mathematical connections, dan 5 representasi matematika mathematical representation. Penetapan lima komponen standar proses tersebut adalah
berdasarkan pada dokumen NCTM tahun 2000, yaitu dalam “Standars 2000: Principles and Standars for School
Mathematics” As’ari, 2001. Sedangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Depdiknas, 2006 menjelaskan salah satu
tujuan pembelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan. Belajar matematika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses belajar tidak terlepas dari proses pembelajaran. Menurut Gagne, sebagaimana dikutip oleh
Rifa’i 2009: 192, mengartikan pembelajaran sebagai serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar.
Suherman 2003: 57 mengatakan melalui pembelajaran matematika dapat membiasakan para peserta didik memperoleh pemahaman melalui pengalaman
tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek abstraksi. Teori pembelajaran yang mendukung dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut.
2.1.1.1 Teori Bruner
Menurut Bruner belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru yang di luar informasi yang diberikan
kepada dirinya. Di dalam proses belajar Bruner mementinngkan partisipasi aktif dari peserta didik dan mengenal baik adanya perbedaan kemampuan. Bruner juga
berpendapat bahwa lingkungan harus memungkinkan Peserta didik melakukan eksplorasi, penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan
yang sudah diketahui. Dalam belajar setiap anak melewati tahapan-tahapan dalam memahami
materi. Brunner dalam Suganti 2006: 36, mengemukakan bahwa dalam proses belajarnya anak melewati 3 tahap yaitu: 1 tahap enaktif, 2 tahap ikonik, dan
3 tahap simbolik. Tahap pertama adalah enaktif, pada tahap ini pembelajaran pengetahuan
dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata. Tahap kedua adalah ikonik. Pada tahap ini,
pembelajaran pengetahuan diwujudkan dalam bentuk gambar, atau diagram yang menggambarkan keadaan konkret atau situasi yang terdapat pada tahap enaktif.
Ketiga adalah tahap simbolik. Pada tahap ini pembelajaran pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak abstract symbols, yaitu
simbol-simbol yang disepakati orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat maupun
lambang-lambang matematika. Teori Bruner digunakan dalam mempelajari struktur-struktur dari aspek
kognitif agar anak dapat menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Untuk dapat memahami suatu konsep maka dalam belajar anak harus dapat memahami dan
menganalisis pengetahuan baru sehingga dapat dicari kebermanfaatannya dan
kebenarannya dengan bahasa mereka sendiri. Pembelajaran yang efektif dapat terjadi jika penyampaian materi pada anak disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak dan melalui tahapan-tahapan dalam belajar. Selain itu menurut Bruner pembelajaran efektif adalah peserta didik belajar melalui
keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah dan guru berfungsi sebagai motivator bagi peserta didik dalam mendapat
pengalaman yang memungkinkan peserta didik menemukan masalah.
2.1.1.2 Teori Jean Peaget