g. Aspek mengatur ekspresi emosi dalam lingkungan sosial. Akibat terjadinya keluarga yang berpisah, begitu banyak
masalah yang terjadi pada D. Selain masalah, D merasa frustasi karena apa yang D impikan tidak tercapai pendidikan dan
keterbatasannya ekonomi. Masalah yang dialaminya membuat D tertekan dan sedih karena begitu banyak ocehan-ocehan dari orang
lain, sehingga D hanya bisa bersabar. D pernah mengatakan bahwa D ingin menegur orang yang suka membicarakan keluarga D, tetapi D
selalu mengingat nasihat ibunya untuk tidak menangapi orang tersebut karna itu akan menambah masalah. Sehingga D selalu mengendalikan
emosinya di hadapan orang-orang tersebut. “Yah kayak tetangga ada yang ngomong macem-macemlah.
Saya ingin sekali menegur supaya mereka tidak ikut campur, tapi ibu tidak mengizinkan karna takut menambah masalah.
Jadi saya berusaha memendam perasaan marah saya mba. hanya bisa berdoa sajalah mba.” D1A7KMEBH-w038-
041
2. Subjek S
a. Aspek mengendalikan diri. S termasuk anak yang mampu mengendalikan emosinya
walaupun tidak sepenuhnya S dapat mengendalikan, akan tetapi S selalu berusaha untuk mengatur dan mengendalikan emosinya disaat S
memiliki masalah. Setiap orang memiliki cara untuk melepaskan emosi, baik itu emosi negatif maupun emosi positif. Dari hasil
wawancara S memiliki cara tersendiri untuk mengendalikan emosinya dengan cara diam, bermain game, jalan-jalan dan meneteskan air mata
menangis “Diam dan jangan meladenin mereka, semakin diladenin
semakin menjadi mba, kadang main game di HP bibi, berdoa, jalan-jalan dengan adek, kadang sering menangis
mba.” S2A1RM1KMEBH-w003-005
S adalah anak yang kuat dalam menghadapi masalah, tidak semua anak dari keluarga broken home dapat menghadapi masalah
Tidak hanya itu saja ada beberapa orang-orang di lingkungan tempat tinggal S tidak menyukai dengan orang tua S. Oleh sebab itu orang-
orang selalu membicarakan orang tuanya, walaupun orang tua S tidak berada di solo, tetapi warga selalu bertanya pada S mengenai orang
tuanya, S mengatakan bahwa dia sangat sensitif membicarakan tentang orang tuanya, karna itu akan membuat S menjadi sedih.
“Ya bisa mba, tapi saya paling tidak suka jika ada orang- orang yang gosip tentang orang tuaku mba. seburuk-buruk
apapun sifat orang tua saya, dia tetap orang tua yang telah
melahirkan saya dan adek saya mba.” S2A1KMEBH- w009-011
b. Aspek sifat dipercayai S mengatakan walaupun tidak sepenuhnya orang-orang
percaya padanya, akan tetapi S selalu membuktikan bahwa tidak semua anak yang berasal dari keluarga broken home itu tidak baik.
“Tidak sepenuhnya mba. karna orang selalu memandang bahwa anak yang broken home itu adalah anak yang tidak
baik.” S2A2KMEBH-w014-015
c. Aspek beradaptasi dengan baik. Terkadang anak broken home sangat sulit beradaptasi dengan
lingkungan sekitar, akan tetapi S mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar bahkan S ikut berpartisipasi untuk mengikuti bibi
misa bersama di tempat tetangga, tidak hanya itu saja S juga selalu ikut ke sekolah minggu bersama adeknya. Sehingga dapat di
simpulkan bahwa S tidak menjauhi nilai-nilai agama dan dapat menenagkan masalah yang S hadapi..
“Ya paling ikut bibi misa bersama di rumah tetangga, kadang ikut nemani adek ke sekolah minggu juga mba. ya
bisa menenangi pikiran juga mba.” S2A3KMEBH-w018- 019
S mengatakan bahwa saat dia memiliki masalah yang berat biasanya cerita dengan bibi dan ayah. Dan meraka peduli dengan
masalah S, alasan S tidak ingin menceritakan masalahnya kepada teman-teman sebab S merasa kurang nyaman. S merasa bahagia
memiliki bibi dan ayah, S mengatakan seandainya ibu seperti bibi mungkin hidupku akan bahagia
“Bibi dan ayah. Karna mereka mau mendengarkan
masalahku dan saya juga merasa nyaman. saya bahagia memiliki mereka mba, seandainya ibu seperti bibi mungkin
saya akan senang mba dan kadang juga cerita sama teman, tapi biasanya cerita dengan teman dekat saja mba.”
