Gambaran Gangguan Tidur Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur pada Responden

gangguan tidur dengan memiliki gangguan tinggi badan terdiri atas 1 anak 2, sedangkan anak yang memiliki gangguan tidur dengan tidak memiliki gangguan tinggi badan terdiri dari 21 anak 42. Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa p value sebesar 0,425. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara gangguan tidur dengan gangguan tinggi badan pada responden siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015. Hasil penelitian ini tidak bisa membuktikan dasar teori yang menyatakan bahwa gangguan tidur dapat menyebabkan terjadinya perubahan hormonal pada tubuh, salah satunya adalah hormon pertumbuhan atau growth hormone GH. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Dini yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara gangguan tidur dengan pertumbuhan tinggi badan anak. Sebuah teori menyatakan bahwa GH disekresikan pada awal periode tidur lelap, tahap 3 dan 4 dan dihambat selama tidur REM, yang berhubungan dengan mimpi. GH disekresikan 75 pada saat anak tidur, GH ini tiga kali lebih banyak disekresikan dibandingkan saat terbangun. GH sangat berperan pada proses pertumbuhan anak, yakni sebagai stimulator pertumbuhan dan pembelahan sel di setiap bagian tubuh dan tulang rawan, meningkatkan proses mineralisasi tulang, meningkatkan sintesis protein tubuh, serta memacu insulin like growth factor yang berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan sel tubuh. Berdasarkan fungsi di atas, maka jika produksi GH tidak maksimal akan mempengaruhi pertumbuhan anak menjadi tidak optimal . 2,6,8,34, Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada anak terutama besar asupan nutrisi yang merupakan faktor yang berperan pada proses pertumbuhan namun tidak diteliti dalam penelitian ini. 6

4.7. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat. Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan anak yang meliputi faktor periode prakonsepsi, faktor prenatal, faktor natal, dan faktor postnatal. Serta faktor asupan nutrisi juga merupakan faktor yang berperan pada proses pertumbuhan yang biasanya diukur dengan menggunakan kuesioner food recall, pada penelitian ini tidak diteliti. 35 45

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: a Dari total 50 subjek penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta, responden yang memiliki gangguan tidur sebanyak 22 responden 44. b Subjek penelitian yang mengalami jenis gangguan tidur terbanyak dari 22 responden yang mengalami gangguan tidur adalah gangguan kesadaran saat tidur sebanyak 8 responden 36,4. Sedangkan gangguan tidur yang sedikit ditemukan adalah gangguan pernapasan saat tidur sebanyak 1 responden 4,54. c Subjek penelitian yang memiliki persentase paling besar antara yang memiliki gangguan tidur dibandingkan dengan yang tidak memiliki gangguan tidur adalah kelompok kategori usia12 tahun. d Subjek penelitian yang mengalami gangguan tidur terbanyak adalah kelompok kategori jenis kelamin laki-laki 26. e Subjek penelitian yang mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan sebanyak 4 responden 8. f Subjek penelitian yang memiliki gangguan tidur dengan memiliki gangguan tinggi badan sebanyak 1 responden 2, sedangkan responden yang memiliki gangguan tidur dengan tidak memiliki gangguan tinggi badan sebanyak 21 responden 42. g Tidak ada hubungan antara gangguan tidur dengan gangguan tinggi badan anak di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta p=0,425.