Penawaran Kecap Hasil Estimasi Model 1. Permintaan Kecap

bahwa naik turunnya permintaan kecap tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat inflasi. Tetapi, kemungkinan besar, dipengaruhi oleh variabel lain seperti selera, di mana orang yang mempunyai selera yang tinggi terhadap produk kecap akan menganggap bahwa kecap merupakan menu wajib yang harus selalu tersedia dalam hidangan sehari-hari. Sesuai dengan teori permintaan bahwa selera sangat mempengaruhi seseorang dalam membeli suatu komoditi. Pengaruh ini terlihat apabila terdapat perubahan selera terhadap suatu komoditi, maka kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Hal ini berakibat pada meningkatnya jumlah komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga, ceteris paribus.

5.2.2. Penawaran Kecap

Dari hasil analisis regresi pada persamaan penawaran kecap didapatkan nilai R 2 sebesar 0,959 yang artinya sebesar 95,85 persen keragaman dalam variabel terikat mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas di dalam persamaan, sedangkan sisanya sebesar 4,15 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan. Hasil estimasi model penawaran kecap dapat dilihat pada Tabel 5.2. Berdasarkan hasil uji kriteria statistik diketahui bahwa pada persamaan penawaran kecap hanya variabel penjelas volume ekspor satu tahun sebelumnya yang tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran kecap. Sedangkan berdasarkan hasil uji kriteria ekonomi terdapat dua variabel yang memiliki tanda yang tidak sesuai dengan teori ekonomi yaitu variabel harga kedelai, sebagai bahan baku, dan variabel tingkat inflasi. Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada uraian di bawah ini. Tabel 5.2. Hasil Estimasi Model Penawaran Kecap Variable Coefficient t-Statistic Prob. C 29.099 1.535 0.185 Konstanta 1.227 3.619 0.015 Ln P kct 0.433 2.104 0.089 Ln P kdt -0.933 -4.693 0.005 Ln W t 0.190 1.137 0.307 Ln X t-1 0.015 3.101 0.027 Inf t 0.883 6.494 0.001 R-squared 0.959 ProbF-statistic 0.003 Adjusted R-squared 0.909 Durbin-Watson stat 2.432 Variabel harga kecap P kct berpengaruh positif terhadap penawaran kecap dengan nilai koefisien sebesar 0,433. Artinya, apabila terjadi peningkatan harga kecap sebesar satu persen maka penawaran kecap akan meningkat sebesar 0,433 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori penawaran yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu komoditi, maka semakin banyak jumlah komoditi yang akan ditawarkan, ceteris paribus. Jika harga kecap meningkat maka keuntungan yang dapat diperoleh produsen kecap dipastikan akan meningkat, sehingga produsen akan terdorong untuk meningkatkan produksinya. Variabel harga kedelai P kdt memiliki pengaruh yang positif terhadap penawaran. Hal ini tidak sesuai dengan hukum penawaran yang mengatakan bahwa peningkatan harga bahan baku input suatu komoditi akan menurunkan penawaran produk yang bersangkutan karena biaya produksi menjadi lebih mahal, ceteris paribus . Hal ini diduga akibat adanya pertumbuhan yang cukup pesat pada industri kecap serta adanya perubahan kondisi keuangan dari para produsen kecap setiap tahunnya. Semakin berkembangnya sektor food street vendor pedagang bakso, nasi goreng, sate, dan lain-lain, industri hotel dan restoran serta industri mie instan yang juga semakin berkembang mengakibatkan peningkatan dalam konsumsi kecap, yang berdampak pada peningkatan permintaan kedelai. Sehingga walaupun harga kedelai sebagai bahan baku mengalami kenaikan, produksi kecap dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Disamping itu, hal ini juga diduga akibat adanya penambahan atau penggantian bahan baku yang digunakan oleh industri kecap. Seperti yang telah dijelaskan pada bab IV, bahwa ada sebagian pengusaha yang mengganti bahan baku kedelai dengan beras atau jagung serta menambah bahan-bahan tertentu, seperti pewarna, perasa kecap ataupun bagian tubuh binatang ke dalam proses fermentasi. Jika memang demikian, maka produksi kecap tetap akan berlangsung meskipun harga kedelai meningkat dengan konsekuensi kualitas kecap yang dihasilkan menurun atau tidak sesuai standar yang telah ditentukan SNI. Variabel upah pekerja W t memiliki tanda koefisien negatif sebesar - 0,933 yang sesuai dengan teori ekonomi. Artinya, jika upah pekerja pada industri kecap meningkat sebesar satu persen akan mengakibatkan menurunnya penawaran kecap sebesar 0,933 persen. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan pada tingkat upah akan menaikan biaya produksi, sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah kecap yang diproduksi. Variabel volume ekspor satu tahun sebelumnya X t-1 memiliki pengaruh yang positif terhadap penawaran kecap. Namun, variabel ini tidak berpengaruh nyata pada taraf 10 persen terhadap penawaran kecap. Hal ini diduga karena ekspor kecap biasanya hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berskala besar, di mana proporsi volume ekspor kecap terhadap total produksi kecap tidak lebih dari 5 persen, sehingga adanya kenaikan ekspor tahun sebelumnya tidak terlalu berpengaruh terhadap penawaran kecap secara keseluruhan. Variabel tingkat inflasi Inf t memiliki nilai koefisien yang bertanda positif yang tidak sesuai dengan teori ekonomi. Penulis belum mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap penawaran. Namun, hal ini diduga akibat adanya peningkatan dalam konsumsi kecap, sehingga untuk mengimbangi kenaikan konsumsi tersebut para produsen terus meningkatkan produksinya. Berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, kenaikan permintaan menyebabkan kekurangan, dan konsumen yang tidak terpuaskan menawar dengan harga yang lebih tinggi. Kondisi ini menyebabkan diproduksinya kuantitas yang lebih besar, sehingga pada ekuilibrium yang baru terdapat lebih banyak yang dibeli dan dijual dengan harga yang lebih tinggi Lipsey, 1995.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Perkembangan industri kecap di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang meningkat, baik dilihat dari sisi produksi maupun konsumsi. Peningkatan pada produksi kecap tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi yaitu mahalnya harga bahan baku kedelai serta panjang dan rumitnya proses pembuatan kecap yang membuat sebagian pengusaha mengganti bahan baku kedelai dengan bahan-bahan yang lebih murah, seperti beras, jagung, pewarna maupun perasa kecap. Salah satu penyebab mahalnya harga kedelai adalah produksi kedelai dalam negeri, baik kedelai kuning maupun kedelai hitam, yang masih belum mampu memenuhi tingginya kebutuhan industri yang berbahan baku kedelai, termasuk industri kecap. Hal ini dapat dilihat dari produksi kedelai hitam, yang merupakan bahan baku kecap, semakin langka karena kurang mendapat perhatian baik dari petani maupun pemerintah. 2. Peningkatan produksi kecap juga tidak terlepas dari peningkatan konsumsi kecap seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta berkembangnya industri pemakai kecap. Namun, karena kecap hanya digunakan sebagai penyedap makanan yang penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari tidak terlalu banyak, sehingga laju pertumbuhan konsumsi kecap di Indonesia relatif lebih lamban jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksinya. 3. Hasil estimasi persamaan permintaan kecap menunjukkan bahwa variabel permintaan kecap tahun sebelumnya dan harga kecap domestik berpengaruh