Penerapan Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah : penelitian tindakan kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta

(1)

SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH

(Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta)

Oleh:

KHANIFAH

NIM: 104017000551

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2009


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH

(Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta)

Skripsi:

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : KHANIFAH NIM 104017000551

Di bawah bimbingan

Pembimbing I

Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 150 277 129

Pembimbing II

Abdul Muin, S.Si, M.Pd NIP. 150

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta)” disusun oleh KHANIFAH Nomor Induk Mahasiswa 10401700551, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 5 Maret 2009 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.

Jakarta, 6 Maret 2009 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Maifalinda Fatra, M.Pd

NIP. 150 277 129 ... ...

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Otong Suhyanto, M.Si

NIP. 150 293 239 ... ...

Penguji I

Drs. H.M.Ali Hamzah, M.Pd

NIP. 150 120 082 ... ...

Penguji II

Dra. Afidah Mas’ud

NIP. 150 228 775 ... ...

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


(4)

NIP. 150 231 35 ABSTRAK

KHANIFAH (10401700551), Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta), Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Februari 2009.

Latar belakang pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menghadapi era globalisasi ini dibutuhkan guru yang kreatif, yang mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Adapun salah satu model pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengelola proses pembelajaran yang efektif dan dapat memberikan peserta didik ruang bebas untuk mewujudkan potensinya adalah model pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.

Metodologi yang digunakan dalm penelitian ini adalah Action Research atau lebih dikenal dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada siklus I peneliti mulai menerapkan model pembelajaran tematik dengan tema ”kehidupan sehari-hari” dan menggunakan variasi metode, seperti simulasi, tanya jawab, penugasan dan games. Pada siklus II dilanjutkan dengan tema ”lingkungan” dengan pemberian reward untuk meningkatkan motivasi siswa dalam melakukan aktivitas belajar.

Proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa diamati oleh peneliti dan guru kelas menggunakan lembar observasi. Diakhir siklus dilaksanakan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa pada setiap akhir siklus.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Sembah dan sujud syukur kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan bumi beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna dan memposisikan sebagai khalifah dimuka bumi ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan risalahnya dan mengajarkan kepada umat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada umat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman. Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta)” dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Usaha penulis dalam rangka penulisan skripsi ini sudah sangat maksimal, namun penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan serta memberikan restu kepada penulis guna menyusun skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd selaku pembimbing I dan Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bimbingan dengan sabar, dan senantiasa memberikan support dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan walaupun sedang sibuk.


(6)

4. Kedua orang tua ayahanda (Ahmad Tauhid) dan ibunda (Nasikha) tercinta yang senantiasa memberikan do’a dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Nia Nurmalia, S.Ag dan Hj. Irawati Hafidz, ST serta keluarga besar MI Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di MI Pembangunan UIN Jakarta.

6. Sahabat-sahabat terbaikku Khori, Reni, Widjie, Ayu, Icha, Tuhfa, Al, Kaut, serta seluruh kelas B Mtk angkatan 2004. Terima kasih atas bantuan kalian selama ini, dengan kehadiran kalian serta canda tawa yang selalu menghiasi hari-hari penulis menjadikan rasa lelah dan penat hilang. I Love You All …. 7. Spesial untuk keluarga besar Paduan Suara FITK, teman-teman Pojok Seni

Tarbiyah dan teman-teman PSM, serta semua temanku yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk semuanya.

Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa umumnya dan bagi penulis khususnya. Sebagai manusia yang tidak sempurna, maka dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan saran yag bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Alhamdulillahirrabil alamin

Jakarta, Februari 2009

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAKSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kerangka Teori ... 7

1. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 7

2. Pembelajaran Matematika Untuk Kelas I-III SD ... 9

3. Pembelajaran Tematik ... 13

a. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 13 b. Landasan Pembelajaran Tematik ... 16

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik ... 17

d. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 17

e. Prinsip Pembelajaran Tematik ... 18


(8)

f. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik ... 19

g. Keunggulan Model Pembelajaran Tematik ... 20

4. Aktivitas Belajar ... 20

a. Pengertian Aktivitas Belajar ... 20

b. Macam-macam Aktivitas Belajar ... 21

c. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ... 24

B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan ... 25

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

B. Metode dan Desain Interversi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian ... 27

C. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian ... 32

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 32

E. Tahapan Interversi Tindakan ... 33

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 37

G. Data dan Sumber Data ... 38

H. Instrumen – instrumen Penelitian ... 38

I. Teknik Pengumpulan Data ... 39

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi ... 40

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 40

L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data/Hasil Intervensi Tindakan ... 43

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 72

C. Analisis Data ... 74

D. Interpretasi Hasil Analisis ... 79


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A...Kesim pulan ... 82 B...Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 27

Tabel 2 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I .... 56

Tabel 3 Nilai Tes Akhir siklus I... 58

Tabel 4 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II ... 68

Tabel 5 Nilai Tes Akhir siklus II ... 71

Tabel 6 Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar Siswa... 74

Tabel 7 Statistik Deskriptif Peningkatan Skor Aktivita Belajar Siswa ... 75


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Aktivitas siswa mengerjakan tugas pada penelitian

pendahuluan ... 46

Gambar 2 Aktivitas siswa mengerjakan tugas pada pertemuan ke-1 ... 49

Gambar 3 Aktivitas siswa pada pelaksanaan Tes Akhir Siklus I ... 55

Gambar 4 Aktivitas mengikuti games pada pertemuan ke-6 ... 64

Gambar 5 Aktivitas mengerjakan tugas pada pertemuan ke-7 ... 66

Gambar 6 Aktivitas siswa pada pelaksanaan Tes Akhir Siklus II ... 67

Gambar 7 Aktivitas memperhatikan guru pada siklus II ... 69

Gambar 8 Digram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar Siswa ... 75


(12)

