Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Chestnut dalam Maslach, 2008 menjelaskan titik kritis terjadi ketika orang- orang tidak dapat pulih dari tuntutan pekerjaan, yaitu perasaan lelah yang diakibatkan oleh peristiwa terutama menuntut jam kerja, rapat, tenggat waktu. Hal ini tidak menyebabkan kelelahan jika orang memiliki kesempatan untuk pulih selama ia tenang di tempat kerja atau di rumah. Wulandari 2013 menjelaskan bahwa bank merupakan fasilitas umum yang sangat penting dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan human service pada masyarakat. Teller bank merupakan salah satu karyawan bank yang bertanggung jawab terhadap lalu lintas uang tunai. Menurut Kamus Bank Sentral Republik Indonesia dalam situs resminya www.bi.go.id teller adalah petugas bank yang bertanggung jawab untuk menerima simpanan, mencairkan cek, dan memberikan jasa pelayanan perbankan lain kepada masyarakat. Tuntutan pekerjaan sebagai teller terkadang membuatnya mengalami stress kerja yang mana diungkapkan melalui gejala-gejala umum, seperti somnabulisme tidak dapat tidur, perasaan cemas, sulit berkonsentrasi dalam pengambilan keputusan, mudah tersinggung dan frustrasi serta adanya keluhan psikosomatis. Peneliti melakukan wawancara kepada 17 karyawan PT. X Kantor Cabang Jakarta Selatan dan Bekasi pada januari 2015. Hasilnya 13 dari 17 karyawan mengatakan beban kerja yang diberikan perusahaan membuat mereka tertekan saat bekerja yang mengakibatkan timbulnya rasa kecewa, tidak berdaya, dan kehilangan energi psikis maupun fisik pada karyawan. Menurut karyawan beban kerja yang mereka terima tidak sesuai dengan upah yang diberikan perusahaan, menyebabkan karyawan merasa tidak aman bekerja pada perusahaan tersebut, lingkungan kerja juga ikut berpengaruh pada hasil kerja yang dilakukan oleh karyawan, 9 orang karyawan mengatakan kurangnya bantuan dan dukungan dari rekan kerja dan atasan saat bekerja membuat mereka kesulitan dalam menyelesaikan dan menangani masalah di perusahaan. Pada akhirnya karyawan sering tidak masuk kerja dengan alasan sakit, cuti, beberapa karyawan memilih untuk di mutasi, dan bahkan pada tahun 2014 ada karyawan yang memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut dengan alasan seperti penjelasan di atas. Selanjutnya dalam artikel “Banking: The Human Crisis” yang ditulis oleh Lyyn Mackenzie 2013 mengungkapkan bahwa pegawai perbankan lebih mungkin mendapat tekanan dalam hidupnya yang bisa berujung pada stress. Penelitian ini dilakukan di UNI Global Union yang terletak di Swiss, menemukan lebih dari 80 persen perusahaan perbankan dan 26 negara 16 negara di Eropa, 4 di Asia, 3 di Afrika dan 3 di Amerika Latin telah melaporkan memburuknya kesehatan sebagai masalah yang dialami pegawai bank selama dua tahun terakhir dan mereka kini disebut bekerja dalam iklim ketakutan yang disebabkan oleh kehidupan pribadi mereka yang berada di bawah tekanan yang cukup besar dari tuntutan pekerjaan. Stres diketahui sebagai masalah kesehatan utama yang dialami pegawai perbankan karena mereka khawatir kehilangan pekerjaan dan digantikan oleh pegawai baru yang usianya lebih muda, mereka tidak bisa mencapai target penjualan, mendapat potongan gaji, dan harus menyelesaikan kerja tim dengan staf yang sedikit. Mackenzie, 2013 Dari fenomena di atas peneliti melihat bahwa banyak karyawan bank yang bekerja di bawah tekanan yang cukup besar dan karyawan memiliki beban kerja berlebih yang mengakibatkan karyawannya mengalami burnout. Masalah beban kerja yang berlebihan adalah salah satu faktor dari pekerjaan yang berdampak pada timbulnya burnout. Beban kerja yang berlebihan bisa meliputi jam kerja, jumlah individu yang harus dilayani kelas padat misalnya, tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan rutin dan yang bukan rutin, dan pekerjaan administrasi lainnya yang melampaui kapasitas dan kemampuan individu. Di samping itu, beban kerja yang berlebihan dapat mencakup segi kuantitatif yang berupa jumlah pekerjaan dan kualitatif yaitu tingkat kesulitan pekerjaan tersebut yang harus ditangani. Dengan beban kerja yang berlebihan menyebabkan pemberi pelayanan merasakan adanya ketegangan