Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3
Tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diamati dari dua sisi, yaitu tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh
guru. Pemahaman seorang siswa berhubungan dengan daya serap seorang siswa dalam pembelajaran. Daya serap siswa adalah kemampuan atau
kekuatan untuk melakukan sesuatu, untuk bertindak dalam menyerap pelajaran oleh setiap siswa. Salah satu kendala dalam proses pembelajaran di
sekolah adalah adanya perbedaan daya serap individual diantara anak yang satu dengan anak yang lainnya walaupun dalam lingkungan dengan umur
yang sama dan kelas yang sama. Bagi seorang guru, kondisi di atas menjadi suatu tantangan yang harus
dihadapi. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan seperti menguasai materi pelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata,
mengemas materi pelajaran ke dalam cakupan dan kedalaman yang sesuai dengan sasaran yang mudah dicerna oleh siswa, memiliki penguasaan tentang
teori dan keterampilan belajar, dan memiliki pengetahuan tentang masa pertumbuhan dan perkembangan siswa serta memiliki pemahaman tentang
bagaimana siswa bekerja. Dalam pendidikan banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi itu secara garis besar dapat dibagi kepada faktor internal meliputi: faktor fisiologis dan fisikologis
seperti keadaan panca indera, intelegensi, bakat dan motivasi. Thomas F. Staton yang berpendapatnya dikutip oleh Sardiman mengemukakan bahwa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman dan ulangan.
5
Menurut Muhibin Syah faktor psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran adalah tingkat kecerdasan dan intelegensi siswa.
6
5
Sardiman Am. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004cet. Ke-11, h. 40
6
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung:Remaja Rosda
Karya, 1995, cet. Ke-2 h.
4
Dalam kaitannya dengan faktor sosial yang berasal dari orang tua Zakia Dradjat mengatakan: Apabila latihan-latihan agama dilalaikan pada
waktu kecil atau diberikan dengan cara kaku, salah tidak cocok dengan anak- anak, maka pada waktu dewasa nanti ia akan cenderung kepada atheis atau
kurang perduli terhadap agama atau kurang merasakan pentingnya bagi dirinya. Dan sebaliknya, semakin banyak si anak mendapatkan latihan-latihan
keagamaan pada waktu kecil, semakin dewasanya nanti semakin terasa kebutuhannya kepada agamanya.
7
Melihat pernyataan di atas, pembinaan keagamaan pada anak perlu diberikan dan dimulai dari keluarga dan juga oleh lembaga pendidikan
sekolah dimana keduanya harus mampu menanamkan pemahaman dan pengalaman keagamaannya, yang merupakan tanggung jawab yang sangat
besar, dalam hal ini bimbingan keagamaan anak harus diarahkan pembentukan nilai-nilai imani, sedangkan keteladanan, pembiasaan dan disiplin
dititikberatkan pada pembentukkan nial-nilai amalia mengajarkan kepada mereka prinsip-prinsip agama yang sesuai dengan perkembangan mereka dan
menanamkan benih-benih keyakinan serta iman dalam jiwa anak. Anak sejak usia muda telah melihat dan mempelajari hal-hal yang berada di luar diri
mereka, mereka mellihat dan mengikuti apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh orang dewasa dan orang tua mereka tentang yang berhubungan dengan
kemaslahatan agama.
8
Bimbingan keagamaan yang lebih menarik kepada anak ialah mula- mula yang mengandung gerakan Shalat pengalaman keagamaan yang menarik
bagi anak diantaranya Shalat berjamaah, mengapa karena Shalat merupakan tiang pondasi suatu agama termasuk salah satu rukun Islam juga ibadah yang
membedakan dengan agama lain. Apabila suatu keluarga jarang pergi ketempat ibadah, anaknya akan kurang aktif dalam soal-soal agama
demikianlah anak yang hidup dalam keluarga yang kurang menjalankan agama dalam kehidupan sehari-hari, maka perhatian anak-anak terhadap
7
Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, h.64
8
H Jalallun, Psikologi Agama, Jakarta: PT.Raja GrafindoPersada, 2003
5
agama akan kurang pula. Oleh karena itu betapa pentingnya orang tua membimbing keagamaan anaknya di rumah. Bimbingan tersebut sangat
menunjang terhadap keberhasilan belajar agama di sekolah dan sekaligus memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar bagi anak di sekolah.
Shalat dalam ajaran Islam menduduki posisi yang sangat penting dan mendasar. Setiap pribadi yang menyatakan pengakuannya terhadap Islam,
maka setelah membaca 2 dua kalimat Syahadat dia harus dan wajib melaksanakan Shalat.