DAFTAR BAGAN


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jaringan Tema Siklus I ... 88

Lampiran 2 Silabus Siklus I ... 56

Lampiran 3 RPP Siklus I ... 58

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 68

Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I ... 71

Lampiran 6 Lembar Soal Tes Siklus I ... 74

Lampiran 7 Jawaban Soal Tes Siklus I ... 76

Lampiran 8 Jaringan Tema Siklus II ... 27

Lampiran 9 Silabus Siklus II... 56

Lampiran 10 RPP Siklus II ... 58

Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 68

Lampiran 12 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II... 71

Lampiran 13 Lembar Soal Tes Siklus II... 74

Lampiran 14 Jawaban Soal Tes Siklus II ... 76

Lampiran 15 Pedoman Observasi Guru KBM ... 45

Lampiran 16 Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 27

Lampiran 17 Pedoman wawancara ... 56

Lampiran 18 Hasil Observasi Guru pada Siklus I... 58

Lampiran 19 Hasil Observasi Guru pada Siklus II ... 68

Lampiran 20 Daftar Nilai Harian dan Tes Hasil Belajar Siswa ... 71

Lampiran 21 Perolehan Skor aktivitas belajar siswa ... 74

Lampiran 22 Lembar Uji Refferensi ... 76

Lampiran 23 Surat Pengajuan Judul Skripsi... 45

Lampiran 24 Surat Pengajuan Dosen Pembimbing ... 78

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian ... 90


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1

Pendidikan di abad pengetahuan ini menuntut adanya manajemen yang modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. “Pendidikan mempunyai peranan yang amat srategis untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan menguasai mega skills yang mantap. Untuk itu, lembaga pendidikan dalam berbagai jenis dan jenjang memerlukan pencerahan dan pemberdayaan dalam berbagai aspek.”2

Lembaga-lembaga pendidikan diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok penampilan guru yang ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa juang, keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin, profesionalisme, kerja sama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan, kepastian karier, dan kesejahteraan lahir dan batin.

Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, moral, maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai makhluk

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003 ) hal.1

2

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 12.


(15)

individu dan hidup bermasyarakat dengan baik sebagai makhluk sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut peserta didik berinteraksi dengan lingkungan belajar, dimana pada lingkungan belajar di sekolah interaksi ini diatur oleh guru.

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar.

Selama ini, praktek belajar-mengajar di kelas sering kontraproduktif akibat asumsi yang keliru dalam memposisikan guru dan peserta didik. Guru dipandang sebagai figur yang serba bisa, paling tahu, bahkan nyaris tidak pernah salah di hadapan peserta didik. Sementara di lain pihak, peserta didik dipandang sebagai penerima pengetahuan yang kadar pemahamannya tidak akan melebihi tingkat pemahaman guru.3

Anggapan demikian adalah sebuah kekeliruan yang fatal. Disadari atau tidak, hal ini menjadikan peserta didik tidak mempunyai ruang bebas untuk berkembang. Padahal di era sekarang tidak menutup kemungkinan peserta didik sangat kreatif dalam memanfaatkan informasi yang diperolehnya dari berbagai sumber. Bisa jadi, informasi yang dimiliki mereka lebih banyak karena akses dan fasilitas untuk mendapatkannya lebih lengkap dari pada yang dimiliki guru.

Adapun salah satu model pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengelola proses pembelajaran yang efektif dan dapat memberikan peserta didik ruang bebas untuk mewujudkan potensinya adalah model pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. “Melalui pengalaman langsung peserta didik akan memahami

3

Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta, Departemen Agama RI, 2005), h. 7


(16)

konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.”4

”Menurut Djahiri (2002) dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang (life skill).”5 Sedangkan menurut Luthfiyah Nurlaela, bahwa:

Model pembelajaran tematik memiliki kelebihan karena cara pendekatannya yang sistematik dan cukup memberi peluang pelibatan berbagai pengalaman siswa. Tema-tema yang diangkat dipilih dari hal-hal yang dikemukakan siswa, yang mungkin bertolak dari pengalaman sebelumnya, serta berdasarkan kebutuhan yang dirasakan siswa (felt need) (Joni, 1996). Menurut Kovalik dan McGeehan (1999), tema menyediakan struktur jalan pijakan ke konsep-konsep yang penting yang membantu siswa melihat pola serta membuat hubungan-hubungan di antara fakta-fakta dan ide-ide yang berbeda.6

Pembelajaran tematik memiliki ciri berpusat pada peserta didik (student centered). Peserta didik didorong untuk menemukan, melakukan, dan mengalami secara kontekstual dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki dan lingkungan sekitarnya. “Pembelajaran menjadi lebih bermakna, karena peserta didik secara langsung ‘melakukan’ (doing) dan ‘mengalami’ (experience) sendiri suatu aktivifitas (pembelajaran).”7

Di dalam belajar, aktivitas sangat diperlukan. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dalam pembelajaran, yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.

4

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/pembelajaran-tematik-arti-penting/

5

Kunandar, Guru Profesional ………, h. 287

6

http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=33361

7


(17)

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul:

“ Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika siswa di Madrasah Ibtidaiyah ”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Dari latar belakang masalah di atas, dapat didefinisikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara menumbuhkan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika?

2. Apakah model pembelajaran tematik dapat diterapkan pada pelajaran matematika?

3. Apakah penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?

4. Apakah penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

5. Jenis-jenis aktivitas apakah yang dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran tematik?

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MI Pembangunan UIN Jakarta. Adapun fokus penelitian adalah meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa melalui model pembelajaran tematik.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Setelah penulis pengemukakan latar belakang masalah di atas, dapatlah terlihat luasnya permasalahan yang di dapat. Karena adanya keterbatasan waktu dan pengetahuan yang penulis miliki serta untuk memperjelas dan memberikan arah yang tepat dalam pembahasan skripsi, maka penulis berusaha memberikan batasan sesuai dengan judul, yaitu sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Tematik : model pembelajaran tematik yang

dimaksud adalah model pembelajaran tematik pada mata pelajaran matematika, yang dikaitkan dengan beberapa materi pelajaran lain dalam


(18)

satu tema. Jadi, pelajaran utamanya adalah matematika dan dipadukan dengan beberapa materi pelajaran lain yang terkait dengan tema.

