commit to user 44
C. Keadaan Koperasi
Secara umum struktur dan manajemen koperasi di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari rapat anggota, pengurus, pengawas, dan pengelola. Rapat anggota
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Suatu koperasi dinyatakan masih aktif apabila koperasi tersebut masih dapat melaksanakan
rapat anggota secara rutin tiap tahunnya dan paling kurang dihadiri oleh 23 jumlah anggotanya atau wakil anggota yang diundang jika jumlah anggotanya
terlalu banyak. Jumlah anggota, pengurus, karyawan, dan badan pengawas koperasi di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Anggota, Pengurus, Karyawan, dan Badan Pengawas Koperasi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010.
No Nama Koperasi
Anggota Pengurus Karyawan
Badan Pengawas
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 13
14 15
KUD Koperasi Pondok Pesantren
Kopinkra Koperasi Pertanian
Primkoppas K P R I
Kopkar Koperasi Angkatan Darat
Koperasi Serba Usaha Koperasi Wanita
Koperasi Pepabri Koperasi Mahasiswa
Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Lainnya
Koperasi Sekunder 48.190
1.013 229
22.778 2.936
11.801 16.718
1.910 18.435
2.256 46
120 12.344
31.429 502
39 30
9 342
15 267
150 6
438 27
3 6
288 138
12 125
19 9
117 9
46 112
16 111
14 2
8 713
95 5
28 10
7 228
6 242
91 6
296 21
2 2
193 96
9 Jumlah
157.701 1.770
1.401 1.237
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010. Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa koperasi yang memiliki jumlah
anggota terbesar adalah KUD yang kemudian diikuti oleh Koperasi Lainnya dan Koperasi Pertanian. Koperasi lainnya terdiri dari Koperasi Jamu, Koperasi
Kehutanan, Koperasi Veteran, Koperasi Wredatama, dan Koperasi Perumahan. Koperasi Pertanian adalah koperasi yang dibentuk dari gapoktan yang terdapat
di Kabupaten Sukoharjo. Jumlah pengurus terbesar terdapat pada Koperasi Serba Usaha yaitu sejumlah 438 orang, hal ini karena sebagian besar anggota
ikut aktif dalam kepengurusan koperasi. Karyawan terbesar pada Koperasi
commit to user 45
Simpan Pinjam yaitu sebesar 713 orang, jumlah karyawan yang banyak menunjukkan usaha yang dilakukan koperasi semakin berkembang sehingga
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak dan terampil untuk melaksanakan usahanya. Jumlah badan pengawas terbanyak adalah pada
Koperasi Serba Usaha yaitu sejumlah 296 orang, hal ini karena diperlukan pengawasan yang lebih banyak dalam menjalankan setiap usaha yang
dilakukan Koperasi Serba Usaha. Perkembangan usaha koperasi juga dapat dilihat dari perkembangan asset
yang dimiliki, volume usaha yang dilakukan serta jumlah SHU yang dapat dihasilkan. Jumlah asset yang dimiliki koperasi menunjukkan jumlah kekayaan
baik berasal dari modal sendiri maupun modal asing. Volume usaha menunjukkan besarnya usaha yang dapat dilaksanakan oleh koperasi dan
menghasilkan SHU. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Asset, Volume Usaha dan SHU Koperasi di Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2010 Rp.000.
