Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Karena itu, pembelajaran di sekolah harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini di mana siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, baik dalam menalar maupun menganalisis, bukan menghafal materi pelajaran saja. Pendidikan modern yang diiringi dengan perubahan kurikulum yang baru tidak lagi memiliki sistem pembelajaran pada guru yang aktif, tetapi siswa sebagai objek maupun subjek pendidikan yang dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang komunikasinya dua arah, guru dan siswa harus ikut serta dalam proses pembelajaran di kelas, laboratorium, maupun di lingkungan sekitar sekolah. Semua itu dilakukan agar tujuan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu dan menimbulkan belajar biologi yang terpusat pada siswa. Tetapi, berdasarkan studi pendahuluan berupa wawancara langsung dengan guru diperoleh data bahwa padatnya materi ajar biologi tidak diimbangi dengan alokasi waktu yang tersedia. Protista merupakan salah satu dari materi biologi kelas X yang sulit dipahami siswa. Konsep-konsep pada materi protista sebagian besar bersifat abstrak sehingga siswa hanya dapat membayangkannya saja setelah melihat gambar. Materi kajian protista pun cukup padat sehingga saat menerima informasi ada kemungkinan siswa lebih cenderung menghafalkan informasi yang didapat tanpa mencoba mengaitkan dengan konsep yang pernah dimiliki sebelumnya. Berbagai hambatan akan timbul akibat ketidakpahaman siswa terhadap materi biologi seperti sulit memahami materi selanjutnya dan miskonsepsi pada konsep lain yang memiliki keterkaitan sehingga mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai serta rendahnya hasil belajar siswa. 10 Pemahaman yang kurang terhadap konsep menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih dilandasi dengan metode transfer informasi yang hanya menyentuh ingatan siswa saja. Kondisi ini akan menyebabkan siswa tidak dapat melihat hubungan antara materi pelajaran yang telah dipelajarinya dengan materi yang sedang atau akan dipelajarinya sehingga pembelajaran tidak akan bermakna dan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa. 10 Sari, loc. cit. Siswa harus mengulangi pembelajaran sebelumnya yang berhubungan dengan pembelajaran baru yang akan dipelajarinya. Hal tersebut berlaku terutama pada mata pelajaran eksakta seperti ilmu pengetahuan alam IPA. 11 Pengetahuan yang telah dimiliki individu selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan bagi masing-masing individu. Semakin baik cara penataan pengetahuan di dalam dasar pengetahuan, semakin mudah pengetahuan itu ditelusuri dan dimunculkan kembali pada saat diperlukan. 12 Maka itu, dengan modal pengetahuan awal yang telah dimiliki, siswa akan lebih mudah memahami pengetahuan-pengetahuan selanjutnya yang berkaitan. Proses pembelajaran memiliki faktor yang sangat penting, yaitu apa yang telah diketahui oleh siswa berupa materi pelajaran yang telah dipelajarinya. 13 Hal tersebut dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Tetapi sering terjadi siswa tidak mampu melakukannya. Dalam kegiatan seperti inilah sangat diperlukan adanya alat penghubung yang dapat menjembatani informasi atau ide baru dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat penghubung yang dimaksud dapat menggunakan pengatur awal atau advance organizer. Advance organizer mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajarinya dan memudahkan untuk mengingat kembali informasi yang berkaitan sehingga membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap semacam pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru. 14 Tujuan dari pengatur awal tersebut adalah untuk menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengaitkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari serta untuk membantu peserta didik dalam membedakan materi baru dengan 11 Purwanto, loc. cit. 12 C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, h. 45- 46. 13 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2011, h. 100. 14 Ibid. materi lama yang telah dipelajarinya. 15 Advance organizer dapat dideskripsikan sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi daripada tugas pembelajaran itu sendiri. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengefektifkan penyajian materi dengan metode ceramah antara lain menggunakan model pembelajaran yang berbentuk advance organizer untuk membantu siswa belajar lebih aktif. Alat atau cara yang dapat digunakan sebagai pengatur awal tersebut salah satunya dengan peta konsep. Peta konsep dikembangkan untuk menggali struktur kognitif siswa dan untuk mengetahui apa yang telah diketahui pelajar. 16 Seorang guru dituntut untuk dapat kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Usaha ini harus dilakukannya dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut tidaklah mudah. Tetapi, hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab guru agar siswa mudah memahami materi yang disampaikan, dan apa yang diperolehnya merupakan sesuatu yang bermakna dalam hidupnya. Siswa yang menganggap biologi sebagai pelajaran berbentuk hafalan yang sulit diingat dan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa dapat mengakibatkan hasil belajar siswa yang rendah. Dalam ilmu biologi, terdapat banyak istilah- istilah asing yang harus diingat dan dipahami siswa. Dengan menerapkan model advance organizer ini diharapkan pandangan negatif siswa terhadap pelajaran biologi akan berubah menjadi positif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Metode dan model pembelajaran yang beraneka macam telah banyak diterapkan sebagai upaya memperbaiki mutu pendidikan biologi. Model pembelajaran advance organizer yang berbantukan peta konsep ini dapat memperkuat struktur kognitif siswa sehingga diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari materi protista yang padat dan kaya akan istilah asing. Model pembelajaran advance organizer perlu diterapkan guna mengetahui pengaruhnya 15 Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 94. 16 Dahar, op. cit., h. 106. terhadap hasil belajar siswa pada konsep protista. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pembelajaran Model Advance Organizer terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar biologi siswa yang rata-rata masih rendah. 2. Siswa menganggap biologi sebagai pelajaran berbentuk hafalan yang sulit diingat dan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa. 3. Metode transfer informasi yang diterapkan pada pembelajaran umumnya hanya menyentuh ingatan saja, sehingga dianggap kurang bermakna. 4. Materi kajian protista yang padat tidak diimbangi dengan alokasi waktu yang tersedia di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian yang dilaksanakan ini dibatasi pada hal-hal berikut, seperti: 1. Variabel X dalam penelitian ini adalah model pembelajaran advance organizer dan variabel Y adalah hasil belajar biologi siswa. 2. Ranah kognitif yang digunakan pada soal tes pilihan ganda meliputi aspek C1 mengingat, C2 memahami, C3 mengaplikasikan, C4 menganalisis, C5 mengevaluasi, dan C6 mencipta. 3. Materi SMA yang dipilih adalah kingdom protista yang meliputi protista mirip hewan, protista mirip tumbuhan, dan protista mirip jamur.