2. Aktivitas belajar : aktivitas belajar yang dimaksud merupakan suatu kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas atau selama proses proses pembelajaran berlangsung (seperti: memperhatikan penjelasan guru, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, dan sebagainya) 3. Siswa Madrasah Ibtidaiyah : siswa yang dimaksud adalah siswa pada

kelas awal sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah, yaitu kelas satu, kelas dua atau kelas tiga.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian, yaitu:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran tematik pada pelajaran matematika?

2. Apakah model pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?

3. Jenis-jenis aktivitas apakah yang dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran tematik?

4. Apakah penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran tematik.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa maupun sekolah. Adapun manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:


(19)

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini memberikan manfaat dalam membangun motivasi belajar siswa dalam pelajaran matematika serta meningkatkan aktivitas belajar siswa.

b. Bagi guru ataupun calon guru, penelitian ini memberikan manfaat untuk mengetahui strategi pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar matematika siswa serta dapat meningkatkan prefesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang bersangkutan dan sekolah-sekolah lain pada umumnya.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Kerangka Teori

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Banyak para ahli dalam bidang pendidikan yang mengemukakan tentang definisi atau pengertian belajar. Ada yang berpendapat bahwa “Belajar adalah perubahan yang secara relative berlangsung lama pad perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.”1 James O. Whittaker berpendapat bahwa “Belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan.”2 Sedangkan menurut pandangan konstruktivisme “Belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna sesuatu, entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain.”3

Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potensial behavior). Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.4

Berdasarkan perbedaan-perbedaan pendapat mengenai belajar, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Dengan perubahan itulah manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk hidupnya. Segala aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar.

1

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 82

2

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 ), cet 1, h.12

3

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar..., h. 37

4

Drs. Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2002), h. 105


(21)

Sedangkan proses yang terjadi yang membuat seseorang melakukan proses belajar disebut pembelajaran. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.5 Dan dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.6

Menurut Suharsono, bahwa ”Pembelajaran adalah kata kunci terjadinya suatu perubahan manusiawi, apakah bersifat kolektif maupun individual, menuju keadaan yang lebih baik, dewasa dan kematangan. Melalui pembelajaran pula anak-anak kita dapat berkembang dengan baik, baik akhlaq, kecerdasan, maupun spiritualnya.”7 Sedangkan menurut Kunandar, bahwa ”Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannnya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.”8

Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran di mana hasil dari belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem penyampaikan dan indikator hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai. ”Pembelajaran atau instruction biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya menstransformasikan ilmu yang diberikannya kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai.”9

Setelah membahas tentang belajar dan pembelajaran, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa proses belajar merupakan bersifat internal dalam diri siswa, sedangkan pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan rekayasa perilaku seseorang.

5

Ismail, dkk. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), hal 1.13

6

Undang-undang Republik IndonesiaNomor 2, ……….. , hal.4

7

Suharsono, Membelajarkan Anak Dengan Cinta, (Jakarta: Inisiasi Press, 2003), h. 29

8

Kunandar, Guru Profesional, ……….. , h. 287

9

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2006), Cet. Ke-6, h. 11


(22)

Dalam kependidikan, kedua hal tersebut yaitu belajar dan pembelajaran, sangatlah berkaitan. Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak guru yang sengaja diprogramkan berdasarkan kurikulum.

2. Pembelajaran Matematika Untuk Kelas I - III Sekolah Dasar

Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

”Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.”10 Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.

Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang konsep nilai misalnya benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya

10

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/karakteristik-perkembangan-anak-usia-kelas-awal-sd-serta-pembelajaran-tematik-keuntungan-penggunaan/


(23)

perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.

Menurut Nasution (1993:44) masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya masuk Sekolah Dasar, dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dana tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai ”masa sekolah”, oleh karena pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal.11

Beberapa sifat anak-anak pada masa kelas rendah sekolah dasar antara lain:

a) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

b) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

c) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

d) Suka membending-bandingkan dirinya dengan yang anak lain kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan yang lain.

e) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.

f) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak menghendaki nilai (nilai rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

”Sesuai dengan tahapan karakteristik perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan belajar bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik.”12

Pendidikan di Sekolah dasar adalah merupakan pendidikan formal pertama yang terutama. Karena pendidikan di sinilah yang menjadi dasar untuk kehidupan anak selanjutnya. ”Kuatnya pendidikan dasar akan

11

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 ), cet 1, h.90

12

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/karakteristik-perkembangan-anak-usia-kelas-awal-sd-serta-pembelajaran-tematik-keuntungan-penggunaan/


(24)

menjiwai pendidikan selanjutnya, sebab pendidikan sesudah SD adalah sekadar pengalaman dari apa yang dikuasai anak di sekolah dasar tersebut.” 13

Adapun kecakapan-kecakapan yang dapat diberikan oleh SD kepada anak-anak ialah semua kecakapan yang diorganisasi di dalam pelajaran SD, sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Antara lain:

1) Berbahasa 2) Bernyanyi 3) Matematika 4) Menggambar 5) Beragama 6) Berbuat susila 7) Berketrampilan 8) Olah raga

9) Berpengetahuan tentang IPA

10)Berpengtahuan tentang IPS, dan lain-lain.14

Perkataan matematika sangat erat hubungannya dengan kata mathaein yang mempunyai arti belajar (berpikir). Banyak sekali pendapat yang muncul tentang pengertian matematika, baik dipandang dari segi ilmu pegetahuan atau maupun pengalaman masing-masing orang yang berbeda. Berdasarkan etimologis, perkataan matematika mempunyai arti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan benalar.”15 Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain yang diperoleh buka melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih mengarah kepada aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan kepada hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.

