2.2.1. Tarif Rumah Sakit
Rumah sakit dihadapkan pada pembiayaan yang terus meningkat. Biaya pelayanan kesehatan meningkat dengan kecepatan melampaui indeks biaya barang
komsumsi yang lain dan bahkan melampaui angka-angka inflasi. Rumah sakit juga dihadapkan pada kepentingan pemerintah dan masyarakat yang menghendaki biaya
rumah sakit yang wajar dan syukur dapat murah. Sumber biaya rumah sakit berasal dari pemerintah semakin berkurang, sebagian besar pendapatan rumah sakit bukan
berasal dari pemerintah tetapi dari pasien yang dilayani. Biaya kesehatan di Indonesia 30 berasal dari pemerintah melalui APBN, dan APBD, 70 berasal dari swasta
dan biaya yang berasal dari swasta ini dapat berasal dari pengeluaran langsung dari saku masyarakat direct payment out of pocket pada waktu mereka jatuh sakit
ataupun dari pembiayaan asuransi Tarif rumah sakit adalah harga komponen atau kegiatan yang dibebankan
kepada masyarakat sebagai imbalan atas pelayanan yang diterima dari rumah sakit Djojodibroto, 1997. Tarif pada rumah sakit pemerintah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan atas usulan rumah sakit untuk rumah sakit vertikal, sedang untuk rumah sakit daerah oleh Pemerintah DaerahGubernur sesuai dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Besarnya tarif yang ditetapkan pada sebuah rumah sakit untuk pelayanan berpijak pada berbagai faktor, dimana untuk organisasi
non profit biasanya tarifnya lebih rendah dari organisasi profit. Kebijaksanaan mengenai penetapan tarif rumah sakit pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 582MenkesSKVI1997 yang secara nasional yang berlaku saat ini adalah :
1. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 2.
Biaya penyelenggaraan Rumah Sakit Pemerintah dipikul bersama oleh Pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan kemampuan keuangan
Negara dan keadaan sosial ekonomi masyarakat. 3.
Tarif Rumah Sakit tidak dimaksudkan untuk mencari laba dan ditetapkan berdasarkan azas gotong royong, adil dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat berpenghasilan rendah. 4.
Tarif Rumah Sakit untuk golongan masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin, ditetapkan atas dasar saling membantu melalui suatu ikatan
perjanjian tertulis. 5.
Tarif Rumah Sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, rumah sakit setempat lainnya serta
kebijakansanaan subsidi silang. 6.
Tarif pelayanan bagi orang asing dan tarif general check up ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
7. Besaran tarif untuk pelayanan rawat jalan dan rawat inap kelas III A dan Kelas III
B milik Departemen Kesehatan RI ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik atas usulan Direktur Rumah Sakit.
Universitas Sumatera Utara
8. Besaran tarif untuk rawat inap kelas II, I dan Utama, ditetapkan oleh Direktur
Rumah Sakit setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Setempat.
Dalam menetapkan tarif rumah sakit, perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut Departemen Kesehatan, 1997; FKM UI 1998 :
1. Biaya Satuan
Analisis penetapan tarif pelayanan rumah sakit merupakan kegiatan setelah diperoleh informasi biaya satuan rumah sakit. Informasi biaya satuan juga dapat
dimanfaatkan untuk menilai skala ekonomis produk yang dihasilkan. Suatu proses produksi dikatakan telah memanfaatkan sepenuhnya skala ekonomis yang
dimiliki hanya bila tidak lagi dimungkinkan untuk menurunkan biaya satuan tersebut. Secara teoritis semakin besar output semakin rendah biaya satuan,
sampai batas tertentu karena bila tingkat pelayanan terus ditingkatkan, maka dibutuhkan peningkatan faktor input Departemen Kesehatan, 1997.
Analisis penetapan tarif yang berdasarkan atas biaya satuan aktual mungkin belum efisien karena pemanfaatan yang rendah, sehingga kemungkinan
implikasinya adalah tarif yang terlalu tinggi. Atau sebaliknya, rumah sakit memiliki tingkat utilitas yang terlalu tinggi sehingga sebetulnya dibutuhkan
sarana prasarana tambahan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu pula dihitung biaya satuan normatif, yaitu biaya yang mempertimbangkan kapasitas produksi
optimal dari unit tersebut FKM UI, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun pada suatu rumah sakit bersifat non profit, tarif yang ditetapkan tidak harus sama besar dengan biaya satuan karena bagaimanapun juga rumah
sakit tersebut harus tetap survive disamping kebutuhan untuk pengembangan serta penggantian peralatan dan fasilitas, adanya peningkatan biaya akibat inflasi dan
kemajuan teknologi Finkler, 1994. 2.
