42
Tabel 4.7 Hasil persamaan regresi linier dan hasil analisis IC
50
yang diperoleh dari ekstrak n-heksan, etilasetat, etanol daun sisik naga
dan vitamin C
Larutan Uji Persamaan regresi
IC
50
ppm Ekstrak n-heksan daun sisik naga
Ekstrak etilasetat daun sisik naga Ekstrak etanol daun sisik naga
Vitamin C
Y = 0,0578+12,53 Y =
0,0838
X + 12 Y =
0,0724
X - 53,08 Y = 11,893X + 0,49
648,26 453,46
42,62 4,16
100 200
300 400
500 600
700
In h
ib it
o r
C o
n c
e n
tr a
ti o
n 5
Zat Uji Ekstrak n-heksan
Ekstrak etilasetat Ekstrak etanol
Vitamin C
Gambar 4.7
Aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.7 di atas menunjukkan bahwa ekstrak
n-heksan dan ekstrak etilasetat daun sisik naga menunjukkan aktivitas antioksidan kategori paling lemah dengan nilai IC
50
berturut-turut sebesar 648,26 ppm dan
453,46 ppm, ekstrak etanol daun sisik naga menunjukkan aktivitas antioksidan kategori sangat kuat dengan nilai IC
50
sebesar 42,62 ppm sedangkan vitamin C juga memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC
50
sebesar 4,16 ppm.
43 Hal ini karena ekstrak n-heksan, ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol daun
sisik naga diperoleh dengan cara maserasi bertahap menggunakan pelarut mulai dari non polar, semi polar hingga polar, dimana pelarut non polar dan semi polar
hanya menarik senyawa-senyawa non-polar dan semi polar yang kemungkinan tidak mempunyai aktivitas antioksidan sehingga senyawa-senyawa polar seperti
flavonoid yang mempunyai aktivitas antioksidan hanya terdapat pada ekstrak etanol daun sisik naga yang menggunakan pelarut polar sedangkan vitamin C
merupakan senyawa murni.
Tabel 4.8 Kategori nilai IC
50
sebagai antioksidan
No. Kategori
Konsentrasi ppm
1. 2.
3. 4.
Sangat kuat Kuat
Sedang Lemah
50 50 – 100
101 – 150 151 – 200
Kemampuan sampel uji dalam merangkap DPPH 1,1-diphenyl-2- picryhidrazyl sebagai radikal bebas dalam larutan metanol dengan nilai IC
50
konsentrasi sampel uji yang mampu memerangkap radikal bebas sebesar 50 digunakan sebagai parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan sampel uji
Prakash, 2001.
44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Hasil karakterisasi simplisia daun sisik naga secara berturut-turut diperoleh
kadar air 4,31, kadar sari larut air 24,34, kadar sari larut etanol 8,31,
kadar abu total 6,38, dan kadar abu tidak larut asam 0,47.
b. Hasil skrining fitokimia simplisia daun sisik naga menunjukkan adanya
senyawa kimia golongan flavonoid, glikosida, steroida dan tanin. c.
Ekstrak n-heksan dan ekstrak etilasetat daun sisik naga memiliki aktivitas antioksidan kategori lemah dan ekstrak etanol daun sisik naga memiliki
aktivitas antioksidan kategori sangat kuat. d.
Hasil pemeriksaan aktivitas antioksidan dengan menggunakan spektrofotometer uv-visibel pada panjang gelombang 516 nm diperoleh
nilai IC
50
dari masing-masing ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol daun sisik naga serta vitamin C sebesar 648,26 ppm, 453,46 ppm, 42,62 ppm
dan 4,16 ppm.
5.2 Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan isolasi terhadap senyawa yang berkhasiat sebagai antioksidan pada masing-masing ekstrak.
45
DAFTAR PUSTAKA
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektrofotometri. Padang: Andalas University Press. Halaman 1.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 33.
Depkes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 5, 8 - 11, 17 - 22.
Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 6 - 7.
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 297 - 307, 333 - 339.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1.
Fatimah, C., Juliati, T., dan Herlince, S. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk Sauropus androginus L Merr.. Jurnal
Biologi Sumatera. 31: 7 - 10. Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Sciences. 553: 263 - 264. Fidrianny, I., Darmawati, A., dan Sukrasno. 2014. Antioxidant Capacities from
Different Polarities Extracts of Cucurbitaceae Leaves Using Frap, DPPH Assays and Correlation with Phenolic, Flavonoid, Carotenoid Content.
International Journal of Parmacy and Pharmaceutical sciences. 62: 861.
Gandjar, I.G., dan Abdul, R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 222.
Gunawan, D.,dan Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam Farmakognosi. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 9 - 13.
Hamid, A.A., Aiyelaagbe, O.O., Usman, L.A., Ameen, O.M., dan Lawal, A. 2010. Antioxidant: Its Medicinal and Pharmacological Applications.
African Journal of Pure and Applied Chemistry. 48: 142 - 151. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 147, 259.