13

Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-7, h. 89

14

Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan ………. h. 91

15

H. Erman Suherman, et al. Common Text Book; Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, (Bandung: UPI, 2003), hal. 17


(25)

Menurut Hilbert, matematikawan dari Jerman mengatakan bahawa “matematika adalah sebagai sistem lambang yang formal sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural dan simbol-simbol melalui berbagai sasaran yang menjadi objek matematika.”16 Bilangan-bilangan misalnya, dipandang sebagai sifat-sifat struktural paling abstrak yang dilepaskan dari suatu arti tertentu dan hanya menunjukkan bentuknya saja.

Pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika dan dalam proses tersebut terjalin hubungan yang sinergis dan tak terpisahkan antara tiga unsur pembelajaran yaitu: peserta didik, pendidik, dan sumber belajar. “Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.”17

Kebanyakan, kepada pelajaran inilah guru-guru SD memberikan perhatian yang sangat besar, yang ternyata dengan seringnya anak-anak membawa pekerjaan rumah tentang mata pelajaran ini. Bahan pelajarannya masih terbatas pada pengerjaan bahan yang dilakukan dengan tanda mengurangi dan menambah, membagi dan mengalikan.

”Matematika SD asal dibatasi sampai pada kemungkinan yang sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tentang berjual beli dengan laba dan rugi, persentase dan sebagainya.”18 Dalam pekerjaaan sosial, guru sedapat mungkin jangan memberikan pada pemecahan tertentu, melainkan membiarkan anak-anak menemukan sendiri teknik pemecahannya.

Dorongan dan bimbingan bila anak menjumpai kesukaran tetap diberikan, yaitu sampai kepada apa yang sudah diketahui dari bahan itu

16

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 127

17

Ismail, dkk. Kapita Selekta ..., hal. 1.13

18


(26)

dan bagaimana yang belum diketahui. Demikian akhirnya anak itu sendirilah yang harus mengetahui kesukaran itu dan bukan guru.

Dalam proses pembelajaran matematika, siswa sering kali mengalami kesulitan dengan aktivitas belajarnya. Oleh karena itu, guru perlu memberikan bantuan atau dorongan kepada siswa dalam pembelajaran matematika. Seperti diungkapkan oleh Susento bahwa ”pemberian dorongan memungkinkan siswa memecahkan masalah, melakukan tugas, atau mencapai sasaran yang tidak mungkin diusahakan siswa sendiri.”19 Dorongan merupakan semua strategi yang digunakan guru dalam membantu usaha belajar siswa melalui campur tangan yang bersifat memberi dukungan/bentuknya bisa berbagai macam.

3. Model Pembelajaran Tematik

h. Pengertian Model Pembelajaran Tematik

”Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.”20 Dalam pembelajaran tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.

Berdasarkan uraian tentang ”tema” tersebut, Kunandar mengemukakan bahwa ”pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka.”21 Pembelajaran tematik merupakan pola pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, nilai dan sikap pembelajaran dengan menggunakan tema.

19

Moch. Masykur Ag dan Abd. Halim Fathani, Mathematical Intelligence, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), Cet. Ke-1, h.61

20

Kunandar, Guru Profesional, ……….. , h. 334

21


(27)

Pembelajaran tematik dengan demikian adalah “pembelajaran terpadu atau terintegrasi”22 yang melibatkan beberapa pelajaran – bahkan lintas rumpun mata pelajaran – yang diikat dalam tema-tema tertentu.

Tim Pengembang PGSD dalam Pembelajaran Terpadu D-II PGSD menyebutkan bahwa pengertian pembelajaran terpadu dapat dijelaskan sebagai berikut:23

1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.

2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak. 3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

anak secara simultan.

4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi atau mata pelajaran yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih bermakna.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengaitkan beberapa materi ataupun beberapa mata pelajaran dengan menggunakan tema sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada peserta didik.

Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator dari suatu mata pelajaran atau bahkan beberapa mata pelajaran. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses dan waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. ”Diterapkannya pendekatan tematik dalam pembelajaran, membuka

22

Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan ..., h. 3

23


(28)

ruang yang luas bagi peserta didik untuk mengalami sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan, dan menyenangkan.”24

Pendekatan tematik dalam pembelajaran sangat membuka peluang bagi guru untuk mengembangkan berbagai strategi dan metodologi yang paling tepat. Pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran mempertimbangkan kesesuaian dengan tema-tema yang dipilih sebelumnya. Disinilah guru dituntut lebih kreatif dalam menghadirkan suasana pembelajaran yang menggiring peserta didik mampu memahami kenyataan hidup yang dijalaninya setiap hari, baik menyangkut dirinya sebagai pribadi maupun dalam keluarga, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitarnya.

“Pembelajaran tematik tidak semata-mata mendorong peserta didik untuk mengetahui (learning to know), tapi belajar juga untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama (learning to live together).”25

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. “Teori pendukung untuk pembelajaran tematik ini dimotori pada tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Jean Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.”26

24

Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan ..., h. 3

25

Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan ..., h. 4

26


(29)

i. Landasan Model Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran tematik dipandang perlu karena proses pembelajaran ini dapat menghasilkan pembelajaran yanga kreatif dan efisien.

Adapun landasan pembelajaran tematik mencakup:27 1. Landasan filosofis

Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) aliran progsivisme yang memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pangalaman peserta didik. (2) Aliran kostruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik sebagai kunci dalam pembelajaran. (3) Aliran humanisme melihat peserta didik dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motifasi yang dimilikinya.

