Kebijakan Output Kebijakan Pemerintah

c. tingkat kemampuan penerapan. Kebijakan subsidi dapat diterapkan pada setiap komoditi baik komoditi tradable maupun non tradable sedangkan hambatan perdagangan hanya dapat diterapkan pada komoditi tradable. Kelompok Penerimaan Klasifikasi kelompok penerimaan pada kebijakan pemerintah dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagi produsen dan bagi konsumen. Adanya subsidi maupun kebijakan perdagangan mengakibatkan terjadinya transfer diantara produsen, konsumen, dan pemerintah. Anggaran pemerintah yang tidak dibayarkan seluruhnya mengakibatkan produsen diuntungkan dan konsumen dirugikan, demikian pula sebaliknya. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima oleh satu pihak merupakan transfer dari kerugian yang diderita oleh pihak lain. Akan tetapi transfer ini disertai pula dengan efisiensi ekonomi yang hilang sehingga keuntungan yang diterima lebih kecil daripada kerugian yang diderita. Tipe Komoditi Tipe komoditi dibedakan menjadi komoditi ekspor dan komoditi impor. Apabila tidak ada kebijakan harga, maka harga domestik akan sama dengan harga dunia. Pada kondisi ini, harga yang digunakan untuk barang ekspor adalah harga fob free on board sedangkan untuk barang impor digunakan harga cif cost insurance freight .

3.1.4.1 Kebijakan Output

Kebijakan harga terhadap output dapat berupa subsidi subsidi positif dan subsidi negatif maupun hambatan perdagangan tarif dan kuota. Perubahan yang terjadi akibat adanya intervensi pemerintah baik berupa subsidi maupun hambatan perdagangan yaitu perubahan pada harga barang, jumlah barang, surplus produsen serta surplus konsumen Monke and Pearson, 1989. Ilustrasi penerapan subsidi baik pada barang impor maupun ekspor dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Gambar 1a menunjukkan subsidi positif untuk produsen barang impor. Harga yang diterima produsen lebih tinggi dibandingkan harga dunia. Subsidi positif sebesar P d -P w mengakibatkan output yang diproduksi dalam negeri meningkat dari Q 1 ke Q 2 dengan tingkat konsumsi tetap pada Q 3. Subsidi ini menyebabkan impor turun dari Q 3 - Q 1 menjadi Q 3 – Q 2 . Transfer total dari pemerintah ke produsen yaitu sebesar Q 2 x P d -P w atau P d ABP w . Subsidi menyebabkan barang yang seharusnya diimpor menjadi diproduksi sendiri dengan biaya korbanan sebesar Q 1 Q 2 AC sedangkan jika barang tersebut diimpor biaya korbanan yang seharusnya yaitu Q 1 Q 2 BC sehingga efisiensi ekonomi yang hilang sebesar CAB. Gambar 1b memperlihatkan subsidi positif untuk konsumen barang impor. Adanya subsidi yang diberikan pemerintah mengakibatkan harga di pasar internasional lebih tinggi dibandingkan harga domestik. Subsidi positif sebesar P w -P d mengakibatkan peningkatan konsumsi dari Q 3 ke Q 4 sedangkan output produksi dalam negeri menurun dari Q 2 ke Q 1 sehingga impor mengalami peningkatan dari Q 3 -Q 2 menjadi Q 4 -Q 1 . Transfer yang terjadi sebesar P w GHP d terdiri dari dua bagian yaitu transfer dari pemerintah pada konsumen sebesar AGHB dan transfer dari produsen pada konsumen sebesar P w ABP d. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kehilangan efisiensi ekonomi pada sisi produksi dan konsumsi. Pada sisi produksi, penurunan output dari Q 2 ke Q 1 mengakibatkan B A C Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 3 Q 2 Q 1 A F E G Pw Pd Pd Pw kehilangan pendapatan sebesar P w x Q 1 -Q 2 atau Q 1 AFQ 2 sedangkan input yang dihemat sebesar Q 2 Q 1 BF sehingga terdapat efisiensi ekonomi yang hilang sebesar FAB. Pada sisi konsumsi, opportunity cost akibat peningkatan konsumsi dari Q 3 ke Q 4 yaitu P w x Q 4 -Q 3 atau sebesar Q 3 EGQ 4 sedangkan kempuan konsumen untuk membayar sebesar Q 3 EHQ 4 sehingga efisiensi ekonomi yang hilang sebesar EGH. P S P S D B H D Q Q a S + PI b S + CI Gambar 1. Dampak subsidi positif terhadap produsen dan konsumen barang impor S+PI dan S+CI Sumber: Monke and Pearson, 1989 Gambar 2a menerangkan subsidi bagi produsen barang ekspor. Sama dengan subsidi pada produsen barang impor, harga domestik lebih tinggi daripada harga dunia. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah output yang diproduksi dari dari Q 3 ke Q 4 dan penurunan konsumsi dari Q 2 ke Q 1 sehingga jumlah ekspor pun berubah dari Q 3 -Q 2 menjadi Q 4 -Q 1. Subsidi yang diberikan pemerintah yaitu sebesar GBAH. Gambar 2b merupakan ilustrasi pemberian subsidi bagi konsumen barang ekspor. Gambar tersebut menunjukkan bahwa harga di pasar internasional lebih tinggi dibanding harga domestik sehingga konsumsi barang ekspor meningkat dari Q 1 ke Q 2 . Biaya korbanan dari peningkatan konsumsi yaitu B H Q 1 Q 2 Q 3 Q 2 Q 1 C B Pw Pd Pw Pd Q 4 sebesar P w x Q 2 -Q 1 atau sebesar Q 1 CBQ 2 sedangkan kemampuan membayar konsumen sebesar Q 1 CAQ 2 sehingga efisiensi ekonomi yang hilang sebesar CAB. P S P G E F A A D Q Q a S + PE b S + CE Gambar 2. Dampak subsidi positif terhadap produsen dan konsumen barang ekspor S+PE dan S+CE Sumber: Monke and Pearson, 1989 Ilustrasi penerapan hambatan perdagangan dengan mengambil contoh pada komoditi impor dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 memperlihatkan bahwa hambatan perdagangan pada barang impor mengakibatkan peningkatan harga baik bagi produsen maupun konsumen. Kondisi harga yang tinggi ini menyebabkan output domestik meningkat dari Q 1 ke Q 2 dan konsumsi turun dari Q 3 ke Q 4 sehingga impor berkurang dari Q 3 -Q 1 menjadi Q 4 -Q 2 . Terjadi transfer pendapatan dari konsumen sebesar P d -P w x Q 4 atau P d ABP w . Transfer ini terdiri atas transfer yang diterima produsen sebesar P d EFP w dan yang diterima pemerintah sebesar FEAB. Efisiensi ekonomi yang hilang dari sisi konsumen yang merupakan perbedaan antara opportunity cost dari perubahan konsumsi Q 4 BCQ 3 dengan kesediaan membayar Q 4 ACQ 3 adalah sebesar daerah ABC, sedangkan efisiensi ekonomi yang hilang pada sisi produksi yaitu sebesar EFG. Gambar 3. Dampak hambatan perdagangan pada komoditi impor Sumber: Monke and Pearson, 1989

3.1.4.2 Kebijakan Input