Perkembangan kognitif Perkembangan sosioemosi

G. Broken Home a.

Pengertian Broken Home Broken home adalah sebagai kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak, seperti anak menjadi murung, sedih yang berkepanjangan dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan. Broken home merupakan kondisi dimana keluarga yang terdiri dari ayah, ibu tidak lagi bersatu. Anak dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Sinudarsono,2009 Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia 2008. Keluarga berantakan adalah Keluarga yang tidak harmonis karena terputusnya hubungan komunikasi anak, suami dan istri di sebabkan oleh sesuatu hal. Keluarga berantakan adalah adanya kematian ayah dan ibu, perceraian diantara ayah dan ibu, hidup terpisah, poligami, perselingkuhan, keluarga yang diliputi konflik keras. Kartono, 2005 Berdasarkan pengertian broken home dari para ahli dapat disimpulkan bahwa broken home adalah keluarga yang berantakan akibat orang tua tidak peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah serta orang tua juga tidak lagi memperhatikan terhadap anak-anaknya.

b. Penyebab Terjadinya Keluarga Broken Home

Pertengkaran, menurut Pohan 1986 merupakan salah satu faktor penyebab terjadi broken home. Betapa kecilnya permasalahan yang dialami dalam keluarga. Seperti gangguan komunikasi, perbedaan pendapat, kurang terbuka satu sama lain antara suami istri akan menimbulkan suatu perpecahan bahkan sampai perceraian. Setiap gangguan harus diatasi secepatnya, mencari pangkal persoalan, dimengerti, kemudian dilakukan pertukaran pikiran untuk mengatasi dan mencari jalan keluarnya.

c. Dampak Keluarga Broken Home Bagi Anak.

Bagi suami istri yang sudah mempunyai anak, pertengkaran atau pertikaian akan membawa pengaruh amat buruk bagi perkembangan kepribadian anak-anak mereka. Tanpa disadari, orang tua ibarat menanamkan benih busuk kedalam jiwa anak, menaburkan pupu yang merusak buat pertumbuhan dan perkembangan anak mereka sendiri. Tak dapat dimungkiri, anak-anak yang senantiasa diliputi oleh pertengkaran kedua orang tuanya, akan mempunyai kepribadian yang rapuh dan goyah, seperti Anak yang terombang-ambing, tidak mempunyai pendidikan yang mantap, ragu-ragu dalam bertindak, dan sukar menyesuaikan diri dalam pergaulan.Gunadi dan Indajanti, 2004Anak-anak yang memberontak