2. Landasan psikologis

Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaian dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kostribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya.

3. Landasan Yuridis

Landasan Yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik disekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan

27


(30)

anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9).

UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006 ditekankan bahwa pembelajaran pada kelas I s.d III dilaksanakan melalui pendekatan tematik.

j. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik

Untuk mencapai pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan, maka dalam penerapan model pembelajaran tematik guru sangat dituntut untuk dapat mengembangkan strategi dan metode pembelajar yang paling tepat. Selain itu juga pembelajaran tematik harus disesuaikan dengan ruang lingkupnya.

”Ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I – III Sekolah Dasar, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian, serta Pendidikan Jasmani.”28

k. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memilki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:29

1. Berpusat pada siswa

28

Kunandar, Guru Profesional, ……….. , h. 334

29


(31)

2. Memberikan pengalaman langsung

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas 4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran 5. Bersifat fleksibel

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa 7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

l. Prinsip Pembelajaran Tematik

Proses belajar yang memberdayakan peserta didik melalui penerapan model pembelajaran tematik, diharapkan mampu mengimbangi kebutuhan nyata dan perubahan zaman yang terjadi. Prinsipnya, sebagai sebuah pembelajaran yang memberdayakan peserta didik maka pada prakteknya pembelajaran tematik harus sekuat mungkin meminimalkan metode ceramah.

Adapun prinsip yang mendasari pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:30

Pertama : Terintegrasi dengan lingkungan atau bersifat kontekstual. Artinya, pembelajaran dikemas dalam sebuah format keterkaitan antara “kemampuan peserta didik dalam menemukan masalah” dengan “memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari”. Sementara bentuk belajar didisain agar peserta didik bekerja secara sungguh-sungguh dalam menemukan tema pembelajaran yang nyata, kemudian melakukannya.

Kedua : Memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa mata peljaran atau kajian. Dalam terminologi kurikulum lintas bidang studi, tema yang demikian sering disebut

30


(32)

sebagai pusat acuan dalam proses pembauran atau pengintegrasi sejumlah mata pelajaran.

Ketiga : Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (joyful learning).

Keempat : Pembelajaran memberikan pengalaman langsung yang bermakna bagi peserta didik.

Kelima : Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran atau bahan bahan kajian dalam suatu proses pembelajaran tertentu.

Keenam : Pemisahan atau pembedaan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain sulit dilakukan. Ketujuh : Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan

kemampuan, kebutuhan, dan minat peserta didik. Kedelapan : Pembelajarn bersifat fleksibel.

Kesembilan : Pengguanaan variasi metode dalam pembelajaran.

m. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan model pembelajaran tematik haruslah dilakukan secara tersusun sesuai dengan langkahnya. Adapun langkah-langkah pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:31

a. Pemeteaan kompetensi dasar b. Menetapkan jaringan tema

c. Penyusunan silabus pembelajaran tematik

d. Penyusunan rencana pembelajaran/desain pembelajaran tematik e. Pengelolaan Kelas

n. Keunggulan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada

31


(33)

peserta didik. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; (3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; (5) Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; (7) Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

4. Aktivitas Belajar dan Active Learning i. Pengertian Aktivitas Belajar

”Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.”32

Belajar pada hakekatnya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik itu dilakukan di sekolah secara formal maupun dilakukan di alam sekitar. Lain halnya dengan Sardiman AM, yang mengganggap bahwa ”sekolah adalah salah satunya pusat kegiatan belajar karena sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.”33

32

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar..., h. 96

33


(34)

Aktivitas dalam belajar yang dimaksud merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari di dalam kelas atau dalam istilah kata proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar dilakukan bila keduanya hadir, adanya guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa: kehadiran, pembahasan materi pelajaran, adanya diskusi antara guru dan siswa, dan lain sebagainya.

Dari semua pengertian aktivitas di atas, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas merupakan asas yang terpenting karena belajar merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan atau bergerak tak mungkin seorang dikatakan belajar.

Selain itu perlu dijelaskan bahwa aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar mengajar, kedua aspek harus selalu berkaitan. Dengan begitu apapun yang dilakukan tidak terlepas dari tujuan belajar yang sebenarnya karena aktivitas dan keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal.

ii. Macam-macam Aktivitas Belajar

Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar seperti menulis, mencatat, memandang, mengingat, berfikir, latihan atau praktek, dan sebagainya.

Berikut kita bahas beberapa contoh aktivitas belajar34: 1. Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.

34


(35)

2. Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting. 3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. 4. Menulis atau mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar.

5. Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah.

6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi

Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang.

7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan

Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan jangan diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu yang tidak termasuk dalam penjelasan melalui tulisan.

8. Menyusun paper atau kertas kerja

Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis dan sistematis.

9. Mengingat

Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.


(36)

10. Berfikir

Berfikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berfikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu.

11. Latihan atau praktek

Latihan merupakan cara yang baik untuk memperkuat ingatan.

Paul B. Dierdrich setelah mengadakan penyelidikan, menyimpulkan: terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut:35

1) Visualactivities, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya.

2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

3) Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.

4) Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

6) Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

7) Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

35

Ahamad Rohani HM, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 9


(37)

8) Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengna menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses di man peserta didik harus aktif.

iii. Active Learning

”Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.”36 Untuk dapat membuahkan hasil belajar yang maksimal adalah dengan kegiatan belajar aktif. Agar belajar menjadi aktif, siswa harus gesit, bersemangat, dan bergairah.

Ada tiga pernyataan sederhana yang berbicara tentang perlunya cara belajar aktif. Yaitu: ”Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Dan yang saya lakukan, saya pahami”37

Prinsip active learning adalah bahwa belajar bukanlah kegiatan menghafal semata. Belajar memerlukan kedekatan dengan berbagai macam hal, seperti media yang konkret, praktek dalam kehidupan sehari-hari, menginginkan jawaban atas pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.38

36

Melvin L. Silberman, Active Learning, (Bandung: Nusamedia, 2004), edisi revisi, h. 9

37

Melvin L. Silberman, Active Learning ……… , h. 23

38


(38)

iv. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dengan melakukan aktivitas peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, pemahanman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena:39

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.

