wajib  24  jam,  perinciannya  misalnya  pelajaran  bahasa  Inggris  untuk  24 mengampu  enam  rombongan  belajar  dikalikan  setiap  rombongan  belajar
ada 30 siswa, maka akan ada 180 siswa yang menjadi tugas guru tersebut. Dengan  empat  aspek  penilaian,  kita  tinggal  kalikan  saja  180  siswa  kali
empat.  Pertanyaannya,  akankah  guru  mampu  melakukan  itu  secara maksimal.  Ditambah  lagi  tugas  tambahan  guru  yang  menjadi  wali  kelas
misalnya,  penilaiannya  akan  semakin  banyak  terutama  adanya  penilaiaan deskriptif
pada rapor.
Tentu ini
akan semakin
sulit. Lain  lagi  masalah,  misalnya  digunakan  sistem  aplikasi  dalam  penilaian
rapor,  tidak  semua  wali  kelas  melek  komputer.  Jadi,  intinya  hal  ini  akan jadi  masalah  utama  selain  masalah-masalah  lain  yang  dikeluhkan  guru.
http:www.medanbisnisdaily.comnewsread20141014123153kurikul um-2013-kebingungan-guru-dan-beban-siswa.VrCCBUDz8SI
Melihat  permasalahan  diatas,  dapat  kita  lihat  bahwa  tidak  semua guru  mampu  mengimplementasikan  Kurikulum  2013.  Seperti  halnya
berikut ini, Selain itu, lanjutnya, kurikulum 2013 juga memiliki sisi positif lainnya.  Misalnya  sisi  paradigma  karena  mengemas  mata  pelajaran
menjadi  lebih  maknawi  dalam  kehidupan  sehari-hari  dengan  model pembelajaran  tematik  integratif  dan  pendekatan  saintifik.  Kemudian,
dalam  kurikulum  2013  proses  pembelajaran  murid  aktif,  guru  sebagai fasilitator maupun motivator, semua aspek kehidupan bisa menjadi sumber
pembelajaran,  serta  melahirkan  manusia  pembelajar,  paparnya.  Meski demikian, kurikulum 2013 juga memiliki sisi negatif. Pertama, ujar Tyas,
kurikulum 2013 penuh kontradiksi. Mau melahirkan manusia yang kreatif, kritis,  inovatif,  tapi  penuh  materi  yang  normatif  karena  ada  penambahan
jam  belajar  agama.  Kedua,  berharap  proses  pembelajaran  lebih  leluasa tapi ada penambahan jam pelajaran. Ketiga, kurikulum 2013 cocok untuk
sekolah  yang  sudah  maju  dan  gurunya  punya  semangat  belajar  tinggi, masyarakat  yang  sudah  terdidik,  muridnya  memiliki  kemampuan  dan
fasilitas  setara,  serta  infrastruktur  telekomunikasi  dan  transportasi  sudah merata
sehingga tidak
menghambat proses,
urai Tyas.
http:news.okezone.comread20141108651062782kelebihan- kekurangan-kurikulum-2013
Melihat  status  kepegawaian  guru  yang  mana  terdiri  dari  guru  PNS, guru  yayasan  serta  guru  tidak  tetap.  Tidak  semua  guru  dalam  status
tersebut mampu untuk menerapkan implementasi kurikulum 2013. Bahkan hanya  sedikit  guru  yang  paham  bagaimana  cara  untuk  menerapkan
Kurikulum  2013  tersebut.  Selain  status  kepegawaian  menjadi  sudut pandang,  kita  juga  dapat  melihat  bahwa  tidak  semua  guru  yang  masa
kerjanya lama paham akan Kurikulum 2013, dan juga mungkin guru yang masa  kerjanya  lebih  sedikit  lebih  cepat  mampu  memahami  Kurikulum
2013 tersebut. Berdasarkan  fakta-fakta  tersebut  penulis  merasa  tertarik  untuk
melakukan  penelitian  mengenai  proses  pembelajaran  dan  penilaian  yang diimplementasikan lewat kurikulum 2013. Dalam implementasi kurikulum
2013, pen
ulis meneliti “IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES
PEMBELAJARAN BERDASARKAN
KURIKULUM 2013
DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA KERJA ” .
B. Batasan Masalah
Untuk  lebih  mengarahkan  penelitian  mengenai  Kurikulum  2013, maka  penelitian  ini  hanya  membatasi  ruang  lingkup  mengenai  penilaian
dan  proses  pembelajaran  ditinjau  dari  sudut  pandang  status  kepegawaian
dan masa kerja guru di sekolah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  dan  batasan  masalah  di  atas,  peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah  ada  perbedaan  implementasi  penilaian  berdasarkan
kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian? 2.
Apakah  ada  perbedaan  implementasi  penilaian  berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja?
