Tinjauan Umum Kurikulum KAJIAN TEORITIK
                                                                                pendidikan. Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian,  yaitu:  a  logika,  yaitu  pengetahuan  tentang  benar-salah,  berdasarkan
prosedur keilmuan, b etika, yaitu pengetahuan tentang baik-buruk, nilai, dan moral,  dan  c  estetika,  yaitu  pengetahuan  tentang  indah-jelek,  yang  ada  nilai
seni. Berdasarkan pengelompokan isi kurikulum tersebut, maka pengembangan isi  kurikulum  harus  disusun  berdasarkan  prinsip-prinsip  sebagai  berikut:  a
mengandung bahan kajian atau topik-topik  yang dapat dipelajari peserta didik dalam  proses  pembelajaran,  dan  b  berorientasi  pada  standar  kompetensi
lulusan,  standar  kompetensi  mata  pelajaran,  dan  kompetensi  dasar  yang  telah ditetapkan.  Pemilihan  isi  kurikulum  dapat  juga  mempertimbangkan  kriteria
sebagai berikut: a sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, b sesuai dengan tingkat  perkembangan  peserta  didik,  c  bermanfaat  bagi  peserta  didik,
masyarakat, dunia kerja, bangsa dan negara, baik untuk masa sekarang maupun masa  yang  akan  datang,  dan  d  sesuai  dengan  perkembangan  ilmu
pengetahuan dan teknologi. Proses  pelaksanaan  kurikulum  harus  menunjukkan  adanya  kegiatan
pembelajaran,  yaitu  upaya  guru  untuk  membelajarkan  peserta  didik,  baik  di sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah melalui kegiatan
terstruktur  dan  mandiri.  Dalam  konteks  inilah,  guru  dituntut  untuk menggunakan  berbagai  strategi  pembelajaran,  metode  mengajar,  media
pembelajaran,  dan  sumber-sumber  belajar.  Pemilihan  strategi  pembelajaran harus  disesuaikan  dengan  tujuan  kurikulum  SK  KD,  karakteristik  materi
pelajaran,  dan  tingkat  perkembangan  yang  dapat  digunakan  guru  dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyampaikan isi kurikulum, antara lain: a strategi ekspositori klasikal, yaitu guru  lebih  banyak  menjelaskan  materi  yang  sebelumnya  telah  diolah  sendiri,
sementara  siswa  lebih  banyak  menerima  materi  yang  telah  jadi,  b  strategi pembelajaran    heuristik  discovery  dan  inquiry,  c  strategi  pembelajaran
kelompok  kecil:  kerja  kelompok  dan  diskusi  kelompok,  dan  d  strategi pembelajaran individual.
Untuk  mengetahui  efektifitas  kurikulum  dan  dalam  upaya  memperbaiki serta  menyempurnakan  kurikulum,  maka  diperlukan  evaluasi  kurikulum.
Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak aspek  yang  harus  dievaluasi,  banyak  orang  yang  terlibat,  dan  luasnya
kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum dan luasnya kurikulum yang  harus  diperhatikan.  Evaluasi  kurikulum  memerlukan  ahli-ahli  yang
mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum juga erat hubungannya dengan definisi kurikulum itu sendiri, apakah sebagai kumpulan
mata  pelajaran  atau  meliputi  semua  kegiatan  dan  pengalaman  anak  di  dalam maupun di luar sekolah.
