Keunggulan Komparatif Kerangka Teoritis .1 Definisi Dayasaing

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Definisi Dayasaing Suatu negara dikatakan memiliki dayasaing pada komoditi tertentu apabila negara tersebut mampu memproduksi suatu komoditi dengan lebih efisien dibanding negara lain pada komoditi yang sejenis. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur dayasaing suatu komoditi adalah tingkat keuntungan serta efisiensi dalam pengelolaan komoditi tersebut. Tingkat keuntungan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu keuntungan privat dan keuntungan sosial. Sedangkan efisiensi meliputi keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.

3.1.2 Keunggulan Komparatif

Perbedaan ketersediaan faktor sumberdaya alam dan sumberdaya manusia pada setiap negara mengakibatkan masing-masing negara memiliki kemampuan yang berbeda dalam memproduksi suatu komoditi. Kondisi ini akan mendorong terjadinya pemenuhan kebutuhan melalui perdagangan dengan negara lain. Adam Smith mendasarkan teori perdagangan internasional pada keunggulan absolut absolute advantage. Jika sebuah negara lebih efisien daripada atau memiliki keunggulan absolut terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Salvatore, 1997. Pada tahun 1817, David Ricardo menerbitkan buku yang berjudul Principles of Political Economy and Taxation yang memberikan penjelasan mengenai teori perdagangan internasional berdasarkan hukum keunggulan komparatif. Menurut hukum ini, meskipun suatu negara memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, akan tetapi masih terdapat kemungkinan bagi kedua negara untuk melakukan perdagangan internasional yang saling menguntungkan Salvatore, 1997. Suatu negara akan melakukan spesialisasi dengan memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut yang lebih kecil komoditi dengan keunggulan komparatif dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut yang lebih besar komoditi dengan kerugian komparatif. Asumsi yang digunakan dalam teori perdagangan internasional berdasarkan hukum keunggulan komparatif yaitu : 1. hanya terdapat dua negara dan dua komoditi; 2. perdagangan bersifat bebas; 3. terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antar keduanya; 4. biaya produksi konstan; 5. tidak terdapat biaya transportasi; 6. tidak ada perubahan teknologi; 7. menggunakan teori nilai tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima dengan mudah, asumsi tujuh teori nilai tenaga kerja tidaklah berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif Salvatore, 1997. Ricardo menjelaskan bahwa keunggulan komparatif muncul dari perbedaan dalam produktivitas tenaga kerja, tetapi tidak menjelaskan secara memuaskan mengapa produktivitas tenaga kerja berbeda-beda antar negara Cho and Moon, 2003. Kemudian pada tahun 1933 Heckscher-Ohlin melakukan pengembangan terhadap teori perdagangan internasional berdasarkan keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Heckscher-Ohlin dalam teoremanya menyebutkan bahwa suatu negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara tersebut dan dalam waktu yang bersamaan akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara tersebut. Keunggulan komparatif merupakan salah satu ukuran dayasaing suatu negara dalam memproduksi komoditi tertentu berdasarkan analisis ekonomi. Dalam perhitungannya, konsep ini menggunakan harga sosial atau harga bayangan yang merupakan harga yang terjadi pada kondisi pasar persaingan sempurna atau dengan kata lain apabila perekonomian tidak terdistorsi sama sekali. Akan tetapi pada kenyataanya, kondisi tanpa distorsi tentu tidak akan ditemui dalam dunia nyata. Oleh karena itu diperlukan juga ukuran dayasaing suatu aktifitas produksi pada kondisi perekonomian yang aktual.

3.1.3 Keunggulan Kompetitif