20 bahan yang memiliki titik didih yang berbeda. Pemisahan terjadi
dengan mengeluarkan komponen volatil Kister, 1992. Untuk mendapatkan minyak atsiri, dilakukan destilasi uap.
Destilasi uap adalah salah satu jenis ekstraksi tanpa menggunakan panas. Pada metode ini, air sebagai sumber uap panas berada pada
ketel yang berbeda yang kemudian dialirkan dari bejana uap ke dalam bahan Ketaren, 1985. Setelah bahan banyak teruapkan, maka
bahan akan mendidih kemudian air dan minyak naik melalui tabung dan mengalami kondensasi. Distilat yang diperoleh terdiri dari dua
lapisan, yaitu lapisan minyak dan lapisan air. Dengan demikian minyak dapat dipisahkan dari air Mulia, 2000.
Ekstraksi minyak atsiri dengan metode destilasi uap memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1 tidak baik digunakan terhadap
beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh adanya panas dan air, 2 minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan
terhidrolisa karena adanya air dan panas, 3 komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi, dan 4 bau minyak sedikit
berubah dari bau wangi alamiah Ketaren, 1985.
3. Ekstraksi dengan pelarut organik
Ekstraksi secara bertingkat dilakukan dengan menggunakan beberapa pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Hal ini
dikarenakan tingkat kepolaran berbagai komponen non-volatil dalam rempah-rempah berbeda-beda juga. Hal-hal yang perlu diperhatikan
mengenai pelarut adalah: 1 pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, 2 pelarut organik akan cenderung melarutkan senyawa
organik, dan 3 pelarut air cenderung melarutkan senyawa anorganik dan garam dari asam ataupun basa Achmadi, 1992.
Prinsip ekstraksi menggunakan pelarut organik adalah bahan yang akan diekstrak dikontakkan langsung dengan pelarut selama
selang waktu tertentu, sehingga komponen yang akan diekstrak akan
21 terlarut dalam pelarut. Kelebihan dari ekstraksi menggunakan pelarut
organik adalah mendapatkan senyawa yang lebih terkonsentrasi dan memiliki aroma yang hampir benar-benar sama dengan bahan alami
awal Anonim
b
, 2006. Pengekstraksian minyak tumbuhan dengan kimiawi pelarut organik adalah cara paling ekonomis karena
membutuhkan sedikit biaya dengan hasil yang banyak. Tetapi bahan- bahan kimia yang digunakan dikhawatirkan dapat mengganggu
kesehatan dan mencemari lingkungan Iskandar, 2003. Kekurangan ini disebabkan terdapatnya residu pelarut organik didalam ekstrak.
Oleh karena itu, setelah proses ekstraksi selesai, penting dilakukan penghilangan sisa pelarut organik yang terdapat dalam bahan
Anonim
b
, 2006. Pada penelitian ini, ekstraksi dilakukan secara berturut-turut
menggunakan heksan, etil asetat, dan metanol. Dengan demikian akan diperoleh ekstrak yang mengandung senyawa non polar,
senyawa dengan kepolaran menengah, dan senyawa polar. Proses ekstraksi dengan pelarut non-polar heksan diperlukan
untuk menghilangkan lemak defatting, sehingga pelarut yang lain lebih efektif dalam mengekstraksi ampas mesoyi. Heksan adalah
hidrokarbon alkana dengan rumus molekul C
6
H
14
. Heksan biasanya merupakan cairan tak berwarna dan bersifat non-polar. Heksan
memiliki titik didih 69°C dan dapat larut dalam air Anonim
h
, 2006. Etil asetat adalah komponen organik semi polar dengan rumus
molekul C
4
H
8
O
2
. Etil asetat adalah cairan tidak berwarna dan memiliki bau tajam yang kurang enak. Keuntungan menggunakan
etil asetat sebagai pelarut disebabkan oleh sifatnya yang volatil, non- toksik, dan tidak higrokopis Anonim
i
, 2006. Metanol adalah alkohol sederhana dengan senyawa kimia dengan
rumus molekul CH
3
OH. Metanol merupakan cairan kimia tak berwarna, volatil, dapat terbakar, beracun, dengan bau yang lebih
dalam dan lebih wangi dibandingkan etanol. Metanol banyak
22 digunakan sebagai pelarut dan bahan bakar. Titik didih pelarut ini
adalah 64.7°C. Metanol bersifat polar dan karenanya akan mengekstrak komponen-komponen polar dari bahan Anonim
c
, 2006.
C. SENYAWA ANTIMIKROBA