dalam kategorik buruk lebih besar pada ibu yang tidak bekerja dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Setyanto di Puskesmas Wirosari I Kabupaten Grobogan tahun 2008 dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada balita dengan p = 0,024 p 0,05.
44
6.2.8. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi diare pada anak balita dengan sanitasi lingkungan dalam kategori buruk yaitu 40,0, sedangkan pada anak
balita dengan sanitasi lingkungan dalam kategori baik yaitu 31,5 Tabel 5.16..
Gambar 6.9.
Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Matiti tahun 2012 Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai
p = 0,364 p 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
Universitas Sumatera Utara
antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesnas Matiti tahun 2012.
Ratio Prevalence diare pada anak balita dengan sanitasi lingkungan dalam
kategori buruk dan sanitasi lingkungan dalam kategotori baik adalah 1,270 dengan Confidence Interval CI
0,764-2,111. Hal ini menunjukkan bahwa sanitasi lingkungan bukan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak balita di wilayah
kerja Puskesmas Matiti tahun 2012. Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat.
Banyaknya penyakit ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara penanganan sanitasi yang benar. Rendahnya mutu sanitasi lingkungan merupakan keadaan yang potensial
untuk menjadi sumber penularan penyakit diare.
32
Akan tetapi dalam penelitian ini sanitasi lingkungan tidak berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita. Hal
ini diasumsikan bahwa anak balita yang terkena diare bukan karena sanitasi lingkungan yang buruk.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Asny Olyfta di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010 dengan desain cross sectional didapatkan
bahwa tidak ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada anak balita dengan nilai p = 0,792 p 0,05.
25
6.2.9. Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi diare pada anak balita dengan higiene perorangan dalam kategori buruk yaitu 35,0, sedangkan pada anak
balita dengan higiene perorangan dalam kategori baik yaitu 34,4 Tabel 5.17..
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.10.
Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Higiene Perorangan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah kerja
Puskesmas Matiti Tahun 2012
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh p = 0,960 p 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak balita di di wilayah kerja Puskesnas Matiti tahun 2012.
Ratio Prevalence diare pada anak balita dengan higiene perorangan dalam
kategori buruk dan higiene perorangan dalam kategori baik adalah 1,017 dengan Confidence Interval CI
0,526-1,968. Hal ini menunjukkan bahwa higiene perorangan bukan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak balita di wilayah
kerja Puskesmas Matiti tahun 2012. Higiene perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis Tarwoto Wartonah, 2003.
Rendahnya cakupan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan sering menjadi faktor risiko terjadinya diare.
4
Universitas Sumatera Utara
Higiene perorangan yang dinilai dalam penelitian ini adalah prilaku mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar, ketika menyuapi anak balita, mencuci
dotgelas anak balita, menutup makanan yang sudah dimasak, dan menggunting kuku secara teratur. Sebagian besar respondenibu dari anak balita mempunyai higiene
perorangan dalam kategori baik yaitu sebanyak 93 orang 82,3. Proporsi kejadian diare pada anak balita lebih tinggi pada anak balita yang memiliki higiene perorangan
dalam kategori buruk dibandingkan dengan anak balita yang memiliki higiene perorangan dalam kategori baik meskipun hanya berbeda sedikit.
Kita tahu bahwa penyakit diare merupakan penyakit yang multifaktorial yang artinya disebabkan oleh banyak faktor. Meskipun anak balita dan ibunya memiliki
higiene perorangan dalam kategori baik bisa saja anak balita tersebut mengalami diare oleh karena faktor lain seperti status gizinya tidak baik, tidak mendapat ASI
eksklusif, mengalami suatu penyakit, perawatan ibu yang kurang dan keadaan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Demikian halnya dengan anak
balita yang memiliki higiene perorangan dalam kategori buruk tetapi tidak mengalami diare. Hal ini diasumsikan bahwa sebagian anak balita yang memiliki higiene
perorangan dalam kategori buruk memiliki status gizi yang baik dan tidak sedang mengalami penyakit yang lain sehingga memiliki resiko yang kecil untuk mengalami
kejadian diare. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Siti Rahmah di Kecamatan Suka
Makmur Kabupaten Aceh Besar Tahun 2006 dengan desain case control didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara higiene perorangan dengan
kejadian diare pada anak balita usia 2-5 tahun dengan nilai p = 0,457 p 0,05.
45
Universitas Sumatera Utara
6.2.10. Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita