Jika alat terapi yang digunakan di Tali Kasih tersebut menarik, maka suami informan akan termotivasi untuk mempengaruhi informan memilih Tali Kasih sebagai
tempat terapi. Suami berperan sebagai Reinforcing terhadap tingkah laku informan dalam memilih yayasan Tali Kasih sebagai tempat terapi. Apalagi sebelum mengambil
keputusan untuk memilih Tali Kasih sebagai tempat terapi, biasanya informan akan dihadapkan pada pilihan-plihan terhadap tempat terapi lain. Oleh karena itu diperlukan
reinforcing di disini, untuk menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan sebelum mengambil keputusan, sehingga terpilihlah motif yang terbaik menurut informan yaitu,
memilih Tali Kasih sebagai tempat terapi.
5.1.2.3 Fasilitas
Fasilitas meliputi fasilitas di Tali Kasih, maupun fasilitas di tempat terapi yang lain.
1. Fasilitas di Tali Kasih
Untuk mengetahui fasilitas di Tali kasih, dihimpun dalam penelitian ini meliputi, 1 terapi yang diberikan di Tali Kasih, 2 pendapat informan terhadap alat terapi di Tali
Kasih, dan 3 pendapat informan terhadap terapis di Tali Kasih. a.
Terapi Yang Diberikan di Tali Kasih
Dari hasil wawancara mendalam terhadap semua informan, diketahui bahwa terapi yang diberikan di Tali Kasih adalah terapi motorik, terapi bicara, dan terapi
konsntrasi belajar. seperti ungkapan informan berikut ini :
“Di sini dia anak informan terapi motorik sama speech terapilah. Untuk ngomong emang kayaknya udah terlambat karena udah besar, udah 10 tahun.
dulu kelamaan terapi syaraf sama dokter yang dulu. Untuk terapi ngomongnya lupa”.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
”Di sana A anak informan, terapi motorik sama konsentrasi belajar. Terapi konsentrasi belajar itu terapi supaya dia bisa fokus kalo mengerjakan sesuatu”.
Tetapi, ada satu dari lima informan yang tidak mengetahui terapi apakah yang
diberikan untuk anaknya :
”Saya enggak tahu dia disini Tali Kasih terapi apa, tapi saya pernah lihat dia disuruh nari sama gurunya.”
Dari uraian di atas diketahui bahwa, terapi yang diikuti oleh informan hanya
terapi motorik, terapi wicara, dan terapi konsentrasi belajar saja, dari beberapa terapi autisme yang sudah dikembangkan di Indonesia.
Menurut Sutardi 2003 yang mengutip pendapat Danuatmaja, berbagai Jenis terapi telah dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan anak autisme agar dapat
hidup mendekati normal seperti medikamentosa, terapi biomedik, terapi perilaku, terapi wicara, dan terapi okupasi.
Dari uraian diatas juga diketahui bahwa terapi Autisme motorik dan terapi bicara pada informan, di tentukan oleh waktu pertama kali di terapi, semakin dini terapi
dilakukan, maka kemungkinan untuk sembuh akan semakin besar begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi 2003, yang mengatakan bahwa, anak
autisme dapat sembuh, jika dilakukan intervensi secara dini, intensif, dan komperhensif menyeluruh.
Akan tetapi, terapi yang diberikan pada informan sudah terlambat, karena terapi sebelumnya yang memakan waktu yang lama dan tidak komperhensif. Adapun tujuan
terapi autisme, menurut Sabri 2008 yang mengutip pendapat Masra, adalah untuk mengurangi masalah perilaku serta meningkatkan kemampuan belajar dan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
perkembangannya, terutama dalam penggunaan bahasa. Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yang menyeluruh dan bersifat individual.
Menurut Notoadmodjo 2005 yang mengutip pendapat Adams, jika tujuan informan terhadap terapi autisme tidak terpenuhi, yaitu bisa berbicara, maka motivasi
informan terhadap tingkah laku bermotivasi akan berkurang.
b. Pendapat Informan terhadap Alat Terapi di Tali Kasih
Dari hasil wawancara mendalam terhadap semua informan diketahui bahwa pendapat informan terhadap alat terapi di Tali Kasih adalah alat terapi yang digunakan
adalah alat terapi yang bagus, seperti yang diungkapkan informan berikut ini :
”Dia terapi bicara sama terapi motorik, kalau terapi bicara dia disuruh bilang, apa yang dibilang terapisnya. Dikasih liat gambar apel, nanti dia disuruh
bilang apel. Lucu juga sih, gambarnya itu timbul.” Peneliti berasumsi bahwa pendapat informan terhadap alat terapi di Tali Kasih
bagus, berdasarkan ungkapan “lucu” yang diungkapkan oleh informan, sehingga informan merasa teratrik dengan alat terapi yang digunakan tersebut.
Hal senada juga diungkapkan oleh informan berikut ini :
”Bolanya itu agak aneh saya lihat, mungkin bola khusus untuk terapi anak kayak gini, kali ya, soalnya, bolanya itu bisa dilengket-lengketin.aneh la
pokoknya.” ”Dia terapi bicara sama terapi motorik. Kalau terapi bicara dia disuruh bilang,
apa yang dibilang terapisnya. Dikasih liat gambar apel, nanti dia disuruh bilang apel. Lucu juga sih, dia seperti anak kecil umur dua tahun, diajarin
kayak gitu lagi.” Ada juga informan yang menyatakan bahwa alat terapi yang digunakan di Tali
Kasih, merupakan alat terapi yang biasa saja, ini dikarenakan informan tidak begitu paham terhadap alat-alat terapi yang digunakan di Tali Kasih, seperti yang diungkapkan
oleh informan berikut ini :
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara