Situasi Pengelompokan Pengaitan Pertanyaan Eksibisi Strategi Tutor Sebaya

20 aliaran konstruktivisme 16 yaitu situasi, pengelompokan, pengaitan, pertanyaan, eksibisi dan refleksi.

1. Situasi

Komponen ini menggambarkan secara komprehensif tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya aktivitas pembelajaran.

2. Pengelompokan

Komponen ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan interaksi dengan sejawat.

3. Pengaitan

Komponen ini dilakukan untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan pengetahuan yang baru asimilasi.

4. Pertanyaan

Komponen ini merupakan hal yagn penting dalam aktivitas pembelajaran karena akan memunculkan gagasan asli yang merupakan inti dari pendekatan konstruktivisme.

5. Eksibisi

Komponen ini dapat mengetahui pengetahuan seperti apa yang telah dibangun oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

6. Refleksi

Komponen ini pada dasarnya memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir kritis tentang pengalaman belajar yang telah mereka tempuh baik secara personal maupun kolektif dengan bimbingan dari guru scoffolding. Berdasarkan teori Vygotsky yang telah dikemukakan di atas maka pembelajaran dapat dirancangdidesain dalam model pembelajaran konstruktivis di kelas sebagai berikut: 1. Identifikasi prior knowledge danmiskonsepsi. Identifikasi awal terhadap gagasan intuitif yang mereka miliki terhadap 16 Benny A. Pribadi ……. . . h. 163 21 lingkungannya dijaring untuk mengetahui kemungkinan- kemungkinan akan munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur kognitif siswa. Identifikasi ini dilakukan dengan tes awal, interview. 2. Penyusunan program pembelajaran. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran. 3. Orientasi dan elicitasi. Situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan sangatlah perlu diciptakan pada awal-awal pembelajaran untuk membangkitkan minat mereka terhadap topik yang akan dibahas. Siswa dituntun agar mereka mau mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentang gejala-gejala yang mereka amati dalam lingkungan hidupnya sehari-hari. Pengungkapan gagasan tersebut dapat memalui diskusi, menulis, ilustrasi gambar dan sebagainya. Gagasan-gagasan tersebut kemudian dipertimbangkan bersama. Suasana pembelajaran dibuat santai dan tidak menakutkan agar siswa tidak khawatir dicemooh dan ditertawakan bila gagasan-gagasannya salah. Guru harus menahan diri untuk tidak menghakiminya. Kebenaran akan gagasan siswa akan terjawab dan terungkap dengan sendirinya melalui penalarannya dalam tahap konflik kognitif. 4. Refleksi. Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifat miskonsepsi yang muncul pada tahap orientasi dan elicitasi direflesikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring pada taha pawal. Miskonsepsi ini diklasifikasi berdasarkan tingkat kesalahan dan kekonsistenannya untuk memudahkan merestrukturisasikannya. 5. Resrtukturisasi ide, berupa: a tantangan, b konflik kognitif dan diskusi kelas, c membangun ulang kerangka konseptual. 6. Aplikasi. Menyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari miskonsepsi menuju konsepsi yang benar. Menganjurkan 22 mereka untuk menerapkan konsep yang benar tersebut dalam berbagai macam situasi untuk memecahkan masalah yang instruktif dan kemudian menguji penyelesaian secara empiris.Mereka akan mampu membandingkan secara eksplisit miskonsepsi mereka dengan penjelasan secara benar. 7. Review dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal pembelajaran. Revisi terhadap strategi pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi yang muncul kembali bersifat sangat resisten. Hal ini penting dilakukan agar miskonsepsi yang resisten tersebut tidak selamanya menghinggapi struktur kognitif, yang pada akhirnya akan bermuara pada kesulitan belajar dan rendahnya prestasi siswa bersangkutan.

d. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Konstruktivisme

Beberapa kelebihan pendekatan konstruktivisme: 1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dengan bahasa sendiri. 2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif. 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru. 4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. 5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka 6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Beberapa kekurangan pendekatan konstruktivisme: 1. Pendekatan ini akan membutuhkan banyak waktu. 2. Tidak semua siswa aktif dalam pembelajaran. Hal ini agak sedikit merepotkan guru untuk memotivasi siswa. 23 3. Saat siswa mengkonstruksi pengetahuan akan terdapat miskonsepsi karena setiap siswa mempunyai pendapat yang berbeda dalam pembelajaran. 4. Terkadang RPP yang telah dibuat akan mengalami perubahan saat pelaksanaannya. Salah satu cara untuk mengatasi kekurang pada pendekatan konsrtuktivisme yaitu stratergi tutor sebaya.

3. Strategi Tutor Sebaya

Arti luas dari sumber belajar adalah pengetahuan yang tidak hanya berasal dari guru. Sumber belajar dapat berasal dari orang lain selain guru, misalnya teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas atau keluarganya dirumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang lain yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai. Menurut Dedi Supriyadi, tutor sebaya adalah “seseorang atau beberapa siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar. Totur sebaya diambil dari kelompok yang be rprestasi tinggi”. 17 Tutor berfungsi sebagai pelaksana mengajar yang cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Sejalan dengan pendapat Dedi di atas, Ischak dan Warji berpendapat, tutor sebaya adalah “sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran memberikan bantuan kepada siswa yang 17 Herman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Common Textbook, hal. 276, cet. Edisi revisi 24 mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang sedang dipelajarinya”. 18 Maka dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan. Strategi tutor sebaya lebih mudah diberikan pada siswa karena biasanya sisw aleih mudah menerima penjelasan dari temannya. Karena dalam hal ini siswa tidak merasa enggan enggan bertanya, takut dan malu dalam meminta penjelasan dan bantuandari teman sebaya. Dengan strategi ini diharapkan siswa yang mempunyai kemampuan kurang dapar serta aktif dalam pembelajaran diskusi kelompok.

B. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

1. Fani Prima Ardiana , dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Penerapan Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Trigonometri di SMA Negeri 15 Semarang kelas X Semester 2 Tahun Pelajaran 20062007 ”, memberikan kesimpulan bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran juga terus mengalami peningkatan pada setiap pembelajarannya, dan perubahan sikap serta tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivis semakin membaik. 2. Palupi, Anteng Retno 2009 Upaya Meningkatkan Keberanian Siswa Mengerjakan soal-soal Latihan di depan kelas Melalui Pendekatan Konstruktivisme PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Darussalam Surakarta. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian ini adalah: 1 Adanya peningkatan keberanian 18 Herman Suherman, Strategi Pembelajaran ... , hal. 276