3. Perkembangan Kurikulum Di Indonesia
Hidayat  2013:1-18  menjabarkan  bahwa  semenjak  Indonesia  merdeka sejak  tahun  1945  telah  mengalami  perubahan  kurikulum,  yaitu  pada  tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,2004, dan 2006. Kurikulum  pertama  yang  lahir  setelah  Indonesia  merdeka  adalah
merupakan  rencana  pelajaran  atau  dalam  bahasa  Belanda  disebut  leer  plan. Zaman  dan  suasana  kehidupan  berbangsa  dengan  spirit  merebut  kemerdekaan
dan pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter. Setelah rencana pelajaran  1947.  Rencana  Pelajaran  1947  merupakan  pengganti  sistem
pendidikan  kolonial  Belanda  dengan  mengurangi  pendidikan  kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan
berbangsa  dengan  spirit  merebut  kemerdekaan  maka  pendidikan  lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat. Setelah  Rencana  Pelajaran  1947,  pada  tahun  1952  kurikulum  di
Indonesia    mengalami  penyempurnaan.  Pada  tahun  1952  ini,  pemerintah Indonesia  melalui  Kementrian  Pendidikan  Pengajaran  dan  Kebudayaan
menerbitkan  buku  Pedoman  Kurikulum  SD  yang  lebih  merinci  setiap  mata pelajaran  kemudian  diberi  nama  Rencana  Pelajaran  Terurai  1952  yang
berfungsi  membimbing  para  guru  dalam kegiatan  mengajar  di  Sekolah  Dasar. Kurikulum  ini  sudah  mengarah  pada  suatu  sistem  pendidikan  nasional.  Yang
menjadi  ciri  dari  kurikulum  1952  ini  bahwa  setiap  rencana  pelajaran  sehari- hari,  silabus  mata  pelajarannya  jelas,  seorang  guru  mengajar  satu  mata
pelajaran. Menjelang  tahun  1964  pemerintah  kembali  menyempurnakan  sistem
kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri
dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu; daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral.
Kurikulum  1964  masih  mengalami  perubahan  yaitu  menjadi  kurikulum 1968,  hal  ini  dipengaruhi  oleh  perubahan  sistem  politik  dari  pemerintahan
rezim  Orde  Lama  ke  rezim  pemerintahan  Orde  Baru.  Kurikulum  ini  menjadi citra  sebagai  produk  Orde  Lama.  Kurikulum  1968  menekankan  pada
pendekatan  organisasi  materi  pelajaran  menjadi  kelompok  pembinaan  jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah jam pelajarannya
9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini terletak pada materi apa saja yang tepat  diberikan  kepada  siswa  di  setiap  jenjang  pendidikan.  Dari  segi  tujuan
pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila  sejati,  kuat,  dan  sehat  jasmani,  mempertinggi  kecerdasan  dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Pembaruan kelima terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum 1975 1976.
Kurikulum 1975 untuk SD SMP dan SMA sedangkan Kurikulum 1976 untuk Sekolah Keguruan yaitu SPG dan Sekolah Menengah Kejuruan STM, SMEA.
Komponen  yang  terkandung  dalam  Kurikulum  1975  memuat:  a  tujuan institusional baik SD, SMP, dan SMA SPG SMEA STM,  yaitu tujuan  yang
hendak  dicapai  lembaga  pendidikan  dalam  melaksanakan  program pendidikannya, b struktur program kurikulum, yaitu kerangka umum program
pengajaran  yang  akan  diberikan  pada  tiap  sekolah,  c  garis-garis  besar program  pengajaran,  yang  didalamnya  terdapat  hal-hal  yang  berhubungan
dengan program pengajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam perkembangannya Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak relevan lagi  dalam  memenuhi  kebutuhan  masyarakat  dan  tuntutan  ilmu  pengetahuan
dan  teknologi.  Kurikulum  1984  lahir  sebagai  perbaikan  atau  revisi  terhadap Kurikulum  1975.  Kurikulum  1984  memiliki  ciri  sebagai  berikut:  1
berorientasi  kepada  tujuan  pembelajaran  instruksional,  2  pendekatan pembelajarannya  berpusat  pada  anak  didik  melalui  cara  belajar  siswa  aktif
