarakan pada tahun 1969 dan 1978, tentang kedatangan Islam ke Indonesia, mereka menyimpulkan bahwa: Islam datang dari Arabia, tidak dari India, tidak pada abad ke-12 atau ke-13, melainkan dalam abad pertama hijriah atau abad ke-7 masehi. 6 Merupakan sebuah kenyataan bahwa Islam datang dengan cara damai, tanpa kampanye atau dukungan pemerintah. Dakwah Islam kemudian dilanjutkan oleh para da ‟i keturunan Arab. Ahmad Syalabi mengatakan bahwa perkembangan Islam menjadi 4 Alwi Shihab, Islam Sufistik: Islam Pertama Dan Pengaruhnya Hingga Kini Di Indonesia, Bandung: Mizan, 2001, hlm. 8 5 Ibid, Alwi Shihab, hlm. 13 6 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII Bandung: Mizan, 1999, hlm. 2 jelas pada abad ketiga belas melalui para dai yang terkenal dengan gelar wali songo, kebanyakan dari mereka berasal dari keturunan Arab. Masyarakat keturunan Arab di Indonesia tidak dapat disamakan dengan orang asing lain seperti, orang Cina dan Eropa. Orang-orang Arab bukan saja beragama Islam, akan tetapi mereka juga mempunyai faktor yang menyebabkan mereka dekat dengan orang Indonesia. 7 Ketika terjadi proses asimilasi baik sosial maupun budaya antara masyarakat pribumi dengan masyarakat keturunan Arab, mulailah dibentuk sebuah kelembagaan yang pada intinya adalah menampung aspirasi masyarakat keturunan Arab. Salah satu da‟i keturunan Arab yang mampu mengeksistensikan dirinya dalam bidang dakwah ini profilnya sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam di Jakarta. Karena beliau adalah salah satu putra seorang ulama besar, beliau juga seorang da‟i yang sangat disegani oleh para muridnya. Tidak hanya pandai berpidato diatas mimbar, sosok Habib Abu Bakar Assegaf juga sukses membangun kiprahnya yang berdedikasi dibidang dakwah. Selain itu, beliau juga sekarang menjabat sebagai pimpinan Yayasan Tsaqafah Islamiyah di jalan Perkutut Bukit Duri - Tebet , Jakarta Selatan. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi banyak orang beranggapan bahwa beliau adalah salah satu da‟i yang sukses dalam dakwahnya. Yayasan Tsaqofah Islamiyah juga merupakan salah satu dari beberapa lembaga penyiaran Islam tertua di Jakarta. Dalam bahasa lokal sering disebut sebagai pengajiannya orang B etawi. Karena, hanya memfokuskan diri sebagai majelis ta‟lim 7 Deliar nr, Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1980, hlm. 66 umum yang menggunakan metode pengajaran kitab kuning, kitab-kitab salaf dan ceramah dari para pengajar. Selain itu juga sangat aktif membuat kegiatan-kegiatan dalam menyambut setiap perayaan hari-hari besar islam. Mengingat dan melihat banyaknya aktifitas dakwah Habib Abu Bakar Assegaf sebagai pengasuh Yayasan Tsaqofah Islamiyah ini, maka penulis tertarik dan tergugah untuk mengadakan penelitian mengenai pemikiran dan aktifitas dakwah Habib Abu Bakar Assegaf sebagai pengasuh Yayasan Tsaqofah Islamiyah, Bukit Duri Tebet, Jakarta Selatan. Secara khusus, skripsi ini menitikberatkan pada penelitian yang berjudul ”Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Habib Abu Bakar Assegaf”

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH