Pengaruh Tata Nilai Profesionalism terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

Kinerja responden yang masih jauh dari angka standar minimum yang ditetapkan Depkes RI dalam pencapaian minimal adalah 75 kinerja perawat baik dalam memberikan asuhan keperawatan dipengaruhi tata nilai perusahaan serta berbagai aspek kondisi organisasi rumah sakit tempat responden bekerja, seperti sumber daya kepemimpinan, imbalan struktur, motivasi dan desain pekerjaan yang seluruhnya tidak termasuk dalam penelitian ini. Tulisan ini berikutnya akan membahas hasil penelitian mengapa fenomena determinan kinerja responden, khususnya tentang pengaruh tata nilai perusahaan yang terdiri dari professionalism, respect, innovative, discipline, dan excellent terhadap kinerja perawat ruang rawat inap rumah sakit balimbingan PTTPN IV.

5.2. Pengaruh Tata Nilai Profesionalism terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Balimbingan Profesional adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Menurut Depkes 2002 perawat professional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya. Hasil uji partial variabel profesional terhadap kinerja menunjukkan angka signifikansi sebesar 0.02 yang berarti penerapan tata nilai professional berpengaruh terhadap tingkat kinerja perawat pelaksana ruang rawat inap. Secara teoritis kontribusi aspek professionalism terhadap tingkat kinerja responden nilai ExP B sebesar 1,929. Universitas Sumatera Utara Rendahnya perilaku kolaborasi dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan pelayanan kesehatan perlu dicermati. Berdasarkan Kamus Heritage Amerika 2000 kolaborasi adalah bekerja sama khususnya dalam penggabungan pemikiran. Kolaborasi secara umum memiliki pengertian yang didasari beberapa prinsip yaitu kerjasama, kebersamaan, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab, dan tanggung gugat. Kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atas ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator, apapun bentuk dan tempatnya. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kerjasama dan kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang dilakukan. Kolaborasi praktik yang belum terlaksana ini disebabkan belum adanya rasa saling menghargai atas apa yang telah diterapkan dalam pelanannya masing-masing. Seperti halnya ketidakmampuan perawat mempertahankan argumennya jika terjadi ketidaksamaan pendapat dengan profesi dokter misalnya. Seharusnya sebagai seorang tenaga kesehatan perawat harus selalu dapat mempertahankan argumennya dengan berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan pengetahuan yang dimiliki. Dominasi kekuasaan dimana tenaga profesi dokter yang seharusnya melaksanakan pekerjaannya tetapi dikerjakan oleh perawat. Sehingga yang terjadi adalah dokter membuat keputusan dan perawat sebagai pelaksana keputusan itu, merupakan salah satu penghambat penerpan kolaborasi. Komunikasi yang tidak efektif juga menghambat penerapan kolaborasi. Universitas Sumatera Utara Perusahaan membuat komitmen antara pemimpin structural dan fungsional profesi kesehatan dimana pemimpin dapat mengadopsi manajemen kesehatan dan mensosialisasikan serta dapat diterapkan pada pelayanan. Komunikasi juga menumbuhkan kolaborasi yang efektif dan bentuk pelayanan kesehatan. Catatan pasien menjadi sumber utama komunikasi yang secara terbuka dapat dipahami sebagai pemberi informasi disiplin profesi untuk pengambila suatu keputusan. Menurut Paryanto 2006 komunikasi lisan via telepon juga dapat dilakukan melalui operator rumah sakit untuk mempercepat komunikasi perawat maupun dokter dalam kolaborasi pelayanan kesehatan.

5.3. Pengaruh Tata Nilai Respect terhadap Kinerja Perawat Ruang Rawat Inap