Pengertian Pendidikan Deskripsi Teoritik
15
Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.
11
Akhlak menurut Al-Ghazali mempunyai tiga dimensi: a
Dimensi diri yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti ibadat dan shalat.
b Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulan dengan
sesamanya. c
Dimensi metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasarnya. Dengan demikian, akhlak itu mempunyai empat syarat:
1 Perbuatan baik dan buruk.
2 Kesanggupan melakukannya.
3 Mengetahuinya.
4 Sikap mental yang memuat jiwa cenderung kepada salah satu dua sifat,
sehingga mudah melakukan yang baik atau yang buruk. Sedangkan menurut Al-farabi, ia menjelaskan bahwa akhlak bertujuan
untuk memperoleh kebahagian yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahkan oleh setiap orang.
12
Imam Al-Ghazali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam, yaitu:
1 Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang
mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut: al-jaaHilu. 2
Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga
pelakunya disebut: al-jaaHiludadlu. 3
Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya
baik. Maka pelakunya disebut: al-jaaHiludadllulfaasiqu. 4
Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran pelakunya,
kecuali hanya khawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih
11
Moh. Ardani, op. cit, h.. 28-29.
12
Moh. Ardani, op. cit, h. 28-29
16
hebat lagi.
Orang yang
melakukannya disebut:
al- jaaHiludadllulfaasiqusyariiru.
Menurut Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama. Kedua, ketiga masih dididik dengan baik, kedua dan ketiga masih bisa
dididik menjadi baik, sedangkan tingkatan keempat, sama sekali tidak bisa dipulihkan kembali.
13
Al-Ghazali menentukan satu langkah bagi orang dalam mendidik anak-anak mereka sebagai berikut:
1 Menjauhakan anak dari teman sebaya yang mungkin mengaajarakan
akhlak yang buruk. 2
Tidak membiasakan anak untuk manja dan sejahterah sehingga ia menghabiskan usianya untuk mencari keduanya dan tidak bisa bersabar
menghadapi penderitaanyang dapat menimbulkan bahaya dan kehancuran bagi dirinya pada saat dewasa.
3 Mengajarkan anak tata karma dalam menikmati makanan sehingga
tidak rakus; mengajarkan anak mengambil makanan dengan tangan kanan, serta lain-lain.
4 Anak diajarkan membaca Al-Qur’an, cerita-cerita tentang orang-orang
yang baik untuk menanamkan cinta kepada kaum yang saleh di Kuttab tempat belajar mengaji yang biasanya berada di salah satu pokok
masjid. 5
Menghargai dan memberi ganjaran atas akhlak atau perilaku baik yang ditampilkan anak, tetapi jika ia melanggar akhlak baik hanya pada saat-
saat tertentu maka selayaknya hal itu diabaikan dan harga dirinya tidak dijatuhkan.
6 Anak dilarang bersikap sombong dihadapan kawan-kawannya, dan
dibiasakan untuk bersikap rendah hati serta menghargai setiap oarng yang bergaul dengannya
13
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2005, Cet. ke-3, h.18-19.
17
7 Anak dibiasakan untuk menghargai oarng yang lebih besar, berdiri bagi
oarng yang lebih atas, meluaskan tempat baginya, dan diajarkan untuk taat kepada orang tua, guru, pendidik, dan oarng yang lebih besar
darinya. 8
Anak harus diajarkan untuk tidak mencuri, memakan yang haram, berkhianat, berbohong, dan menipu.
14