bahwa kecap Bango dikesankan sebagai merek yang paling berkualitas, kemudian secara berturut-turut diikuti oleh kecap Indofood, ABC, dan kecap Maya.
Penelitian lain mengenai kecap dilakukan oleh Khaerani 2005 mengenai analisis perilaku konsumen dan product positioning kecap manis ABC di Kota
Bogor. Metode analisis yang digunakan adalah Importance Performance Analysis, analisis Biplot, dan Model Angka Ideal. Hasil analisis menunjukkan bahwa atribut
rasa dan tingkat kekentalan merupakan indikasi penyebab terjadinya pergeseran konsumen dari kecap manis ABC ke kecap manis Bango. Kecap manis Bango
merupakan pesaing terdekat bagi kecap manis ABC. Dimana kecap manis Bango memiliki keunggulan dalam hal rasa dan tingkat kekentalan, sedangkan kecap
manis ABC unggul dalam hal promosi iklan, kepopuleran, dan kemudahan memperoleh produk.
2.2.2. Penelitian Terdahulu Mengenai Permintaan dan Penawaran
Nelly 2003 menganalisis mengenai permintaan dan penawaran kayu bulat di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah Two Stage Least
Square 2SLS. Berdasarkan hasil analisis permintaan dan penawaran kayu bulat
di Indonesia dapat diketahui bahwa industri pengolahan kayu dalam negeri mengalami over kapasitas sehingga kayu bulat menjadi langka. Keadaan tersebut
diperparah dengan pembukaan keran ekspor dimana harga ekspor kayu bulat yang tinggi menjadi insentif yang menarik bagi para pengusaha untuk mengekspor kayu
bulat. Kondisi ini dapat memicu penebangan illegal dan memperparah kerusakan hutan yang terjadi. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya melakukan
restrukturisasi dan pembatasan perkembangan industri pengolahan kayu. Disamping itu, pembangunan HTI sebaiknya benar-benar diwujudnyatakan dan
ekspor kayu bulat seharusnya dihentikan mengingat industri domestik masih kekurangan bahan baku.
Ratri 2004 melakukan analisis mengenai permintaan dan penawaran minyak goreng kelapa di Indonesia dengan menggunakan metode 2SLS. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan industri minyak goreng kelapa berjalan relatif lamban. Hal ini dapat dililihat dari menurunnya jumlah permintaan
dan perusahaan minyak goreng kelapa. Lambatnya perkembangan industri minyak goreng kelapa disebabkan oleh menurunnya luas areal perkebunan kelapa,
penggunaan kelapa untuk konsumsi lain selain bahan baku minyak goreng kelapa dan hadirnya minyak goreng sawit sebagai barang substitusi minyak goreng
kelapa. Hal ini dikarenakan minyak goreng sawit semakin memiliki peranan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia karena harganya relatif lebih
murah bila dibandingkan dengan minyak goreng kelapa. Berdasarkan hasil estimasi, persamaan penawaran menunjukan bahwa
harga minyak goreng kelapa, harga minyak kelapa kasar dan stok tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata pada penawaran. Sedangkan upah dan trend
berpengaruh nyata terhadap penawaran, di mana semua variabel tidak responsif dalam jangka pendek. Sementara hasil estimasi persamaan permintaan dan
persamaan ekspor menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh nyata namun tidak responsif dalam jangka pendek.
Afifa 2006 melakukan penelitian terhadap permintaan kedelai pada industri kecap di Indonesia dengan menggunakan metode Kuadrat Terkecil Biasa
OLS Ordinary Least Square. Hasil estimasinya menunjukkan bahwa sebesar 71,3 persen keragaan permintaan kedelai pada industri kecap dijelaskan oleh
keragaan variabel-variabel dari dalam model, sementara sisanya yaitu sebesar 28,7 persen dijelaskan oleh variabel dari luar model seperti menurunnya produksi
dalam negeri sehingga impor kedelai selalu meningkat setiap tahunnya, ketidakstabilan kondisi ekonomi di Indonesia, kurangnya penggunaan teknologi
untuk menghasilkan benih kedelai yang bermutu dan belum berkembangnya varietas-varietas baru yang diminati oleh petani kedelai yang sesuai dalam
penggunaannya pada industri kecap serta mampu mensubstitusikan kedelai impor. Variabel-variabel yang diduga berpengaruh nyata secara positif terhadap
model permintaan kedelai pada industri kecap yaitu harga kecap, nilai tukar rupiah, dan jumlah perusahaan kecap. Sedangkan variabel produksi kecap, harga
kedelai, permintaan kedelai tahun sebelumnya, dan variabel dummy tidak berpengaruh nyata terhadap model.
2.3. Kerangka Pemikiran 2.3.1. Fungsi Permintaan