Gambaran Kegiatan Produksi Kondisi Umum Industri Tempe di Desa Citeureup .1 Karakteristik Responden

Tabel 16. Biaya Produksi pada Industri Tempe dengan Skala Usaha Seratus Kilogram Kedelai Per Hari No Uraian Nilai Rp 1 Kedelai 701.500,00 2 Ragi 3.909,70 3 Daun 16.681,37 4 Plastik 22.284,31 5 Bahan bakar 5.647,05 6 Pewarna 2.230,39 7 Tenaga kerja 74.250,00 8 Penyusutan alat 54.188,65 9 Pajak 5.066,67 10 Sewa Tempat 6.666,67 TOTAL 894.358,14

5.3.3 Gambaran Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi tempe di daerah penelitian dilakukan setiap hari. Aktivitas produksi tidak pernah berhenti agar selalu tersedia tempe untuk dijual setiap harinya. Responden hanya berhenti berproduksi pada saat Hari Raya Idul Fitri karena sebagian besar responden memilih untuk pulang ke daerah asalnya di Jawa Tengah. Proses pembuatan tempe di daerah penelitian terdiri atas beberapa tahapan. Hal yang pertama kali dilakukan adalah proses perebusan kedelai selama kurang lebih dua jam. Perebusan ini bertujuan untuk melunakkan kedelai sehingga mempermudah dalam proses fermentasi. Selanjutnya kedelai rebus tersebut direndam 12 jam, selama perendaman telah berlangsung pengasaman. Gambar 7. Proses perebusan kedelai Keesokan harinya kedelai dicuci dan dibilas kemudian digiling agar terpisah biji dengan kulit. Kemudian kedelai tersebut disaring agar benar-benar bersih dari kulitnya. Setelah bersih kedelai diberi ragi. Terdapat dua metode dalam peragian. Cara yang pertama yaitu ragi diberikan pada kedelai sambil direndam dalam air. Cara yang kedua, ragi diberikan pada kedelai yang sudah ditiriskan airnya terlebih dahulu. Perbedaan kedua metode tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap kualitas tempe, masing-masing cara tergantung pada kebiasaan pengrajin. Namun pada umumnya responden lebih banyak yang menggunakan cara peragian kedua. Gambar 8. Kedelai dicuci dan diberi ragi Selanjutnya kedelai dibungkus dan dibentuk kemudian diperam sampai matang. Proses pemeraman ini biasanya memerlukan waktu kurang lebih 36 jam. Apabila sudah matang, tempe sudah dapat dipasarkan ke konsumen. Pembuatan tempe dari awal hingga dapat dipasarkan memerlukan waktu sekitar 3 hari. Gambar 9. Kedelai dibungkus dengan daun dan plastik Kedelai yang telah melalui serangkaian proses di atas mengalami penambahan bobot. Rata-rata seratus kilogram kedelai dapat menghasilkan 160 - 200 kilogram tempe. Perbedaan hasil ini tergantung pada keterampilan yang dimiliki masing-masing pengrajin selama proses pembuatan. Gambar 10. Tempe diperam dan siap dipasarkan Pembuatan tempe di daerah penelitian masih tergolong sederhana. Hal ini dapat dilihat dari peralatan yang juga relatif sederhana. Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan tempe diantaranya drum, penggilingan, tungku, saringan, rak kerai dari bambu untuk menyimpan tempe, ember, pisau. Masing-masing responden memiliki minimal 3 buah drum yang digunakan untuk mencuci, merebus dan merendam kedelai. Skala usaha yang relatif besar tentu membutuhkan jumlah drum yang lebih banyak. Reponden yang terbesar skala usahanya memiliki 11 buah drum dalam aktivitas produksinya. Harga satu buah drum berkisar antara Rp 80.000,00 – Rp 100.000,00. Drum yang digunakan untuk mencuci dan merendam kedelai relatif lebih tahan lama dibanding drum yang digunakan untuk merebus. Drum cuci dan rendam dapat bertahan selama 5 tahun sedangkan daya tahan drum rebus hanya sekitar 1 tahun. Penggilingan di sini berfungsi untuk memecah kedelai dan memisahkan biji dari kulit. Setiap pengrajin memiliki paling tidak satu unit penggilingan. Terdapat dua jenis penggilingan yaitu penggilingan mesin dan penggilingan manual. Penggilingan mesin dapat diperoleh dengan membeli seharga Rp 1.500.000,00 per unit sedangkan penggilingan manual seharga Rp 400.000,00 per unit. Pada umumnya pengrajin dengan skala usaha relatif besar menggunakan penggilingan mesin dengan pertimbangan daya kerja lebih lebih cepat sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga kerja. Sedangkan pengrajin dengan skala usaha relatif kecil memilih penggilingan manual dengan pertimbangan harga yang lebih murah. Daya tahan penggilingan tersebut rata-rata mencapai 2-3 tahun. Tungku merupakan alat yang digunakan untuk proses perebusan kedelai. Pengrajin umumnya hanya memiliki satu unit tungku. Tungku tersebut merupakan tungku semi permanen yang umur pakainya hanya mencapai satu tahun. Harga satu unit tungku yaitu sekitar Rp 50.000,00-Rp 150.000,00. Untuk memisahkan dan membersihkan kedelai dari biji sebelum peragian dilakukan penyaringan terlebih dahulu. Saringan ini terbuat dari bambu dan sangat mudah rusak karena penggunaannya yang selalu berada pada keadaan basah dan lembab. Daya tahan saringan bambu tersebut maksimal dua minggu sehingga pengrajin minimal mengganti saringan sebanyak dua kali sebulan. Harga saringan bambu relatif murah yaitu Rp 5.000,00 per buah. Alat yang digunakan untuk proses penyimpanan pada saat tempe diperam yaitu rak kerai. Alat ini terbuat dari anyaman bambu dan merupakan peralatan yang memiliki daya tahan paling lama dibanding peralatan lainnya yaitu bisa mencapai 8 tahun. Banyaknya rak kerai yang dimiliki tergantung besarnya skala usaha masing-masing pengrajin. Kepemilikian rak kerai dalam satu industri rumah tangga paling sedikit yaitu 25 buah sedangkan yang paling banyak mencapai 400 buah. Rata-rata harga rak kerai adalah Rp 20.000,00 per buah. Peralatan lain yang juga diperlukan diantaranya ember dan pisau. Masing- masing pengrajin umumnya minimal memiliki satu buah pisau dan dua buah ember. Daya tahan kedua alat ini relatif lama yaitu bisa mencapai tiga tahun. Harga ember rata-rata yaitu Rp 15.000,00 per buah sedangkan harga pisau sekitar Rp 7.500,00 per buah.

5.3.4 Pemasaran