Jenis pelayanan, tingkat pemanfaatan dan subsidi silang yang diharapkan. Jenis pelayanan dan tingkat pemanfaatannya merupakan salah satu faktor
penting yang perlu diperhatikan dalam penyesuaian tarif, dimana rumah sakit yang terdiri dari berbagai unit produksi memiliki potensi yang berbeda dengan
rumah sakit lain misalnya dalam hal produk unggulannya atau revenue center nya atau memiliki kombinasi faktor produksi yang berbeda dengan rumah sakit
lain dalam hal tenaga, fasilitas, kapasitas produksi dan lain-lain yang akan mempengaruhi tingkat kemampuan layanan serta tingkat pemanfaatan oleh
konsumen. Dalam satu rumah sakit akan terdapat berbagai unit yang tingkat pelayanan
maupun pemanfaatannya berbeda-beda misalnya BOR rendah, kunjungan rendah, jumlah output layanan rendah dan lain-lain relatif sulit untuk
ditingkatkan tarifnya. Sebaliknya unit-unit yang potensial sebagai revenue center perlu dikembangkan agar dapat meningkatkan pendapatan rumah sakit. Dalam
analisis kebijakan penentuan tarif suatu rumah sakit, perlu pula dipertimbangkan apakah perlu dilakukan penyesuaian produk sesuai demand masyarakat, misalnya
Universitas Sumatera Utara
dengan merelokasi jumlah tempat tidur dari kelas tertentu yang kurang diminati ke kelas lain yang permintaan masyarakatnya tinggi.
Pertimbangan subsidi silang antar kelas perawatan juga perlu dipertimbangkan. Ruang perawatan kelas III yang tarifnya ditetapkan pemerintah
dengan tujuan fungsi sosial melayani kelompok masyarakat yang tidak mampu merupakan unit-unit yang perlu disubsidi. Unit lain yang potensial revenue
center dan dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat mampu misalnya ruang perawatan kelas VIP diharapkan dapat memperoleh pendapatan relatif besar
melalui penetapan tarif sehingga dapat menutupi subsidi kelas III subsidi silang Departemen kesehatan, 1997.
Dengan menghitung biaya satuan melalui cara double distribution dapat dirinci komponen-komponen biaya dalam biaya satuan tersebut seperti misalnya
berapa persen biaya investasi, biaya operasional, dan lain-lain. Atas dasar ini dapat diputuskan apakah subsidi diberikan terbatas misalnya untuk biaya
investasi saja, atau juga meliputi semua biaya operasional Departemen Kesehatan. 1999
3. Tingkat kemampuan masyarakat
Salah satu persyaratan dalam penetapan tarif rumah sakit adalah mempertimbangkan kemampuan membayar masyarakat, diukur dengan cara
melihat ATP Ability To Pay serta WTP Willingness To Pay masyarakat. Bila masyarakat mempunyai kemampuan membayar rendah dan tingkat utilisasi
selama ini rendah, maka sulit bagi rumah sakit untuk meningkatkan tarifnya.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya, bila masyarakat masih memiliki consumer surplus misalnya tampak dari besarnya pengeluaran untuk hal-hal yang non primer seperti rokok, rekreasi
dll. sementara untuk kesehatan relatif masih rendah, maka dapat diharapkan kenaikan tarif FKM UI, 1998.
4. Elastisitas
Hukum ekonomi mengatakan bahwa perubahan tarif akan menyebabkan perubahan permintaan akan produk yang ditawarkan. Angka tersebut dinyatakan
dalam nilai āeā elastisitas. Bila rumah sakit mempunyai pengalaman perubahan tarif dan mempunyai data pendukung, angka jumlah kunjungan sebelum dan
sesudah perubahan tarif maka nilai āeā dapat dihitung : perubahan Q output
E = perubahan P Tarif
Elastisitas bermanfaat untuk memprediksi kemungkinan penurunan jumlah output rumah sakit bila dilakukan penyesuaian tarif Departemen Kesehatan, 1997
Untuk pelayanan yang bersifat gawat darurat, seperti misalnya pelayanan sakit jantung mendadak, Acute appendicitis, dll, biasanya inelastisitas terhadap harga.
Sifat tersebut sama dengan komoditi kebutuhan pokok seperti kebutuhan akan makan beras Departemen Kesehatan, 1999.
5. Tarif pelayanan pesaing yang setara
Meskipun telah menghitung biaya satuan dan tingkat kemampuan masyarakat, rumah sakit perlu juga membandingkan tarif pelayanan pesaing yang
setara, misalnya tarif poliklinik swasta, praktek bidan swasta, tarif dokter praktek,
Universitas Sumatera Utara
tarif rawat inap rumah sakit swasta di daerah sekitarnya. Faktor penting untuk pembanding adalah kualitas pelayanan yang diberikan, apakah bisa bersaing
dengan pesaing yang memiliki tarif serupa namun pelayanan berbeda FKM UI, 1998.
2.2.2. Tarif Asuransi Kesehatan