S2A3KMEBH-w022-025 d. Aspek menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima
oleh orang lain Setiap orang pasti pernah mengucapkan perkataan yang tidak
baik kepada orang lain, begitu juga dengan S dimana dia pernah mengucapkan perkataan yang tidak baik pada teman sebayanya.
Melihat teman ekspresi wajah temannya yang tidak terima atas ucapannya, S dengan segera mengakui kesalahannya dan meminta
maaf dengan teman sebaya tersebut. “Pastinya pernah mba tapi saya langsung minta maaf
mba.karna wajah teman-temanku itu kayak marah gitu, jadi saya takut dan langsung minta maaf.”
S2A4KMEBH-w028-030
e. Aspek Peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain. Tidak semua individu dapat peka terhadap emosi yang
dialami oleh orang lain. S mengatakan bahwa dia pernah
melampiaskan emosinya saat teman mengajak S bermain. Akan tetapi S menolak karna memiliki masalah.
“Pernah mba, waktu itu saya lagi ada masalah dengan bibi karna ada satu baju loundrian bibi luntur danwaktu itu
perasaan saya tidak enak badmood jadi saya semakin panik dan bingung mba. bebarapa menit, temanku datang kerumah
ngajak bermain, tapi saya menolak karna lagi pengen sendiri mba, karna saya menolak temanku langsung menarik tangan
untuk ngajak bermain, disitu saya tambah kesal, saya
langsung bentak dengan suara yang keras,lalu temanku itu kaget. Tak lama kemudian aku curhat dengan dia mba,
supaya dia ngerti, kenapa aku gak pengen bermain. Setelah saya cerita, akhirnya teman saya mengerti disitu dia
langsung meminta maaf begitu juga saya mba saling meminta maaf.” S2A5KMEBH-w032-041
f. Aspek merespon atau menanggapi reaksi emosi orang lain.
Emosi tanpa sebab itu rasanya tidak mungkin, ketika individu mengucapkan perkataan yang tidak baik kepada orang lain tentunya
kedua belah pihak sedang memiliki masalah. Begitu juga S yang memiliki masalah sehingga teman sebaya mengucapkan perkataan
tidak baik kepada S. “Dapat, biasanya saya mendengarkan musik, mencari
tempat yang tenang seperti pantai, bermain bersama teman- teman, dan melakukan aktivitas yang positif seperti
membantu bibi, kadang menangis, dan berdoa dengan Tuhan.” S2A6RM2KMEBH-w045-048
g. Aspek mengatur ekspresi emosi dalam lingkungan sosial Yang membuat S merasa tertekan dengan lingkungan sekitar
yaitu ejekan-ejekan teman yang tidak ingin berteman dengan S. temannya selalu mengejek S anak broken home. Di samping itu S
merasa kesal dan marah sekali, karena S menghembuskan nafasnya akhirnya S mulai mengendalikan emosinya supaya tidak melakukan
tindakan-tindakan yang tidak baik kepada teman yang tidak ingin berteman dengan S.
“Itu mba ada teman yang gak mau berteman denganku selalu mengejek orang tuaku dan saya. Padahal salah saya
sama dia apa coba mba. Tadi hampir saja saya mau jambak rambutnya itu mba. tapi kalau saya melakukan itu gak ada
untungnya juga mba, jadi saya berusaha mengatur emosi saya. “S2A7KMEBH-w051-055
C. Pembahasan Berdasarkan teori mengenai kemampuan mengelola emosi merupakan
kemampuan memahami diri, mengelola emosi, empati dan dapat membina hubungan dengan orang lain sehingga orang-orang mampu mengelola sifat-
sifat negatifnya yang muncul didalam diri. Berdasarkan data yang telah diperoleh oleh peneliti setelah melakukan observasi dan wawancara mengenai
data-data tersebut dapat di ketahui bahwa: 1. Cara-cara kemampuan mengelola emosi anak dari keluarga broken home di
lingkungan sekitar. a. Diam merupakan salah satu cara subjek untuk mengendalikan emosi dan
subjek dapat menenangkan diri di tempat yang nyaman. Salah satu
strategi umum untuk tidak memfokuskan perhatian pada masalah- masalah tertentu yaitu terutama sanggup menenangkan pikiran atau
perasaan-perasaan yang tidak mengenakkan Goleman, 2007 b. Berdoa, untuk mengendalikan amarah dimana subjek ingat dengan
ibadah yang ajarkan oleh agama yaitu berdoa dan menyebut nama Tuhan, serta subjek selalu mengikuti ibunya diperkumpulan keagamaan
seperti doa lingkungan bersama-sama dan misa bersama di tempat tetangga. Ciri-ciri lain kecerdasan emosional seperti kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi atau tekanan, mengendalikan dorongan hati, dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,