3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. 4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.

6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.

7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas.

8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan

1. Ila Hilyatul Aen, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Tematik Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”, memberikan kesimpulan bahwa pendekatan tematik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa Sekolah Dasar.

39


(39)

2. Dwi Yuli Susanti, dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Tematik Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 3 SD Negeri 034 Samarinda Ulu”. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa melalui pembelajaran tematik hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD Negeri 034 Samarinda Ulu mengalami peningkatan.

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Diterapkannya model pembelajaran tematik, dapat membuka ruang yang luas bagi peserta didik untuk mengalami sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan, dan menyenangkan. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

Model pembelajaran tematik yang akan diterapkan adalah pada pelajaran matematika. Dengan menggunakan tema yang ada, guru akan menyampaikan materi matematika secara menyeluruh dengn dipadukan dengan beberapa materi pelajaran lain yang berkaitan dengan tema tersebut. Dalam penerapan pembelajaran tematik ini, guru menggunakan metode yang bervariasi dan lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif.

Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka diharapkan bahwa penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar, motivasi belajar, dan hasil belajar matematika siswa.


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

M. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2008/2009, yaitu pada bulan September – Desember 2008, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan September Oktober November Desember 1 Persiapan dan perencanaan

2 Observasi (Studi lapangan) 3 Pelaksanaan Pembelajaran

4 Analisis Data

5 Laporan penelitian

Tempat penelitian adalah MI Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralamat di Kompleks UIN Syarif Hidayatullah, Jl. Ibnu Taimia IV Ciputat-Jakarta Selatan.

N. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan professionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran. Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, diharapkan kemampuan pendidik dan proses pembelajaran semakin meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang


(41)

dimaksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula,47 dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:

Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian bekerja sama dengan kolaborator (guru kelas) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, catatan lapangan, lembar wawancara dan soal tes untuk akhir silkus.

Tahap 2 : Pelaksaan tindakan (Acting)

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas.

Tahap 3 : Pengamatan (Observing)

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada silkus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan mendokumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dengan dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator. Sebagai observer yaitu mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan memberi penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan model pembelajaran tematik.

47

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), cet. Ke-4, h. 20


(42)

Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan pada penelitian berikutnya.

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Adapun bagan dari desain penelitian di atas adalah sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan

1. Observasi proses pembelajaran di kelas.

2. Observasi tingkat aktivitas belajar siswa.

3. Wawancara dengan guru kelas. 4. Wawancara dengan siswa.

SIKLUS I

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran tematik

b. Membuat pedoman observasi c. Membuat pedoman wawancara

d. Membuat soal tes Siklus I untuk siswa SIKLUS I


(43)

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan pembelajaran tematik, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus I.

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran tematik. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.

4. Tahap Refleksi

Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran silkus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran tematik

b. Menyiapkan pedoman observasi c. Menyiapkan pedoman wawancara d. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa


(44)

Bagan 1

Desain Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan desain tersebut maka dapat ditentukan apakah siklus selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak, sedangkan penelitian akan diakhiri atau dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut :

1. Hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas mencapai rata-rata 70%.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan pembelajarn tematik, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus II.

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran tematik.

b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.

4. Tahap Refleksi

Mengevalusi proses pembelajaran Siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.


(45)

2. Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes siswa mencapai 80 dan tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 65.

O. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IF MI Pembangunan UIN Jakarta dan guru kelas IF sebagai kolaborator dan observer.

P. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru kelas sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan

pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran tematik dan

mengamati aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerja sama antara guru kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.48

Q. Tahapan Interversi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama dalam siklus I. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.

Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

48


(46)

Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian di atas adalah sebagai berikut: 1. Pra penelitian

a) Pengamatan keadaan kelas

Waktu pelaksanaan : tanggal 22, 24, 27 Oktober 2008

Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di kelas IF MI Pembangunan UIN Jakarta. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika dan aktivitas belajar matematika siswa.

b) Wawancara

Waktu pelaksanaan : tanggal 24, 27, dan 29 Oktober 2008

Wawancara dilaksanakan terhadap siswa dan guru kelas untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika, aktivitas belajar siswa, dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut.

c) Analisis dan refleksi

Waktu pelaksanaan : 27 Oktober 2008

Analisis dan refleksi dari kegiatan pra penelitian (pendahuluan) ini dilakukan menganalisa data yang diperoleh pada pra penelitian dan kemudian dilakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang muncul sehinggga dapat diberikan tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran nanti.

2. Siklus I

a) Tahap perencanaan

Waktu Pelaksanaan : 22, 24, 27 dan 29 Oktober 2008

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta soal untuk tes pada akhir siklus I ini.


(47)

b) Tahap pelaksanaan - Pertemuan 1

Waktu pelaksanaan : 31 Oktober 2008

Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran tematik, yaitu dengan tema ”Kegiatan sehari-hari”. Materi yang akan disampaikan adalah satuan waktu (pagi, siang, sore, dan malam), seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 2

Waktu pelaksanaan : 3 November 2008

Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran tematik, yaitu dengan tema ”Kegiatan sehari-hari”. Materi yang akan disampaikan adalah nama-nama hari, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 3

Waktu pelaksanaan : 5 November 2008

Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran tematik, yaitu dengan tema ”Kegiatan sehari-hari”. Materi yang akan disampaikan adalah nama-nama bulan, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 4

Waktu pelaksanaan : 7 November 2008

Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran tematik, yaitu dengan tema ”Kegiatan sehari-hari”. Materi yang akan disampaikan adalah membaca jam analog, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 5

Waktu pelaksanaan : 10 November 2008

Pada tahap ini peneliti akan memberikan tes akhir siklus I dengan satuan waktu, nama-nama hari dan bulan, serta jam analog. Tes berupa soal uraian berjumlah 20 soal. Kemudian peneliti melaksanakan wawancara terhadap guru kelas dan siswa untuk


(48)

mengungkap pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran tematik.

c) Tahap observasi

Waktu pelaksanaan : 31 Oktoberdan 3, 5, 7 November 2008

Pada tahap ini guru kelas (observer) melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d) Tahap analisis dan refleksi

Waktu pelaksanaan : 10 November 2008

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada Siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan Siklus II.