CBSA, 3 materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral, 4  menanamkan  pengertian  terlebih  dahulu  sebelum  diberikan  latihan,  5
materi  disajikan  berdasarkan  tingkat  kesiapan  atau  kematangan  siswa,  6 menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan  pada  pola  pembelajaran  yang  berorientasi  pada  teori  belajar
mengajar,  kurang  memperhatikan  muatan  isi  pelajaran.  Kurikulum  1994 dibuat  sebagai  penyempurnaan  Kurikulum  1984  dan  dilaksanakan  sesuai
dengan  Undang-Undang  No.  2  Tahun  1989  tentang  Sistem  Pendidikan Nasional. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dalam Kurikulum 1994, antara lain
sebagai  berikut:  1  pembagian  tahapan  pelajaran  di  sekolah  dengan  sistem caturwulan,  2  pembelajaran  di  sekolah  lebih  menekankan  materi  pelajaran
yang  cukup  padat  berorientasi  kepada  materi  pelajaran  isi,  3  Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua  siswa  di  seluruh  Indonesia,  4  dalam  pelaksanaan  kegiatan,  guru hendaknya  memilih  dan  menggunakan  strategi  yang  melibatkan  siswa  aktif
dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial, 5 dalam pengajaran suatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mata  pelajaran  hendaknya  disesuaikan  dengan  kekhasan  konsep  pokok bahasan  dan  perkembangan  berpikir  siswa,  6  pengajaran  dari  hal  yang
konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang  sederhana  ke  hal  yang  kompleks,  dan  7  pengulangan-pengulangan
materi  yang  dianggap  sulit  perlu  dilakukan  untuk  pemantapan  pemahaman siswa.
Usaha  pihak  pemerintah  maupun  pihak  swasta  dalam  rangka meningkatkan  mutu  pendidikan  terutama  meningkatkan  hasil  belajar  siswa
dalam berbagai
mata pelajaran
terus-menerus dilakukan,
seperti penyempurnaan  kurikulum,  materi  pelajaran,  dan  proses  pembelajaran.
Kurikulum  1994  perlu  disempurnakan  lagi  menjadi  Kurikulum  2002  sebagai respon  terhadap  perubahan  struktural  dalam  pemerintahan  dari  sentralistik
menjadi  desentralistik  sebagai  konsekuensi  logis  dilaksanakannya  UU  No.  23 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Pertimbangan Keuangan
antara  Pemerintah  Pusat  dan  Daerah.  Kurikulum  saat  ini  diberi  nama Kurikulum  Berbasis  Kompetensi,  yang  menitikberatkan  pada  pengembangan
kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar  kinerja  yang  telah  ditetapkan.  Kurikulum  Berbasis  Kompetensi
memiliki  ciri-ciri  sebagai  berikut:  1  menekankan  pada  ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, 2 berorientasi pada
hasil  belajar  learning  outcomes  dan  keberagaman,  3  penyampaian  dalam pembelajaran  menggunakan  pendekatan  dan  metode  yang  bervariasi,  4
sumber  belajar  bukan  hanya  guru,  tetapi  juga  sumber  belajar  lainnya  yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memenuhi unsur edukatif, dan 5 penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kurikulum  dipahami  sebagai  seperangkat  rencana  dan  pengaturan mengenai  tujuan,  isi,  dan  bahan  pelajaran  serta  cara  yang  digunakan  sebagai
pedoman  penyelenggaraan  kegiatan  pembelajaran  untuk  mencapai  tujuan pendidikan tertentu. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005,  pemerintah  telah  mendorong  penyelenggara  pendidikan  untuk mengimplementasikan  kurikulum  dalam  bentuk  Kurikulum  Tingkat  Satuan
Pendidikan,  yaitu  kurikulum  operasional  yang  disusun  oleh  dan  dilaksanakan di  setiap  satuan  pendidikan.  Esensi  isi  dan  arah  pengembangan  pembelajaran
dalam  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  masih  bercirikan  tercapainya paket-paket kompetensi.
