6. Sebagai sumber energi, protein ekivalen dengan karbohidrat, karena
menghasilkan 4 kkalg protein Almatsier, 2010. Gangguan gizi yang juga sering terjadi pada remaja ialah kurang energi
protein yang juga disebut kurang kalori-protein. Konsumsi energi yang kurang dapat menyebabkan penggunaan protein makanan digunakan untuk energi daripada untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan. Selain itu, kurang protein tetapi cukup energi dapat timbul jika pangan pokok yang dimakan mempunyai kandungan protein yang rendah,
misalnya singkong ataupun ubi jalar ataupun jika total konsumsi pangan anak kecil misalnya sop, bubur ataupun bubur halus juga rendah dalam protein kalori.
Timbulnya penyakit akibat defisiensi protein biasanya disertai dengan penyakit penyerta berupa infeksi saluran pernapasan serta infeksi saluran pencernaan
Sulistyoningsih, 2011.
2.5.3 Zat Besi Fe
Zat Besi merupakan mikroelemen yang essensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobsis pembentukan darah, yaitu dalam sintesa hemoglobin
Hb. Disamping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai faktor penggiat Hoffbrand, 2006.
Kandungan besi dalam badan sangat kecil yaitu 35 mg per kg berat badan wanita atau 50 mg per kg berat badan pria. Besi dalam badan sebagian terletak dalam
sel-sel darah merah sebagai heme, suatu pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi. Dalam sebuah molekul hemoglobin terdapat empat heme. Besi juga terdapat
Universitas Sumatera Utara
dalam sel-sel otot, khususnya dalam mioglobin. Berbeda dengan hemoglobin, mioglobin terdiri dari satu pigmen heme untuk setiap protein Winarno, 2004.
Pada remaja, jumlah kebutuhan sesuai dengan ukuran tubuh dan terjadinya menstruasi Rossander-Hulthen Hallberg, 1996 dalam Beard, 2000. Kebutuhan zat
besi untuk remaja dihitung menggunakan metode faktorial. Kebutuhan remaja dihitung dari peningkatan volume darah 0,18 mghari pada remaja pria dan 0,14
mghari pada remaja wanita. Peningkatan kebutuhan zat besi tersebut termasuk peningkatan volume darah yang diiringi dengan peningkatan rata-rata konsentrasi Hb
selama pertumbuhan yang pesat. Kebutuhan zat besi terabsorpsi pada remaja putri diperkirakan sekitar 1,9
mghari, berdasarkan rat-rata kebutuhan untuk tumbuh 0,5 mg, basal 0,75 mg, dan kehilangan darah menstruasi 0,6 mg Briawan, 2014. Apabila AKG zat besi 15
mghari, dengan asumsi penyerapan zat besi 10-15, akan menghasilkan asupan zat besi sekitar 1,5-2,2 mghari. Jumlah ini cukup untuk mempertahankan keseimbangan
zat besi di dalam tubh, termasuk untuk penyimpanan sebesar 300 mg Krummer Kris- Etherton, 1996.
Tambahan zat besi untuk remaja wanita diperlukan untuk menggantikan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hallberg 1996 menyebutkan bahwa
menstruasi selama remaja tidak berbeda dengan usia reproduktif lainnya. Rata-rata kehilangan darah menstruasi 84 ml, dengan asumsi kehilangan Hb 133 gl,
membutuhkan tambahan zat besi 0,56 mghari. Tambahan zat besi untuk persentil ke- 10 sebesar 0,17 mghari dan persentil ke-90 sebesar 1,08 mghari. Tambahan zat besi
Universitas Sumatera Utara
untuk mempertahankan keseimbangan akibat kehilangan darah menstruasi dibutuhkan 2,1 mghari untuk persentil ke-75.
Fairweather-Tait 1996, dikutip dalam Beard, 2000 mengestimasi kebutuhan zat besi untuk remaja pria antara 1,45-2,03 mghari berdasarkan survey di UK dan
Eropa pada tahun 1996. Untuk remaja pria, masa pubertas berkaitan dengan meningkatnya massa tubuh dan konsentrasi hemoglobin. Kebutuhan untuk pria ini
20 lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata kebutuhan wanita mentruasi. Sedangkan untuk remaja wanita, pertumbuhan masih berlanjut setelah masa
menstruasi. Pada usia 14 tahun, kebutuhan zat besi remaja wanita 30 lebih banyak dibandingkan ibunya Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Kebutuhan zat besi menurut kelompok usia
Kelompok Usia Kebutuhan mghari
Pria dewasa 1
Remaja 2-3
Wanita WUS 2-3
Wanita hamil 3-4
Bayi 1
Bioavailabilitas maksimum pada diet 4
Sumber : Frewin et al, 1997
FAOWHO 2001 menyebutkan zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan remaja adalah 0,55 mghari. Asumsi kehilangan zat besi basal 0,65 mg
dan menstruasi 0,48 mg, sehingga kebutuhan zat besi sekitar 1,68 mg per hari. Kebutuhan tersebut didasarkan pada tingkat fisiologis sehingga jika bioavailabilitas
sebesar 5-10 makan diperlukan zat besi 17-34 mghari. Untuk Indonesia, kebutuhan zat besi menurut angka kecukupan gizi AKG dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut
ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.10 Kecukupan Zat Gizi Besi untuk Remaja menurut AKG Indonesia Jenis kelamin
Usia Zat besi mghari
Laki-laki 10-12 tahun
13 13-15 tahun
19 16-18 tahun
15 Perempuan
10-12 tahun 20
13-15 tahun 26
16-18 tahun 26
Sumber : WNPG, 2012
Kebutuhan zat besi pada remaja pria yang lebih rendah tersebut menyebabkan prevalensi anemia pada kelompok pria lebih rendah dibandingkan wanita.
2.6 Uji Organoleptik