3. Apakah  ada  perbedaan  implementasi  proses  pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian? 4.
Apakah  ada  perbedaan  implementasi  proses  pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan  latar  belakang  dan  rumusan  masalah  di  atas,  dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi penilaian
berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian 2.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja
3. Untuk  mengetahui  apakah  ada  perbedaan  implementasi  proses
pembelajaran  berdasarkan  kurikulum  2013  ditinjau  dari  status kepegawaian
4. Untuk  mengetahui  apakah  ada  perbedaan  implementasi  proses
pembelajaran  berdasarkan  kurikulum  2013  ditinjau  dari  masa kerja
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil  penelitian  dapat  digunakan  sebagai  evaluasi  oleh  guru tentang  pelaksanaan  penilaian  dan  proses  pembelajaran.  Hasil
penelitian  dapat  memberikan  gambaran  yang  nyata  sejauh  mana penilaian  dan  proses  pembelajaran  berdasarkan  kurikulum  2013  telah
dilaksanakan.  Hal  ini  dapat  digunakan  sebagai  bahan  refleksi  untuk perbaikan pelaksanaan penilaian dan proses pembelajaran.
2. Bagi Sekolah
Hasil  penelitian  dapat  digunakan  sebagai  bahan  pertimbangan bagi  sekolah  untuk  merumuskan  bahan  kebijakan  sekolah  yang
berkaitan  atau  berhubungan  dengan  upaya  mengoptimalkan  kinerja guru, khususnya dalam penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan
kurikulum 2013. 3.
Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil  penelitian  ini  diharapkan  memberikan  tambahan  informasi
bagi  penelitian  selanjutnya  serta  dapat  menambah  kepustakaan  yang berguna bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan.
4. Bagi Instansi Pemerintah DIKPORA Kab. Sleman
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas guru.
10
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Tinjauan Umum Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Arifin  2011:2-3  berpendapat  bahwa  secara  etimologis,  istilah kurikulum  curriculum  berasal  dari  bahasa  Yunani,  yaitu  curir  yang  artinya
“pelari”  dan  curere  yang  berarti  “tempat  berpacu”.  Dalam  bahasa  Perancis, istilah  kurikulum  berasal  dari  kata  courier  yang  berarti  berlari  to  run.
Kurikulum  berarti  suatu  jarak  yang  harus  ditempuh  oleh  seorang  pelari  dari garis  start  sampai  dengan  garis  finish  untuk  memperoleh  medali  atau
penghargaan.  Jarak  yng  harus  ditempuh  tersebut  kemudian  diubah  menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya. Curriculum is the
entire  school  program  and  all  the  people  involved  in.  Program  tersebut  berisi mata  pelajaran-mata  pelajaran  courses  yang  harus  ditempuh  oleh  peserta
didik  selama  kurun  waktu  tertentu,  seperti  SDMI  enam  tahun,  SMPMTs tiga  tahun,  SMASMKMA  tiga  tahun  dan  seterusnya.  Dengan  demikian
secara terminologis istilah kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk
memperoleh  ijazah.  The  curriculum  has  mean  the  subject  taught  in  school  or the course of study Ragan, 1966.
Arifin  2011:3  menjelaskan  bahwa  ada  beberapa  implikasi  dari pengertian tradisional: a kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata
pelajaran  adalah  warisan  budaya  dan  pengalaman-pengalaman  masa  lampau yang mengandung nilai-nilai positif untuk disampaikan kepada generasi muda.
Mata  pelajaran  tersebut  harus  mewakili  semua  aspek  kehidupan  dan  sesuai dengan  standar  kompetensi  dan  kompetensi  dasar  yang  telah  ditetapkan,  b
peserta  didik  harus  mempelajari  dan  menguasai  seluruh  mata  pelajaran,  c mata  pelajaran  hanya  dipelajari  di  sekolah  secara  terpisah-pisah,  d  tujuan
akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah. Menurut  A.  Ferry  T.  Indratno  kurikulum  adalah  program  dan  isi  dari
suatu  sistem  pendidikan  yang  berupaya  melaksanakan  proses  akumulasi pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik benang merah maka
kurikulum  dapat  dipahami  sebagai  alat  sentral  bagi  keberhasilan  pendidikan Yamin, 2012:15.
Gerakan  kurikulum  modern  sebenarnya  sudah  ada  di  Amerika  sejak tahun  1950-an.  Pada  saat  itu  B.  Othanel  Smith,  W.O.  Stanley  dan  J.  Harlan
Shores memandang kurikulum sebagai a sequence of potential experiences set up  in  the  school  for  the  purpose  of  disciplining  children  and  youth  in  group
ways  of  thinking  and  acting.  Pengertian  ini  menunjukkan  kurikulum  bukan hanya  mata  pelajaran,  tetapi  juga  pengalaman-pengalaman  potensial  yang
dapat diberikan kepada peserta didik. Selanjutnya, J. Galen Saylor dan William M.  Alexander  mengemukakan
the  curriculum  is  the  sum  total  of  school’s efforts  to  influence  learning,  whether  in  the  classroom,  on  the  playground  or
out  of  school.  Pengertian  ini  lebih  luas  lagi  dari  pengertian  sebelumnya, kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan pengalaman melainkan semua upaya