4. Peranan Kurikulum
Prof.  Dr.  Soedijarto,  M.A.  mengatakan  bahwa  sekolah  merupakan lembaga  sosial  yang  keberadaannya  merupakan  bagian  dari  sistem  sosial
negara  bangsa.  Ia  bertujuan  untuk  mencetak  manusia  susila  yang  cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan rohani,
memiliki  pengetahuan  dan  keterampilan,  berkepribadian  yang  mantap  dan mandiri.  Soedijarto  lebih  jauh  mengatakan  bahwa  pencapaian  itu  akan  bisa
diraih  ketika  ada  suatu  proses  yang  terencana  dengan  efisien,  efektif,  dan relevan.  Agar  tujuan  tersebut tercapai  maka  dibutuhkan  kurikulum  yang  kuat,
baik secara infrastruktur maupun superstruktur Yamin, 2012:36. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut  Hamalik  2007:11-13  terdapat  tiga  peranan  kurikulum  yang dinilai sangat penting,  yakni peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif,
dan  peranan  kreatif.  Peranan  konservatif  dalam  kurikulum  memiliki  suatu tanggung  jawab  yaitu  mentransmisikan  dan  menafsirkan  warisan  sosial  pada
generasi  muda.  Peranan  kritis  dan  evaluatif,  memiliki  peranan  dalam kebudayaan  yang  senantiasa  berubah  dan  bertambah.  Sekolah  tidak  hanya
mewariskan  kebudayaan  yang  ada,  melainkan  juga  menilai  dan  memilih berbagai  unsur  kebudayaan  yang  akan  diwariskan.  Dalam  kurikulum  peranan
kreatif  dinilai  berperan  dalam  melakukan  berbagai  kegiatan  kreatif  dan konstruktif,  dalam  artian  menciptakan  dan  menyusun  suatu  hal  yang  baru
sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang. 5.
Fungsi Kurikulum Dilihat  dari  sisi  pengembang  kurikulum  guru,  kurikulum  mempunyai
fungsi  sebagai  berikut:  a  fungsi  preventif,  yaitu  mencegah  kesalahan  para pengembang  kurikulum  terutama  dalam  melakukan  hal-hal  yang  tidak  sesuai
dengan  rencana  kurikulum,  b  fungsi  korektif,  yaitu  mengoreksi  dan membetulkan  kesalahan-kesalahan  yang  dilakukan  oleh  pengembang
kurikulum  dalam  melaksanakan  kurikulum,  dan  c  fungsi  konstruktif,  yaitu memberikan  arah  yang  jelas  bagi  para  pelaksana  dan  pengembang  kurikulum
untuk  membangun  kurikulum  yang  lebih  baik  lagi  pada  masa  yang  akan datang.  Sementara,  Hilda  Taba  1962  mengemukakan  terdapat  tiga  fungsi
kurikulum,  yaitu  a  sebagai  transmisi,  yaitu  mewariskan  nilai-nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kebudayaan,  b  sebagai  transformasi,  yaitu  melakukan  perubahan  atau rekonstruksi sosial, dan c sebagai pengembangan individu Arifin, 2011:12.
Arifin  2011:13-16  mengatakan  bahwa  fungsi  kurikulum  dapat  juga ditinjau  dalam  berbagai  perspektif,  antara  lain  sebagai  berikut:  a  fungsi
kurikulum  dalam  mencapai  tujuan  pendidikan,  b  fungsi  kurikulum  bagi kepala sekolah, c fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan, d fungsi
kurikulum bagi guru, e fungsi kurikulum bagi pengawas, f fungsi kurikulum bagi masyarakat, g fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan.
