untuk di repair. Kemudian produk yang lolos akan dilakukan pengepakan produk yang setelah dilakukan proses Quality control, setelah produk tersebut di bungkus
dan pack maka akan di tumpuk tumpuk di atas pallet dan akan di bawa ke gudang penyimpana produk. Sumber : ” Laporan Praktek Kerja lapangan Sistem
Produksi dan Manajemen Sumber Daya Manusia di PT. Integra Indocabinet Sidoarjo. Aprilianti. 2009
2.7 Peneliti Terdahulu
Berikut akan dijelaskan secara singkat hasil peneliti terdahulu yang berhubungan dengan penerapan metode Six Sigma untuk pengukuran kapabilitas
proses produksi diantaranya, yaitu :
2.7.1 Penelitian yang Ditulis Oleh Noviyanti Mutiara Sari Sarjana Teknik
Industri UPN, 2005.
“Pengukuran Kapabilitas Proses Produksi Pasta Gigi Pepsodent 75 Gr Dalam Upaya Meminimalkan Defect Produk Dengan Pendekatan Metode Six Sigma Di PT.
Unilever Indonesia, Tbk.”. Tujuan Penelitian :
1. Mengetahui faktor-faktor penyebab defect
2. Menentukan upaya-upaya perbaikan dalam meminimalkan jumlah produk defect
pada proses produksi.
Hasil Dan Pembahasan :
Pengumpulan data dilakukan periode Oktober 2004 – September 2005 dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di PT. Unilever
Indonesia Tbk.adalah sebagai berikut : 1.
Berdasarkan data yang telah diperoleh maka dapat diidentifikasikan jenis dan faktor penyebab kecacatan pada saat pemeriksaan secara visual antara lain:
a End Seal bocor 30,3 , Crimping atau sealing unit yang aus hingga stick
Nozzle tidak cones, terdapatnya Tailing, dan setting suck back yang tidak benar.
b Logo Asymetris 22 , disebabkan oleh photo cell failed hingga eye mark
naik turun karena operator kurang memahami mekanisme setting mesin. c
Berat isi kurang 17,7 , disebabkan oleh unit filling bocor, pasta gigi yang terlalu encer dan terlalu panas, dan mekanisme dalam setting unit filling yang
tidak sesuai prosedur. d
Tube penyok 15,7 , disebabkan oleh Setting filling dan sealing yang tidak tepat juga penataan tube yang tidak benar dan tube yang tidak sempurna.
e Noda warna atau noda produk 14,3 Seal-seal bocor, maintenence yang
tidak teratur, SG pasta yang rendah dan terlalu encer, juga prosedur perawatan yang belum baik dan belum berjalan konsisten.
2. Alat Improve yang digunakan adalah Failure Mode and Effect Analysis FMEA,
dan diperoleh urutan prioritas tindakan perbaikan yang diusulkan. Urutan prioritas tindakan perbaikan yang diusulkan adalah:
a Setting ulang terhadap Sealing unit dan filling unit
b Mengganti komponen sealing dan filling unit secara berkala sesuai jadwal
c Perlu adanya control yang ketat dalam penjadwalan perawatan mesin
d Adanya pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan supaya tujuan pelatihan
dapat tercapai, serta diadakan tanya jawab dan diskusi dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan muncul di lapangan
e Melakukan inspeksi secara intensif terhadap operator oleh pengawas.
f Operator mengikuti training secara intensif sebelum melakukan pekerjaannnya
2.7.2 Penelitian yang Ditulis Oleh Suratno Sarjana Teknik Industri UPN, 2005.