Da’i Pemikiran Dakwah Habib Abu Bakar Assegaf 1. Pengertian Dakwah

keagamaan dengan tujuan memperkenalkan Allah dan RosulNya serta menyampaikan amanat yang perlu diketahui dan diamalkan. 76 Sebenarnya dakwah itu sendiri merupakan komunikasi, dakwah tanpa komunikasi tidak akan mampu berjalan menuju target-target yang diinginkan, demikian komunikasi tanpa dakwah akan kehilangan nilai-nilai Illahi dalam kehidupan. Maka dari sekian banyak definisi dakwah ada sebuah definisi yang menyatakan bahwa dakwah adalah proses komunikasi efektif dan kontinyu, bersifat umum dan rasional dengan menggunakan cara-cara ilmiah dan sarana yang efisien dalam mencapai tujuan- tujuannya. 77 Berdasarkan pernyataan diatas bahwa dakwah adalah metode untuk menyampaikan amanat Allah dan Rasul kepada umat Islam agar mereka terus menerus dalam menjalankan agamanya senantiasa diiringi dengan keilmuan yang dimiliki. Karena generasi setiap saat akan berganti dan dengan demikian berarti yang membutuhkan pencerahan agamapun berganti bahkan tuntutan untuk mengamalkan ajaran agama dengan baik juga berganti.

2. Da’i

Da‟i dalam ilmu dakwah bermakna sebagai pelaku dakwah, biasa disebut dengan istilah subyek dakwah. Tentang subyek dakwah ini ada yang mengatakan hanya da‟i atau mubaligh saja. Sedangkan da‟i yang Habib Abu Bakar Assegaf maksud adalah dalam pengertian yang luas, sehingga yang menjadi da‟i itu tidak hanya orang yang 76 Habib Abu Bakar Assegaf, Wawancara Pribadi, Jakarta: 12 Oktober 2010 77 Drs. H.M. Idris A. Shomad, M.A, Diktat Ilmu Dakwah, Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2004 menyandang predikat Kyai, ulama atau pemuka agama saja, akan tetapi juga dapat seorang guru, pembina suatu organisasi, orang tua, pimpinan lembaga, atau profesi- profesi yang lain termasuk da‟i, sebab bagaimanapun profesinya, mereka adalah sebagai pelaku dakwah. 78 Adapun manusia yang menjadi subyek dakwah adalah semua muslim yang mukallaf sesuai dengan kemampuannya, kesanggupannya masing-masing, karena Islam tidak memaksa manusia, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Jadi sebagaimana telah diterangkan di atas, bahwa kewajiban dakwah bukan hanya untuk ulama, Kiyai atau para santri dan lembaga-lembaga baik yang beridentitas lembaga dakwah atau yang ada di bawah Departemen Agama, tetapi di luar itu semua wajib untuk melaksanakan dakwah. Pelukis dapat berdakwah lewat ekspresi gambarnya, penulis atau wartawan dapat berdakwah lewat tulisannya, aktor dan aktris dapat berdakwah lewat aktingnya, sutradara dapat berdakwah lewat karya film atau dramanya. 79 Diantara para ulama masih terjadi perbedaan pendapat tentang dakwah itu, apakah wajib kifayah atau wajib a‟in, sementara Muhammad Abduh cenderung berpendapat, bahwa dakwah itu hukumnya wajib a‟in. 80 Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Habib Abu Bakar Assegaf, menurutnya hukum berdakwah adalah wajib a‟in, hanya bentuk dakwahnya yang berbeda tergantung kepada profesi dan kemampuan masing-masing. 81 78 Habib Abu Bakar Assegaf, Wawancara Pribadi, Jakarta: 4 Januari 2011 79 Habib Abu Bakar Assegaf, Wawancara Pribadi, Jakarta: 4 Januari 2011 80 Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, Bandung: PT. Al- Ma‟arif, 1982, hlm. 12 81 Habib Abu Bakar Assegaf, Wawancara Pribadi, Jakarta: 4 Januari 2011 Seorang da‟i sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu proses dakwah di samping faktor hidayah Allah. Manusia tertarik oleh ajaran Islam karena sikap seorang penyeru dakwah, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap orang kafir, sehingga mereka mau masuk Islam. Dengan demikian faktor seorang da‟i sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu proses dakwah. Oleh karena itu, untuk menjadikan dakwah lebih efektif, masyarakat dakwah khususnya para da‟i harus memahami prisip-prinsip dakwah sebagai berikut: a. Berdakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri ibda‟ binafsik dan kemudian menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat. ۴ ۩ ݛ ݛ ܓڰ݇۴ ۵ݓڱݛ ݌ ݎ ݊ ٰ۴ ݔ ܾ ۴ ݔ ݈ ݃ ܚ ܺ ݏ ۴ ۨ ݔ ۴ ܕ ۵ ݏ ݈ ݃ ݛ ݇ ݒ ۴ ݔ ܾ ݔ ܑ ܙ ۵ڰݏ݇۴ ۵ ݒ ݔ ݣ ܶ ۻ ݃ ۳ٰ݇ ݋ ۵ ݓ ݛ ݇ ܲ ۺ ܕ ۵ ܇ ܋݇ ۴ ܬ ܣ ܳ ۹ ڰݢ ܑ ۴ ܑ ܞ ݌ݔ ݉ ݒ ܕ ݋ ۴ ۩ ݋ ﷲ۴ ݔ ݕ ݇ ܳ ܺ ݚ ݌ ݕ ܕ ݋ ۭ ݛ ۵ ݋ ݌ ۤ ݉ݛܕ܋۾݇۴ : ٦ ۣ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diprintahkan-NYA kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Q.S. Attahrim ayat 6 b. Secara mental, da‟i harus siap menjadi pewaris Nabi yakni mewarisi perjuangan yang beresiko, al „ulama warosatul ambiya. Semua nabi juga harus mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada kaumnya meski sudah dilengkapi degan mukjizat. c. Da‟i harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu untuk dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun harus memperhatikan tahapan-tahapan sebagaimana dahulu Nabi Muhammad SAW harus melalui tahapan periode Mekkah dan Madinah. d. Da‟i juga harus meyelami akal pikiran masyarakat sehingga kebenaran Islam dapat disampaikan dengan menggunakan logika masyarakat,sebagai pesan Rasul; Khatib an nas „ala qodri‟uqulihim. e. Dalam mengahadapi kesulitan, da‟i harus bersabar dan jangan bersedih atas kekafiran masyarakat dan jangan sesak nafas terhadap tipu daya mereka. Artinya: Bersabarlah hai Muhammad dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap kekafiran mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan QS. An-Nahl: 127. Karena sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap Nabipun harus mengalami diusir oleh kaumnya. Seorang da‟i hanya bisa mengajak sedangkan yang memberi petujuk hanyalah Allah SWT. f. Citra positif dakwah akan melancarkan komunikasi dakwah, sebaliknya citra buruk akan membuat semua aktivitas dakwah menjadi kontraproduktif. Citra positif dapat dibangun dengan kesungguhan dan konsistensi dalam waktu yang lama, tetapi citra buruk dapat terbangun seketika hanya oleh satu kesalahan fatal. Dalam hal ini keberhasilan membangun komunitas Islam, meski kecil akan sangat efektif untuk dakwah. g. Da‟i harus memperhatikan tertib urusan pusat perhatian dakwah, yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal yang bersifat universal, yakni al-khair kebajikan, yad‟una ila al-khoir, lalu kepada amar ma‟ruf dan baru kemudian nahi munkar. 82

3. Mad’u