METODE PENELITIAN Kemampuan mengelola emosi pada anak dari keluarga broken home (studi kasus).

hasil wawancara membandingkan apa yang dikatakan oleh orang tua dan teman dekat subjek dengan apa yang dikatakan oleh subjek tersebut.

b. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Nasution dalam Sugiyono,2010:336 menyatakan bahwa “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan dan berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis aktivitas terdapat 3 komponen, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Dalam proses ini dilakukan pemilahan dan penyisihan data yang kurang bermakna lalu menatanya sedemikian rupa sehingga dapat di tarik kesimpulan. Peneliti menggunakan hasil penelitian sebagai sumber dasar informasi mengenai kemampuan mengelola emosi pada anak yang broken home. Peneliti membuat verbatim dari data hasil wawancara dan disertai dengan pemberian Coding pada setiap hasil wawancara. Lalupeneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh dengan cara memilih data yang penting. Peneliti melakukan coding untuk masing-masing jawaban berdasarkan aspek dari daftar pertanyaan yang berupa kode. Pemberian kode yang di lakukan oleh peneliti hanya dimengerti oleh peneliti saja. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan tentang hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari tempat pelaksanaan, Deskripsi data, Analisis data, dan pembahasan mengenai pengelolaan emosi anak dari keluarga broken home.