emosional saat melayani klien sehingga dapat mengarahkan perilaku pemberi pelayanan untuk menarik diri secara psikologis dan menghindari diri untuk terlibat dengan klien Pines, 1981. Permendagri No. 122008 menyatakan bahwa beban kerja merupakan besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatanunit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan. Namun sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang lebih. Beban kerja yang dibebankan kepada karyawan dapat dikategorikan kedalam tiga kondisi, yaitu beban kerja yang sesuai standar, beban kerja yang terlalu tinggi over capacity dan beban kerja yang terlalu rendah under capacity Sitepu, 2013. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi burnout pada karyawan adalah dukungan sosial. Dalam bekerja, karyawan juga tidak bisa lepas dari kondisi lingkungan kerjanya. Salah satu faktor munculnya burnout pada karyawan adalah kondisi lingkungan kerja yang kurang baik. Ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan karyawan dengan apa yang diberikan perusahaan terhadap karyawannya, seperti kurangnya dukungan dari atasan dan adanya persaingan yang kurang sehat antara sesama rekan kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja psikologis yang dapat mempengaruhi munculnya burnout dalam diri karyawan. Oleh sebab itu perusahaan harus sedapat mungkin menciptakan suatu lingkungan kerja psikologis yang baik sehingga memunculkan rasa kesetiakawanan, rasa aman, rasa diterima dan dihargai serta perasaan berhasil pada diri karyawan. Menurut La Fellete dalam Sihotang, 2004 mengatakan bahwa dukungan sosial tidak nampak tetapi nyata ada dan akan dirasakan oleh seseorang bila memasuki lingkungan kerja. Untuk mengetahui keadaan tersebut dapat diketahui melalui persepsi individu terhadap lingkungan kerjanya. Karyawan yang mempunyai penilaian yang positif terhadap lingkungan kerja berarti karyawan merasa bahwa lingkungan kerjanya baik, sehingga menimbulkan semangat kerja yang tinggi dan akan menghambat lajunya tingkat burnout pada karyawan. Lingkungan turut mendukung seorang karyawan dapat mengurangi intensitas burnout yang dialaminya Daisy, 2009. Dukungan ini bisa dari rekan kerja sesama karyawan atau atasan, sehingga membuat lingkungan kerja yang penuh dengan tekanan penyebab burnout menjadi lebih menyenangkan. Sebab pengaruh burnout tanpa dukungan sosial yang baik dapat mengakibatkan gangguan fisik, kinerja yang buruk, dan produktifiktas yang rendah pada karyawan Daisy, 2009. Beberapa penelitian yang dilakukan Dierendonck, Schaufeli, dan Buunk 1998 menambahkan bahwa dukungan sosial merupakan hal penting dalam upaya menetralkan burnout. Lebih lanjut Dierendonck, et al. 1998 mengatakan bahwa terjadinya burnout pada karyawan mungkin dikarenakan tidak digunakannya lingkungan sosial dalam upaya membantu karyawan untuk mengurangi burnout. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan Wulandari 2013 menjelaskan bahwa dukungan sosial secara signifikan mempengaruhi burnout yang terjadi pada karyawan bank. Secara umum dukungan sosial menurut Sarafino 2011 dukungan sosial merujuk pada kenyamanan, kepedulian, harga diri atau segala bentuk bantuan lainnya yang diterima dari orang lain atau kelompok. Oleh karena itu, adanya dukungan sosial membuat individu merasa yakin bahwa dirinya dicintai, dihargai sehingga dapat mengurangi gejala burnout yang dialaminya. Sebaliknya, tidak adanya dukungan sosial dapat menimbulkan ketegangan dan meningkatkan terjadinya burnout pada individu . Dukungan sosial awalnya didefinisikan berdasarkan pada banyaknya kehadiran individu yang memberikan dukungan sosial. Kemudian definisi ini berkembang sehingga definisi dukungan sosial tidak hanya meliputi banyaknya teman yang menyediakan dukungan sosial, tetapi termasuk juga kepuasan terhadap dukungan yang diberikan Sarason et al, dalam Ogden, 2004. Pemaparan diatas menunjukkan bahwa secara umum dapat dilihat burnout, beban kerja dan dukungan sosial merupakan hal-hal yang penting dan perlu diperhatikan. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Beban Kerja Workload dan Dukungan Sosial Terhadap Burnout pada Karyawan Bank”.