Fungsi  kurikulum  merupakan  alat  untuk  mencapai  tujuan  pendidikan, yaitu  alat  untuk  membentuk  manusia  seutuhnya  sesuai  dengan  visi,  misi  dan
tujuan  pendidikan  nasional,  termasuk  berbagai  tingkatan  tujuan  pendidikan yang ada dibawahnya. Kurikulum sebagai alat dapat diwujudkan dalam bentuk
program, yaitu kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Fungsi kurikulum
merupakan pedoman
untuk mengatur
dan membimbing  kegiatan  sehari-hari  di  sekolah,  baik  kegiatan  intrakurikuler,
ekstrakurikuler maupun kokurikuler. Pengaturan kegiatan ini penting agar tidak terjadi tumpang tindih, seperti jenis program pendidikan apa yang  sedang dan
akan dilaksanakan. Fungsi  kurikulum  bagi  setiap  jenjang  pendidikan  meliputi:  a  fungsi
kesinambungan,  yaitu  sekolah  pada  tingkat  yang  lebih  atas  harus  mengetahui dan memahami kurikulum sekolah yang dibawahnya, sehingga dapat dilakukan
penyesuaian  kurikulum,  b  fungsi  penyiapan  tenaga,  yaitu  bilamana  sekolah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tertentu  diberi  wewenang  mempersiapkan  tenaga-tenaga  terampil,  maka sekolah  tersebut  perlu  mempelajari  apa  yang  diperlukan  oleh  tenaga  terampil,
baik  mengenai  kemampuan  akademik,  kecakapan  atau  keterampilan, kepribadian maupun hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus  sebagai  pelaksana  kurikulum  di  lapangan.  Guru  juga  sebagai  faktor
kunci  key  factor  dalam  keberhasilan  suatu  kurikulum.  Efektivitas  suatu kurikulum  tidak  akan  tercapai,  jika  guru  tidak  dapat  memahami  dan
melaksanakan  kurikulum  dengan  baik  sebagai  pedoman  dalam  proses pembelajaran.  Artinya,  guru  tidak  hanya  berfungsi  sebagai  pengembang
kurikulum, tetapi juga sebagai pelaksana kurikulum. Guru dituntut untuk selalu meningkatkan  kompetensinya  sesuai  dengan  perkembangan  kurikulum  itu
sendiri,  perkembangan  IPTEK,  perkembangan  masyarakat,  perkembangan psikologi belajar, dan perkembangan ilmu pendidikan.
Bagi  pengawas,  fungsi  kurikulum  dapat  dijadikan  sebagai  pedoman, patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum
dapat  digunakan  pengawas  untuk  menetapkan  hal-hal  apa  saja  yang memerlukan  penyempurnaan  atau  perbaikan  dalam  usaha  pengembangan
kurikulum  dan  peningkatan  mutu  pendidikan.  Pengawas  juga  perlu  mencari data dan informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat implementasi
kurikulum  dalam  hubungannya  dengan  peningkatan  mutu  guru,  kelengkapan sarana pendidikan, pemantapan sistem administrasi, bimbingan dan konseling,
keefektifan  penggunaan  perpustakaan,  dan  lain-lain.  Implikasinya  pengawas harus menguasai kurikulum yang berlaku.
Melalui  kurikulum,  masyarakat  dapat  mengetahui  apakah  pengetahuan, keterampilan,  sikap,  dan  nilai-nilai  yang  dibutuhkannya  relevan  atau  tidak
dengan  kurikulum  suatu  sekolah.  Masyarakat  yang  cerdas  dan  humanis  akan selalu a memberikan bantuan, baik moril maupun materil dalam pelaksanaan
kurikulum, b memberikan saran-saran dan pendapat sesuai dengan keperluan c berperan secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung.
Instansi  atau  perusahaan  manapun  yang  mempergunakan  tenaga  kerja lulusan  suatu  lembaga  pendidikan  tentu  menginginkan  tenaga  kerja  yang
bermutu  tinggi  dan  mampu  berkompetisi  agar  dapat  meningkatkan produktivitasnya.  Biasanya  para  pemakai  kurikulum  melakukan  seleksi  yang
ketat  dalam  penerimaan  calon  tenaga  kerja.  Studi  kurikulum  akan  banyak membantu  pemakai  lulusan  dalam  menyeleksi  calon  tenaga  kerja  yang  andal,
energik, disiplin, bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat, dan berkualitas.
                