5
2.1.3 Sistematika tumbuhan
Menurut Herbanium Medanense Universitas Sumatera Utara 2014, tanaman patah tulang diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Divisio
: Spermatophyta Kelas
: Dicotyledoneae Ordo
: Euphorbiales Famili
: Euphorbiaceae Genus
: Euphorbia Spesies
: Euphorbia tirucalli L.
2.1.4 Nama daerah
Patah tulang memiliki nama daerah kayu urip di Jawa, kayu tabar dalam bahasa Madura, susuru dalam bahasa Sunda, dan di luar negeri seperti Tiongkok
disebut sebagai Lu San Hu Dalimartha, 2007.
2.1.5 Kandungan kimia
Fitokimia dari semua bagian tanaman patah tulang telah di uji dalam berbagai penelitian .Tanaman patah tulang adalah sumber triterponoid dan steroid
Setiorini dkk., 2014.Getahnya mengandung lebih banyak triterpenoid sedangkan rantingnya mengandung steroid.Menurut Absor, tanaman patah tulang
memilikin dua bagian tanamannya yang sangat bermanfaat yaitu getah dan rantingnya. Getah tanaman patah tulang yang bersifat asam mengandung senyawa
damar, zat karet, dan zat pahit.Ranting tanaman patah tulang yang dilarutkan dengan menggunakan aseton memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder
6 yaitu alkaloid, tannin, steroid, flavonoid, triterpenoid, dan hidroquinon.Dengan
pelarut etanol metabolit sekunder yang terdapat pada ranting tanaman patah tulang adalah alkaloid, steroid, flavonoid, triterpenoid, saponin dan hidroquinon
Setiorini dkk., 2014.
2.2 Uraian Kimia
2.2.1 Triterpenoidsteroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik, yaitu skualen.Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik yang relatif kompleks,
kebanyakan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan
aktif optik, dapat dibagi atas 4 kelompok senyawa yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung Harborne, 1987. Struktur kimia isopren
dapat dilihat pada gambar.
Struktur kimia isopren Pembagian triterpenoid berdasarkan jumlah cincin yang terdapat pada
struktur molekulnya Robinson, 1995, antara lain: a. Triterpenoid asiklik, yaitu triterpenoid yang tidak mempunyai cincin tertutup
dalam cincin molekulnya, contohnya skualen.