3. Silkus II

a) Tahap perencanaan

Waktu Pelaksanaan : 10, 11 November 2008

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta soal untuk tes pada akhir siklus II.

b) Tahap pelaksanaan - Pertemuan 6

Waktu pelaksanaan : 12 November 2008

Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran tematik, yaitu dengan tema ”lingkungan”. Materi yang akan disampaikan adalah bangun ruang sederhana, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 7


(49)

Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran tematik, yaitu dengan tema ”lingkungan”. Materi yang akan disampaikan adalah ukuran besar dan kecil, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 8

Waktu pelaksanaan : 17 November 2008

Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran tematik, yaitu dengan tema ”lingkungan”. Materi yang akan disampaikan adalah satuan panjang, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 9

Waktu pelaksanaan : 19 November 2008

Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran tematik, yaitu dengan tema ”lingkungan”. Materi yang akan disampaikan adalah satuan panjang, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 10

Waktu pelaksanaan : 21 November 2008

Pada tahap ini peneliti akan memberikan tes akhir siklus II dengan materi bangun ruang sederhana, ukuran besar dan kecil, serta satuan panjang. Tes berupa soal uraian berjumlah 20 soal. Kemudian peneliti melaksanakan wawancara terhadap guru kelas dan siswa untuk mengungkap pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran tematik. c) Tahap observasi


(50)

Pada tahap ini guru kelas (observer) melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran tematik yang dilakukan guru dalam KBM dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. d) Tahap analisis dan refleksi

Waktu pelaksanaan : 21 November 2008

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

R. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Dengan melakukan penelitian tindakan kelas dalam penerapan model pembelajaran tematik, hasil penelitian yang diharapkan oleh penulis adalah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatnya aktivitas belajar matematika siswa.

S. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif : hasil observasi guru pada KBM, hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, serta hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

2. Data kuantitatif : nilai tes siswa pada setiap akhir siklus.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas dan peneliti.


(51)

T. Instrumen – instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Instrumen Tes

Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari PTK. 2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut: a. Lembar observasi guru pada KBM

Lembar observasi guru pada KBM digunakan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran tematik terlaksana dengan baik, bagaimana interaksi yang terjadi di kelas, serta untuk mengetahui kekurangan dalam proses pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa

Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika siswa. Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.

c. Lembar wawancara

Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas.

U. Teknik Pengumpulan Data


(52)

a. Hasil observasi pembelajaran; data diperoleh dari lembar observasi guru pada KBM yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

b. Hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa; data diperoleh dari lembar observasi aktivitas yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

c. Hasil wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa pada tahap pra penelitian dan pada setiap akhir siklus.

d. Hasil dokumentasi; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap silkus.

e. Nilai hasil belajar diperoleh dari tes akhir siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus.

Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan aktivitas belajar matematika siswa, tentang kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

V. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi

Sebelum suatu instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen tersebut harus valid agar diperoleh data yang valid. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.49

Dalam penelitian ini, sebelum instrumen tes hasil belajar diberikan kepada siswa maka terlebih dahulu peneliti harus mengukur validitasnya yaitu menggunakan validitas tes secara rasional. Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang yang diperoleh dari berpikir logis.50

Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dilakukan dengan penelusuran dari segi isinya (content). Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar

49

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), edisi revisi, Cet. 6, h.65

50

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h.164


(53)

sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan).

Sedangkan untuk data kualitatif, teknik pemeriksaan keterpecayaan yang penulis gunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi yaitu menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Dalam hal ini untuk memperoleh informasi tentang aktivitas belajar matematika siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa dan mewawancarai siswa.

W. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kembali kelengkapan data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua data yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil wawancara, hasil observasi, hasil tes siswa dan catatan komentar observer pada lembar observasi. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

Untuk menganalisis setiap indikator aktivitas belajar digunakan teknik analisis secara deskriptif dengan rumus sebagai berikut:

P =

s f

x 100 %

Ket: P = persentase aktivitas belajar

f = frekuensi siswa yang melakukan indikator aktivitas belajar s = jumlah siswa yang hadir

Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data yang diperoleh dari berbagai sumber, membaca data, kemudian mengadakan rekapitulasi data dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan skala penilaian aktivitas siswa diubah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna.


(1)

Waktu : tanggal 5 dan 7 November 2008 Hasil wawancara :

Peneliti : Apakah adik-adik menyukai pelajaran matematika dengan model pembelajaran tematik ini?

S1: suka S5: suka

S2: biasa aja S6: suka

S3: suka S7: biasa aja

S4: suka

Peneliti : Apa yang menyebabkan adik-adik suka/tidak menyukainya?

S1: suka aja S5: enak pake LKS

S2: - S6: senang kalo games

S3: senang S7: kadang bosen

S4: senang

Peneliti : Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, apakah adik-adik mendengarkannya?

S1: kadang S5: iya

S2: kadang S6: iya

S3: iya S7: iya

S4: iya

Peneliti : Apakah adik-adik juga memperhatikannya?