Sedemikian pentingnya kedudukan Shalat dalam ajaran agama Islam,banyak ayat dalam Al-
Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW., yang membahas tentang Shalat, diantaranya:
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, bersabda Rasulullah SAW: Shalat itu adalah tiang agama, barang siapa mengerjakan Shalat maka ia
menegakkan agama. Dan barang siapa meninggalkannya maka ia telah merobohkan agama.” HR. Bukhori dan Muslim”
9
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, Bersabda Rasulullah SAW., Pemulaan amalan yang diperiksa dari amalan seorang hamba pada hari kiamat
adalah Shalatnya. Jika Shalatnya diterima, maka seluruh amalnya diterima. Jika Shalatnya ditolak, maka seluruh amalnya ditolak. HR.
al-Thobari. ”
10
9
Al Hafidz Al Mundziry, Terjemah At Targhib Wat Tarhib, Jakarta: Pustaka Amani,
1981, h. 33
10
Ibid, … h. 34
6
Dapat dipahami dari hadits-hadits tersebut di atas bahwa Shalat adalah pokok dari semua amal dan perbuatan dalam ajaran Islam. Ibadah Shalat yang
dilaksanakan oleh pribadi muslim akan menimbulkan ekses terhadap amal yang lain. Jika amal ibadah Shalatnya baik dan benar, maka Insya Allah
ibadah yang lain ikut baik begitu pula sebaliknya. Ibadah Shalat yang merupakan bagian mendasar dan sangat penting
dalam ajaran agama Islam, tidaklah mungkin dapat dipahami dan diamalkan dengan baik dan benar oleh setiap pemeluknya tanpa adanya pendidikan dan
pembinaan berkelanjutan sejak awal, yaitu sejak masa kanak-kanak. Orang tua memegang peranan yang sangat besar dalam menanamkan pendidikan agama
Islam khususnya pendidikan Shalat. Pendidikan keluarga memang sangat penting namun tak kalah
pentingnya adalah pendidikan di luar keluarga yaitu pendidikan pada lembaga- lembaga pendidikan. Di sini jelas guru atau pendidik mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang besar dalam memberikan pemahaman ajaran agama Islam khususnya Shalat.
Orang tua dan gurupendidik harus saling menjadi pelengkap dalam hal pendidikan terhadap anak dalam memahami dan mempraktekkan ajaran
agama Islam khususnya Shalat. Orang tua terkadang mempunyai keterbatasan dalam ilmu agama Islam, disinilah gurupendidik melengkapi. Sebaliknya
gurupendidik karena keterbatasan waktu dan tempat tidak dapat mengontrol apakah siswa sudah melaksanakan Shalat lima waktu di rumah, disinilah orang
tua memegang peranan mengontrol aktifitas siswaanak selama di rumah. Pada dasarnya pendidikan sekolah merupakan lanjutan dari
pendidikan di dalam keluarga, disamping itu, kehidupan di lingkungan sekolah adalah jembatan yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga
dengan kehidupan di masyarakat berjalan begitu cepat di zaman seperti sekarang ini, khususnya di kota-kota besar globalisasi memberi pengaruh yang
sangat besar terhadap tumbuh kembang siswa yang menyangkut sikap dan prilaku anak didikpelajar oleh karena itu perlu ditanamkan keimanan yang
baik kepadanya agar mereka dapat menghadapi zaman yang sudah canggih ini.
7
Oleh karena itu sekolah MI al-Hikmah yang berada di tengah kota metropolitan mempunyai visi dan misi yang diharapkan berguna bagi anak
didik baik di sekolah maupun di luar sekolah khususnya pada pelajara fiqih dimana guru mata pelajaran tersebut mengharapkan adanya upaya-upaya
dalam kegiatan yang dapat menunjang pembelajaran fiqih, dengan berbagai praktekdemontrasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
sehingga diharapkan siswa mampu dalam menghadapi tantangan-tantangan di era globalisasi dimasa mendatang.
Dalam hal ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar pembelajaran fikih itu lebih menarik, maka perlu upaya pembelajaran yang
tepat dan terarah, dalam hal ini peneliti beraktifitas melalui ibadah khususnya Shalat, untuk itulah beberapa uraian diatas melatar belakangi penelitian untuk
malakukan penelitian tindakan tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih ibadah Melalui Penerapan Metode Demonstrasi pada siswa kelas II
di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan. ”