Radikal Bebas Spektrofotometer UV-Visibel

12 bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi radikal Winarsi, 2011. Menurut Kumalaningsih 2006, pembentukan radikal bebas melalui 3 tahapan reaksi, yaitu: a. Tahap inisiasi, yaitu tahap awal terbentuknya radikal bebas. b. Tahap propagasi, yaitu tahap perpanjangan radikal berantai, dimana terjadi reaksi antara suatu radikal dengan senyawa lain dan menghasilkan radikal baru. c. Tahap terminasi, yaitu terjadinya pengikatan suatu radikal bebas dengan radikal bebas yang lain sehingga membentuk senyawa non-radikal yang biasanya kurang reaktif dari radikal induknya. Radikal bebas ini antara lain golongan hidroksil OH - , superoksida O - 2 , nitrogen monooksida NO, nitrogen dioksida NO 2 , peroksidal RO - 2 , peroksinitrit ONOO - , asam hipoklorit HOCl, hidrogen peroksida H 2 O 2 , ozon O 3 , dinitrogen trioksida N 2 O 3 , lipid peroksida LOOH Silalahi, 2006; Pham- Huy, Hua He dan Chuong, 2008. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung koroner, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya Muchtadi, 2013; Sudiana, 2008. Reaktivitas radikal bebas ini dapat diredam oleh antioksidan Winarsi, 2011.

2.4 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang mampu meredam atau menghambat aktivitas senyawa oksidan dalam tubuh dengan cara mendonorkan elektronnya 13 atau disebut reduktan Winarsi, 2011. Antioksidan dikelompokkan menjadi dua golongan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antioksidan primer enzimatis dan antioksidan sekunder non-enzimatis Kumalaningsih, 2006. Antioksidan primer adalah antioksidan yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas baru karena dapat mengubah radikal bebas menjadi kurang reaktif sebelum sempat bereaksi. Antioksidan ini berupa enzim yang diproduksi oleh tubuh, meliputi: superoksida dismutase, katalase dan glutation peroksidase. Enzim superoksida dismutase berperan dalam mengubah radikal superoksida O2 ˙ − menjadi hidrogen peroksida H 2 O 2 , enzim katalase dan glutation peroksidase akan mengubah hidrogen peroksida H 2 O 2 menjadi air H 2 O Hamid, 2010. Kerja enzim-enzim ini sangat dipengaruhi oleh mineral- mineral seperti mangan Mn, selenium Se, zink Zn, besi Fe dan tembaga Cu Kumalaningsih, 2006; Winarsi, 2011. Antioksidan sekunder berupa senyawa fenol yang berfungsi menangkap radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai. Antioksidan sekunder juga disebut sebagai antioksidan preventif, dimana pembentukan senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara pengkelatan metal. Antioksidan ini meliputi: a. Antioksidan golongan vitamin, contoh: vitamin A, C, E. b. Antioksidan alamiah, contoh: flavonoid, katekin, karotenoid, β-karoten. c. Antioksidan sintetik, contoh: BHA butylated hydroxyl anisole, BHT butylated hydroxytoluene, PG propyl gallate, EDTA ethylene diamine tetraacetic acid, TBHQ tertiary butyl hydroquinone dan NDGA nordihydro guaretic acid Hamid, Aiyelaagbe, Usman, Ameen dan Lawal, 2010. 14

2.4.1 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul C 6 H 8 O 6 . Pemerian vitamin C adalah hablur atau serbuk berwarna putih atau agak kekuningan. Pengaruh cahaya lambat laun menyebabkan berwarna gelap, dalam keadaan kering stabil di udara namun dalam larutan cepat teroksidasi. Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen Depkes RI, 1979. Sesuai dengan sifatnya yang larut dalam air, vitamin C bekerja melindungi bagian tubuh dari radikal bebas yang larut dalam air dengan mendonorkan elektronnya ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler. Vitamin C mampu bereaksi dengan radikal bebas dan mengubahnya menjadi radikal askorbil yang kurang reaktif, kemudian membentuk asam monodehidroaskorbat dan atau asam dehidroaskorbat. Bentuk tereduksi ini dapat diubah kembali menjadi asam askorbat oleh enzim monodehidroaskorbat reduktase dan dehidroaskorbat reduktase Youngson, 2005. Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini: Gambar 2.1 Rumus bangun vitamin C

2.4.2 Flavonoida

Senyawa flavonoida merupakan salah satu senyawa polifenol terbesar yang mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam 15 konfigurasi C 6 –C 3 –C 6 , yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan 3 karbon Markham, 1988. Rumus bangun turunan flavonoida dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut: Gambar 2.2 Rumus bangun flavonoida Lebih dari 4.000 jenis flavonoida terlah diidentifikasi, beberapa diantaranya berperan dalam pewarnaan bunga, buah, dan daun Winarsi, 2011. Umumnya terdapat pada tumbuhan dalam bentuk terikat pada gula sebagai glikosida sehingga untuk menganalisis flavonoida, lebih baik ekstrak tumbuhan dihidrolisis terlebih dahulu untuk memecah ikatan gula dengan aglikon Harborne, 1987. Senyawa ini adalah senyawa pereduksi yang dapat menghambat reaksi oksidasi sehingga dapat dijadikan sebagai antioksidan Robinson, 1995. Senyawa ini berperan sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil Silalahi, 2006.

2.5 Spektrofotometer UV-Visibel

Menurut Dachriyanus 2004, spektrofotometri UV-visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan sinar tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Spektrofotometer UV-visibel pada umumnya digunakan untuk: 16 1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan auksokrom dari suatu senyawa organik 2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum suatu senyawa 3. Menganalisis senyawa organik secara kuantitatif. Berdasarkan aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan larutan sampel dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan kemudian ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap Gandjar dan Abdul, 2007.

2.6 Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH

Metode pemerangkapan radikal bebas DPPH 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil merupakan metode yang cepat, sederhana dan tidak mahal untuk mengukur kemampuan berbagai senyawa dalam memerangkap radikal bebas serta untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan pada bahan makanan dan minuman Marinova, 2011. DPPH pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Goldschmidt dan Renn. DPPH berwarna ungu pekat seperti KMnO4 dan bentuk tereduksinya 1,1- diphenyl-2-picrylhydrazine DPPH-H berwarna jingga kekuningan, bersifat tidak larut dalam air Ionita, 2005. Rumus bangun DPPH dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut: 17 Gambar 2.3 Rumus bangun DPPH DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar. Prinsip metode pemerangkapan radikal bebas DPPH, yaitu elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH Molyneux, 2004. Warna ungu larutan DPPH akan berubah menjadi kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang dari senyawa antioksidan Prakash, 2001. Reaksi radikal bebas DPPH dengan antioksidan dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut: Gambar 2.4 Reaksi radikal bebas DPPH dengan antioksidan Parameter yang dipakai untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efisien atau Efficient Concentration EC 50 atau Inhibitory

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-Heksan Etilasetat dan Metanol Selada Air (Nasturtium officinale W.T.Aiton)

10 107 94

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Jus Buah Sirsak Dan Ekstrak Etanol Daun Sirsak

5 68 100

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak N-Heksan Etilasetat Dan Etanol Rumput Laut Sargassum polycystum C. Agardh

1 61 83

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

2 28 83

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 14

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

1 2 5

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 13

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 3

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

1 1 20