27 item dengan 5 poin skala likert. Alat ukur ini mengukur tipe kebutuhan dukungan sosial emotional, interpersonal, dan material dan selanjutnya
mengevaluasi kepuasan dukungan sosial yang diterima. Setiap item dinilai dengan 5 poin tipe skala likert berkisar dari tidak sama sekali 1, hamper
tidak sama sekali 2, sedikit 3, banyak 4, dan banyak sekali 5. Dalam penelitian ini, penulis membuat alat ukur berdasarkan aspek-aspek
yang dikemukakan oleh Sarafino 2011, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan. Penulis membuat
alat ukur berdasarkan aspek dari Sarafino 2011 ini, karena adanya 4 jenis dukungan sosial yang telah disebutkan diatas yang sifatnya bervariasi dan
menyeluruh untuk meninjau kebutuhan individu dalam menerima dukungan sosial di lingkungan sekitarnya, baik dalam bentuk fisik ataupun non fisik.
2.4 Kerangka Berpikir
Burnout terjadi ketika individu mencoba mencapai sesuatu yang tidak realistis sehingga mereka kehabisan energi serta kehilangan perasaan tentang dirinya dan
orang lain Gold,2005. Maslach 2008 mengungkapkan bahwa ada enam prediktor yang
mempengaruhi burnout yaitu, beban kerja, kontrol kerja, penghargaan, lingkungan kerja, keadilan, dan nilai. Pada penelitian ini peneliti hanya memilih satu variabel
dari Maslach, yaitu beban kerja. Sejalan dengan pendapat Shinn, Rosario, Morch, dan Chestnut dalam Maslach, 2008 bahwa beban kerja secara umum dikatakan
sebagai fenomena burnout, yaitu pekerjaan yang menuntut individu untuk bekerja
keras sehingga mengakibatkan individu tersebut hampir tidak memiliki jam istirahat. Kesalahan dalam memilih pekerjaan juga dapat menimbulkan
kesenjangan beban kerja karena pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuannya. Burnout terdiri dari tiga dimensi yaitu, emotional exhaustion, depersonalization
dan reduced personal accomplishment. Dimensi emotional exhaustion mempunyai arti yaitu perasaan lelah secara emosional yang terlalu berat dan
kehabisan sumber daya emosi, dimensi depersonalization adalah sikap negatif, kasar, menjaga jarak dengan penerima layanan, menjauhnya seseorang dari
lingkungan sosial, dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan serta orang- orang di sekitarnya, dan dimensi reduced personal accomplishment yaitu
munculnya perasaan tidak mampu dalam membantu klien, sehingga menyebabkan rasa putus asa pada diri sendiri yang mengakibatkan kegagalan pada pekerjaan.
Dalam penelitian faktor yang mempengaruhi burnout adalah beban kerja dan dukungan sosial. Beban kerja menurut Hart dan Staveland 1988 merupakan
perbedaan antara kemampuan karyawan dengan tuntutan tugas yang diterima. Lingkungan kerja yang mencakup masalah beban kerja berlebih berpotensi
mempengaruhi burnout Maslach, 1997. Adapun dimensi dari beban kerja terdiri enam dimensi yaitu physical demand
,
effort
,
mental demand, temporal demand, performance dan frustration level. Dimensi physical demand mempunyai arti
yaitu bekerja yang melibatkan aktivitas fisik secara berlebih sehingga mengakibatkan seseorang cepat merasa lelah. ketika individu melakukan aktivitas
fisik berlebih seperti naik turun tangga, duduk lebih dari dua jam saat bekerja, maka individu semakin lebih cepat merasakan lelah pada dirinya. Dapat
dikatakan, semakin tinggi physical demand maka akan semakin besar potensi burnout pada karyawan. Dimensi selanjutnya adalah effort yang mempunyai arti
usaha yang dikeluarkan individu untuk mencapai level performansi. Pada saat individu mengeluarkan segala usahanya seperti mencapai target yang ditetapkan
oleh perusahaan, maka individu dapat mencapai level performansi diperusahaan. Jadi semakin tinggi effort yang dilakukan individu, maka kemungkinan burnout
nya pun tinggi pada karayawan. Kemudian dimensi mental demand yaitu aktivitas mental atau kemampuan psikis yang digunakan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Ketika individu bekerja dengan menggunakan kemampuan psikis yang dimilikinya seperti tugas menganalisa, berhitung, dan membuat suatu keputusan
maka individu juga akan cepat merasakan kelelahan psikis saat bekerja. Maka semakin tinggi mental demand burnout nya pun tinggi di tempat kerja.
Selanjutnya dimensi temporal demand mempunyai arti banyaknya tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan selama pekerjaan berlangsung.
Ketika individu bekerja hampir tidak memiliki jam istirahat, mengejar deadline yang telah ditentukan, maka individu akan semakin merasa tertekan dalam
bekerja. Semakin tinggi temporal demand, maka kemungkinan burnout nya pun tinggi di tempat kerja. Kemudian dimensi frustration level yang mempunyai arti
seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu, dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman, dan kepuasan diri yang dirasakan. Saat individu
berada dalam suatu masalah pekerjaan atau kesulitan yang tidak bisa terpecahkan, maka individu akan merasa gagal atau tidak puas diri terhadap pekerjaan yang
dilakukan. Jadi semakin tinggi frustration level yang dirasakan individu maka