1.2 Pembatasan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor yaitu beban kerja dan dukungan sosial terhadap burnout. Adapun pengertian variabel- variabel yang diteliti sebagai berikut: 1. Burnout penelitian ini adalah merupakan meningkatnya perasaan kelelahan emosional, berkembangnya perilaku dan perasaan negatif terhadap seseorang serta evaluasi negatif terhadap pekerjaan. Maslach, 1981 2. Beban kerja, merupakan persepsi individu terhadap keseluruhan waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja. Beban kerja dalam penelitian ini terdiri dari physical demand, effort, mental demand, temporal demand, frustration level, dan performance.Hart Staveland, 1988 3. Dukungan sosial, dukungan sosial merujuk pada kenyamanan, kepedulian, harga diri atau segala bentuk bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok. Dukungan sosial dalam penelitian ini terdiri dari dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan. Sarafino, 2011 4. Subjek penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di bank.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka adapun perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh beban kerja dan dukungan sosial terhadap burnout pada karyawan bank? 2. Seberapa besar pengaruh beban kerja dan dukungan sosial terhadap burnout pada karyawan bank?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan beban kerja dan dukungan sosial terhadap burnout pada karyawan bank. 2. Mengetahui seberapa besar kontribusi beban kerja dan dukungan sosial terhadap burnout pada karyawan bank.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara beban kerja dan dukungan sosial terhadap burnout pada Karyawan Bank 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu para karyawan bank mencegah timbulnya burnout, dan menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk membatu mencegah timbulnya burnout dikalangan karyawan bank

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini berpedoman pada buku panduan penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan teknik APA style. Secara sistematis penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini diuraikan landasan teori yang terkait dengan dependent variable yaitu burnout, dan independent variable yaitu beban kerja dan dukungan sosial.

Bab 3 Metode Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai populasi, dan sampel termasuk teknik sampling, variabel penelitian, instrument pengumpulan data, uji validitas konstruk dan hasilnya, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

Bab 4 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dijabarkan tentang hasil analisis data yang didapat dari objek penelitian sampel beserta penjelasan yang diperlukan. Analisis data dan penjabarannya akan didasarkan pada landasan teori yang telah dijabarkan pada Bab 2, sehingga segala permasalahan yang dikemukakan dalam Bab 1 dapat terpecahkan atau mendapat solusi yang tepat.

Bab 5 Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Berdasarkan penjelasan hasil analisis data pada Bab 4 di atas, akan dirumuskan kesimpulan yang merupakan pembuktian dari hipotesis yang ada pada Bab 2. Di samping itu diutarakan diskusi, serta saran-saran yang diharapkan bisa berguna bagi instansi terkait.