D. Perumusan Masalah

Masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh pembelajaran model advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh model pembelajaran advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. 2. Respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran advance organizer.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Guru, sebagai pertimbangan dalam menggunakan model pembelajaran advance organizer sebagai salah satu cara belajar siswa aktif dan bermakna. 2. Siswa, sebagai sarana latihan untuk berperilaku rajin dan membiasakan diri aktif dalam pembelajaran. 3. Peneliti, sebagai pengalaman peneliti di bidang pendidikan serta bekal untuk menjadi pendidik di dunia sekolah.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian dan Hakikat Belajar

“Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan ”. 1 Ini menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik saat siswa berada di sekolah maupun di lingkungan sosial lain khususnya saat bersama keluarganya. Belajar memiliki beberapa pengertian di antaranya sebagai berikut: 1 “Belajar merupakan suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu ”. 2 2 “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor ”. 3 3 “Belajar adalah modification of behavior through experience and training, artinya perubahan tingkah laku karena pe ngalaman dan latihan”. 4 4 “Belajar adalah setiap perbuatan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman ”. 5 Berdasarkan uraian mengenai pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses atau tahapan perubahan seluruh atau sebagian 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 87. 2 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, h. 157. 3 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011, h. 13. 4 Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993. h. 99. 5 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 84. 9 tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan yang menetap pada tingkah laku merupakan faktor yang penting dalam belajar. Pengalaman dan latihan dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati berupa gejala mental, maupun yang tidak dapat diamati berupa proses mental. Belajar dapat terjadi akibat interaksi secara terus menerus antara peserta didik dan lingkungannya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya performance-nya berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tadi. 6 Perubahan dalam belajar dapat berupa suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan yang telah ada, penambahan dari informasi atau pengetahuan atau keterampilan yang telah ada, dan menghilangkan sifat atau prilaku tertentu yang tidak dikehendaki. 7 Perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar. 8 Belajar memiliki tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. 1 Secara kuantitatif ditinjau dari sudut jumlah, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa. 2 Secara institusional ditinjau dari kelembagaan, belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi- materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui setelah proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. 3 Secara kualitatif ditinjau dari mutu, belajar ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman- pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa. 9 6 Ibid. 7 Makmun, op. cit., h. 158. 8 Syah, op. cit., h. 90. 9 Ibid.

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii-H

0 16 239

Pengaruh pembelajaran model advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista

1 16 7

Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII Di SMP Negeri 142 Jakarta.

0 4 239

Pengaruh pembelajaran model advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista : Eksperimen di SMAN 9 Kota Tangerang

0 30 225

Pengaruh model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa: kuasi eksperimen pada kelas XI IPA SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

4 28 246

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 25

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.

1 8 30

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DAN MINAT BELAJAR BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 TANJUNG PURA.

0 1 32

PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETAKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 SUKOHARJO.

0 1 8

PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETAKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 SUKOHARJO.

0 2 145