S1: iya S5: kadang

S2: ga S6: iya

S3: kadang S7: ga

S4: iya

Peneliti : Ketika ada teman yang bertanya atau memberi tanggapan terhadap materi yang disampaikan guru, apakah adik-adik memperhatikannya?

S1: iya S5: ga

S2: ga S6: iya

S3: kadang S7: ga


(2)

Peneliti : Apakah adik-adik pernah bertanya tentang materi pelajaran yang disampaikan guru?

S1: ga S5: ga

S2: ga S6: ga

S3: iya S7: ga

S4: iya

Peneliti : Ketika guru memberikan pertanyaan, apakah adik-adik menjawabnya?

S1: iya S5: kadang

S2: kadang S6: iya

S3: iya S7: kadang

S4: iya

Peneliti : Apakah setiap tugas yang diberikan oleh guru selalu adik-adik kerjakan dengan baik?

S1: iya S5: iya

S2: iya S6: iya

S3: iya S7: iya

S4: iya

Peneliti : Pada saat mengerjakan soal tes Siklus I, apakah adik-adik bisa mengerjakannya dengan benar? (Jika bisa maka siswa diberi pujian dan jika tidak bisa maka ditanyakan alasannya)

S1: bisa S5: bisa, gampang

S2: ada yang susah S6: ada yang ga bisa, bingung

S3: bisa S7: bisa


(3)

Waktu : tanggal 17 dan 19 November 2008 Hasil wawancara :

Peneliti : Apakah adik-adik menyukai pelajaran matematika dengan model pembelajaran tematik ini?

S1: suka S5: suka

S2: suka S6: suka

S3: suka S7: suka

S4: suka

Peneliti : Apa yang menyebabkan adik-adik suka/tidak menyukainya?

S1: banyak permainan S5: ada games

S2: seru aja S6: senang

S3: senang, dapat hadiah S7: senang S4: senang

Peneliti : Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, apakah adik-adik mendengarkannya?

S1: iya S5: iya

S2: kadang S6: iya

S3: iya S7: iya

S4: iya

Peneliti : Apakah adik-adik juga memperhatikannya?

S1: iya S5: iya

S2: kadang S6: iya

S3: iya S7: kadang

S4: iya

Peneliti : Ketika ada teman yang bertanya atau memberi tanggapan terhadap materi yang disampaikan guru, apakah adik-adik memperhatikannya?

S1: iya S5: ga

S2: ga S6: iya

S3: iya S7: kadang


(4)

Peneliti : Apakah adik-adik pernah bertanya tentang materi pelajaran yang disampaikan guru?

S1: ga S5: ga

S2: ga S6: ga

S3: iya S7: iya

S4: iya

Peneliti : Ketika guru memberikan pertanyaan, apakah adik-adik menjawabnya?

S1: iya S5: iya

S2: iya S6: kadang

S3: iya S7: iya

S4: iya

Peneliti : Apakah setiap tugas yang diberikan oleh guru selalu adik-adik kerjakan dengan baik?

S1: iya S5: iya

S2: iya S6: iya

S3: iya S7: iya

S4: iya

Peneliti : Pada saat mengerjakan soal tes Siklus I, apakah adik-adik bisa mengerjakannya dengan benar? (Jika bisa maka siswa diberi pujian dan jika tidak bisa maka ditanyakan alasannya)

S1: ada yang ga tahu S5: bisa

S2: bisa S6: bisa

S3: bisa S7: bisa


(5)

Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003 ) hal. 1 dan hal 4

2. Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 12, 41, 287, 334, 335, 338

3. Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta, Departemen Agama RI, 2005) hal. 3, 4, 7, 8, 14

4. http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/pembelajaran-tematik-arti-penting/

5. http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=33361 6.

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/karakteristik- perkembangan-anak-usia-kelas-awal-sd-serta-pembelajaran-tematik-keuntungan-penggunaan/

7. http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/pembelajaran-tematik-landasan/

8. Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) hal. 37, 96, 100

9. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 ), cet 1, h.12, 38, 90

10. Drs. Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2002), h. 105 11. Ismail, dkk. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2000), hal 1.13

12. Suharsono, Membelajarkan Anak Dengan Cinta, (Jakarta: Inisiasi Press, 2003), h. 29

13. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2006), Cet. Ke-6, h. 11

14. Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-7, h. 89, 91, 94


(6)

H. Erman Suherman, et al. Common Text Book; Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, (Bandung: UPI, 2003), hal. 17

15. Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 127

16. Moch. Masykur Ag dan Abd. Halim Fathani, Mathematical Intelligence, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), Cet. Ke-1, h.61

17. Ahamad Rohani HM, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 9

18. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 175

19. Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), cet. Ke-4, h. 20

20. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), edisi revisi, Cet. 6, h.65

21. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h.164

22. Zikri neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Kizi brother’s, 2008), h. 82


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected untuk meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika (penelitian tindakan klas di madrasah tsanawiyah pembangunan UIN Jakarta

0 9 373

peranan model pembelajaran arias (Assurance, relavance, interest, assessment dan satisfaction untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa; penelitian tindakan kelas di MTs. Sa'aadatul mahabbah Pondok Cabe

0 6 202

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (Stad) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Sd/Mi (Penelitian Tindakan Kelas Di Sdn Cengkareng Timur 01 Pagi - Jakarta Barat)

0 4 165

Penerapan model pembelajaran terbalik reciprocal teaching untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa : penelitian tindakan kelas di mts daarul hikmah pamulang

0 20 265

Penerapan metode permainan untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa: peneltian tindakan kelas di MI Jam’iyyatul Khair Ciputat

5 48 174

Penerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV pada konsep struktur tumbuhan dan fungsinya : penelitian tindakan kelas di MI Miftahul Huda Tebet Jakarta Selatan

0 5 126

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Siswa Kelas I B SD Negeri 11 Metro Pusat

1 16 85

Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis siswa

2 22 286

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

0 2 40