A. Deskripsi Data

1. Tempat Pelaksanaan Peneliti Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan subjek di Ambarketawang, Gamping dan Umbulharjo, Yokyakarta. Penelitian ini dilakukan di lingkungan rumah subjek yang letaknya di Ambarketawang, Gamping dan Umbulharjo, Yokyakarta. Selama penggalian data peneliti melakukan pendekatan, observasi dan wawancara. 2. Subjek 1 a. Penghimpunan Data Subjek Nama : D Jenis kelamin : Perempuan Tempat, tanggal lahir : Gamping 3 Juli 2003 Alamat : Ambarketawang, gamping Anak ke : 1 Usia : 13 Tahun Agama : Katolik Kelas : 4 SD Pendidikan terakhir : TK Cita-cita : Perawat b. Analisis 1. Latar Belakang Keluaga Subjek adalah anak tunggal. Sejak kelas 5 SD subjek sudah berhenti sekolah dikarenakan ibu subjek tidak mampu lagi membiayai uang sekolah, oleh karena itu subjek berhenti sekolah dan sekarang subjek melakukan kesehariannya dengan membantu ibu di kebun tetangga dan mencari barang-barang bekas untuk di jual. Saat ini D tinggal bersama ibunya di Ambarketawang gamping. Orang tua D sudah bercerai sejak D berumur 8 tahun, akibat perceraian maka subjek tinggal bersama ibunya. Saat ini ayah subjek berada di Jakarta dan sudah menikah dengan wanita lain. Semenjak terjadinya perceraian ayah-ibunya, D mengatakan bahwa kehidupan keluarganya sudah tidak harmonis seperti dulu dan perceraian ini sudah cukup lama terjadi. “Kehidupan keluargaku sekarang sudah hancur dan sudah tidak kayak dulu lagi mba. Kadang-kadang aku iri melihat kebahagiaan keluarga teman-temanku. Tapi ya sudahlah mba semua sudah terjadi dan tidak bisa bersatu lagi. Orang tuaku berpisah sejak saya masih berumur 8 tahun mba.” Pernyataan di atas menunjukkan bahwa keluarga D sudah berantakan dan tidak seperti dulu lagi, terkadang D juga merasa iri hati dengan melihat begitu bahagianya keluarga teman-temannya. D tidak menginginkan hal itu terjadi pada dirinya namun semua tidak sesuai dengan diharapkan D merasa putus asa karna orang tuanya tidak akan pernah bersatu lagi seperti dulu. Saat ini hubungan komunikasi ayah dan ibu baik, hanya cara penyampaian komunikasinya yang berbeda-beda, ada yang penyampaian komunikasi dengan secara langsung dan ada pula komunikasi melalui handphone, hal ini disebabkan karena keberadaan orang tua D berbeda-beda. Walaupun cara berkomuikasi yang berbeda-beda namun kamunikasi antara ayah dan ibu dengan D masih tetap lancar dan baik. namun D lebih sering berkomunikasi dengan ibu karna saat ini D tinggal bersama ibunya. “Komunikasi saya dengan ayah baik mba, kami berkomunikasi melalui telepon dan SMS, sedangkan dengan ibu sangat baik mba, karna saya tinggal dengan ibu.” Dengan melihat kondisi keluarga broken home, D mengatakan bahwa D tidak nyaman, faktor utama yang membuat D merasa tidak nyaman yaitu mendengarkan ocehan-ocehan dari tetangga. “Gak mba apalagi kalau sudah dengar ocehan-ocehan orang- orang.” Peristiwa perceraian pada keluarga membuat anak menjadi tidak tenang dengan masalah yang dialaminya. D merasakan begitu banyak kepedihan yang ia rasakan baik itu sedih, kecewa,tertekan dan marah. D mengakui bahwa D merasa iri dengan kebahagiaan orang tua teman-temannya. “Sedih, tertekan dan kecewa. Kadang-kadang saya juga merasa iri hati melihat kebahagiaan kedua orang tua temanku.” Pernyataan dibawah ini terlihat bahwa. D sudah menerima masalah yang di alami orang tuanya. Awalnya D merasa kecewa untuk menerima semua dan D mempunyai kemauan supaya keluarganya utuh kembali, akan tetapi D menyadari bahwa hal itu tidak mungkin terjadi karena salah satu orang tua D sudah ada yang menikah yaitu ayah. “Sudah bisa menerima mba. Awalnya saya kecewa banget mba, saya ingin orang tuaku kembali bersatu lagi. Tapi karna ayah sudah berkeluarga jadi gak mungkin terjadi mba.” 2. Lingkungan fisik, Sosio-Ekonomi Tempat tinggal D berada dalam lingkungan mayoritas kristen katolik, taraf ekonomi sederhana, lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang padat dengan rumah penduduk disisi kanan dan kiri. Di tinjau dari segi ekonomi masyarakat yang tinggal disekitar rumah D adalah masyarakat yang memiliki pekerjaan petani, buruh dan pegawai. Budaya yang mendominasi lingkungan tempat tinggal D adalah budaya jawa. Kondisi ekonomi keluarga D cukup sederhana. Waktu orang tua D belum bercerai kondisi ekonomi menengah atas, akan tetapi sejak terjadinya keributan, pertengkaran dan perselingkuhan antara salah satu pihak orang tua maka terjadinya perceraian sehingga harta yang dimiliki ayah D di ambil kembali, dan ayah hanya memberi sebagian hartanya kepada ibu dan D untuk kebutuhan mereka. 3. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan Pada umumnya pertumbuhan jasmani D sesuai dengan tahap perkembangan anak dan D lahir dengan normal. D tidak memiliki penyakit, hanya saja dia sakit kecil seperti flu, sakit kepala, deman dan batuk. 4. Lingkungan Sosial D memiliki beberapa teman dekat. Dimana subjek sering sekali berkumpul di bersama teman-temannya. Ketika subjek telah melakukan pekerjaannya baik itu membantu ibunya di kebun maupun mencari barang-barang bekas akan tetapi subjek tidak lupa meluangkan waktu untuk bermain bersama teman-temannya. Teman-temanya merasa bangga atas kemandirian yang dimiliki subjek, karna subjek sudah bisa mencari uang sendiri tanpa menyusahkan ibunya. Dan subjek merasa bahagia berteman bersama teman-teman yang tmengerti akan kondisi keluarga orang tuanya.. D sudah mampu berinteraksi dengan teman-teman sebayanya serta orang dewasa. Walaupun D dari keluarga yang berpisah akan tetapi sebagian masyarakat ikut berempati pada D. Dalam pergaulan dia tidak ingin memilih-milih dalam berteman, dia suka berteman dengan siapa saja baik itu teman laki-laki maupun teman perempuan. Sehingga dapat diketahui bahwa