No Nama Koperasi
Jumlah Asset Volume Usaha
SHU 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
KUD Koperasi Pondok Pesantren
Kopinkra Koperasi Pertanian
Primkoppas K P R I
Kopkar Koperasi Angkatan Darat
Koperasi Serba Usaha Koperasi Wanita
Koperasi Pepabri Koperasi Mahasiswa
Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Lainnya
Koperasi Sekunder 22.190.359
1.873.516 1.779.961
3.204.586 140.612
57.505.022 10.086.823
161.550 50.790.321
2.214.171 21.939
15.810 148.548.886
11.843.999 748.366
14.310.862 2.810.274
2.578.260 551.559
202.037 86.257.533
15.130.235 162.990
76.185.482 2.989.238
28.788 387.482
221.337.376 17.203.032
562.044 242.057
389.798 6.654
40.731 2.162
3.166.556 1.298.490
36.290 6.257.500
80.944 921
48.292 11.981.442
484.388 17.715
Jumlah 310.948.561
440.534.202 24.017.650
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010. Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui jumlah asset, volume usaha, dan
SHU terbesar pada Koperasi Simpan Pinjam dengan jumlah asset sebesar Rp 148.548.886.000,00, volume usaha sebesar Rp 221.337.376.000,00, dan
SHU sebesar Rp 11.981.442.000,00. Jumlah asset yang dimiliki KUD berada
commit to user 46
pada urutan kelima, sedangkan volume usaha berada pada urutan keenam dan nilai SHU berada pada urutan ketujuh. Hal ini menunjukkan KUD di
Kabupaten Sukoharjo masih memiliki asset yang cukup besar dan dapat digunakan untuk melakukan usaha KUD serta memperoleh sisa hasil usaha.
Jumlah asset yang dimiliki koperasi berasal dari modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan
koperasi, donasi, dan SHU yang belum dibagi. Jumlah anggota yang semakin banyak dengan tingkat partisipasi yang tinggi akan meningkatkan jumlah
modal sendiri yang dimiliki koperasi dan akan meningkatkan jumlah assetnya. KUD memiliki asset terbesar keenam dengan jumlah anggota terbanyak
namun, sebagian besar asset yang dimiliki KUD berasal dari modal asing. Jumlah modal yang dimiliki dan jumlah anggota KUD tiap tahunnya dapat
dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Koperasi Unit Desa KUD, Besar Modal dan Anggota
di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1998-2009
Tahun Jumlah KUD
Besarnya Modal Rp Anggota
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
13 13
13 13
13 13
13 13
13 13
13 13
10.235.590.000 16.550.551.000
16.560.500.000 15.595.131.000
12.577.500.000 11.415.700.000
11.415.700.000 11.550.481.600
11.415.700.000 11.415.700.000
11.415.700.000 22.190.359.000
51.238 54.203
79.092 79.092
45.021 47.450
47.450 40.694
47.450 47.450
47.450 48.190
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010. Berdasarkan Tabel 8 diketahui terdapat 13 KUD di Kabupaten Sukoharjo
yang terdiri dari 12 KUD yang masih aktif dan 1 KUD yang sudah tidak aktif. KUD yang tidak aktif tersebut adalah KUD Mempan di Kecamatan Grogol
. KUD tersebut dinyatakan tidak aktif karena tidak dilakukannya rapat anggota
dalam beberapa tahun dan kegiatan operasional serta usaha KUD yang tidak berjalan lagi. Modal tertinggi yang dimiliki KUD terdapat pada tahun 2009
sebesar Rp 22.190.359.000,00 yang terdiri dari Rp 2.460.273.000,00 modal
commit to user 47
sendiri dan Rp 19.730.086.000,00 modal asing. Modal asing KUD umumnya diberikan oleh pemerintah berupa bantuan lunak untuk pengembangan KUD
dan pertanian yang harus dibayar oleh KUD pada tahun berikutnya misalnya program KUT Kredit Usaha Tani yang dimulai sejak tahun 1985 dan dalam
perjalanannya pada tahun 2000 diganti dengan Kredit Ketahanan Pangan KKP dan sapi perah. Pemberian bantuan lunak tersebut tidak disertai
pengawasan dan pelatihan program pemerintah secara intensif. Sedangkan dari segi manajerial, KUD belum mampu melaksanakan program-program tersebut
secara mandiri. Hal ini berdampak pada perkembangan usaha KUD yang menjadi terhambat dan menyebabkan beberapa KUD tidak dapat meminjam
modal kepada bank untuk mengembangkan usahanya lagi.
commit to user
51
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil Penelitian