orang tua tidak peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah serta orang tua juga tidak lagi memperhatikan terhadap anak-anaknya.
b. Penyebab Terjadinya Keluarga Broken Home
Pertengkaran, menurut Pohan 1986 merupakan salah satu faktor penyebab terjadi broken home. Betapa kecilnya permasalahan yang
dialami dalam keluarga. Seperti gangguan komunikasi, perbedaan pendapat, kurang terbuka satu sama lain antara suami istri akan
menimbulkan suatu perpecahan bahkan sampai perceraian. Setiap gangguan harus diatasi secepatnya, mencari pangkal persoalan,
dimengerti, kemudian dilakukan pertukaran pikiran untuk mengatasi dan mencari jalan keluarnya.
c. Dampak Keluarga Broken Home Bagi Anak.
Bagi suami istri yang sudah mempunyai anak, pertengkaran atau pertikaian akan membawa pengaruh amat buruk bagi perkembangan
kepribadian anak-anak mereka. Tanpa disadari, orang tua ibarat menanamkan benih busuk kedalam jiwa anak, menaburkan pupu yang
merusak buat pertumbuhan dan perkembangan anak mereka sendiri. Tak dapat dimungkiri, anak-anak yang senantiasa diliputi oleh pertengkaran
kedua orang tuanya, akan mempunyai kepribadian yang rapuh dan goyah, seperti Anak yang terombang-ambing, tidak mempunyai pendidikan yang
mantap, ragu-ragu dalam bertindak, dan sukar menyesuaikan diri dalam pergaulan.Gunadi dan Indajanti, 2004Anak-anak yang memberontak
mencari masalah-masalah diluar, anak yang menjadi keluarga broken home itu menjadi sangat nakal, karena:
1. Mempunyai kemarahan, kefrustasian dan melampiaskannya 2.
Anak korban cerai jadi gampang marah karena mereka terlalu sering melihat orangtua bertengkar
3. Anak-anak yang bawaanya sedih, mengurung diri, dan menjadi
depresi. Anak juga bisa kehilangan identitas sosialnya. status sebagai anak cerai memberikan suatu perasaan dia orang berbeda dari anak-
anak lain.
H. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Menurut hasil penelitian Dyah 2007 mengenai hubungan antara tingkat keharmonisan keluarga dengan perkembangan perilaku sosial siswa kelas
VIII tahun ajaran 20062007 menunjukkan bahwa dari hasil pengamatan siswa banyak siswa kelas VIII yang berperilaku sosial kurang baik, seperti
senang menyendiri, kurang memperhatikan teman, kurang tolong menolong sesama teman, kurang kerjasama dalam kelompoknya, dan suka
berkelahi. Semua ini biasanya berlatar belakang keluarga yang tidak harmonis.
2. Menurut hasil penelitian Bertha 2015 mengenai Studi Deskriptif Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Putra Panti Asuhan Sancta Maria
Boro dan Implikasinya Terhadap Usulan Program Bimbingan Pribadi- Sosial menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi remaja panti
asuhan Santa Maria Boro sudah mampu mengelola emosi dengan baik. hal