Jenis dan Rancangan Penelitian Bahan

b. Penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan corong burner dan kertas Whatman No.42. Kertas saring dijenuhkan dengan HNO 3 1 M lalu diletakkan di bagian dalam corong. Corong diletakkan pada mulut labu hisap yang sudah terhubung dengan vaccum. Sebanyak 5 mL HNO 3 1 M dituangkan ke dalam erlenmeyer yang berisi timbal hasil destruksi basah kemudian saring. Prosedur ini dilakukan sebanyak tiga kali hingga tidak ada sampel yang tertinggal di Erlenmeyer. Sebanyak 5 mL HNO 3 1 M dituangkan melewati kertas saring tadi untuk mengantisipasi adanya sampel yang tertinggal di kertas saring dan corong. Lalu HNO 3 1 M ditambahkan hingga batas tanda pada labu ukur 50 mL. Labu ukur ditutup, lalu dikocok dan dipindahkan ke wadah plastik. Larutan siap diujikan ke SSA pada kondisi optimum dilakukan tiga kali replikasi AOAC, 2007.

6. Optimasi metode analisis

a. Optimasi Tinggi Burner. Tekanan bahan bakar dan gas pembawa diatur sampai nyala api stokiometrik nyala berwarna kuning tipis. Tekanan dinaikkan sampai nyala berpijar kuning kuat. Larutan Pb 5 ppm disiapkan dan absorbansinya dicatat pada 283,3 nm dan λ diatur hingga absorbansi maksimum. Tinggi burner diatur hingga cahaya tampak melalui ujungnya dengan tombol. Aquabidest digunakan untuk autozero instrumen lalu diukur absorbansi dari larutan Pb 5 ppm. Tinggi burner diturunkan secara bertahap dan absorbansinya dicatat pada setiap ketinggian. Data absorbansi vs tinggi burner diplot. b. Optimasi untuk Perbandingan Bahan Bakar dan Udara. Digunakan tipe nyala udara : asetilen dengan perbandingan 20:5 dan 20:10. Tekanan udara dijaga konstan dan tekanan bahan bakar diatur bertahap dari kaya bahan bakar hingga nyala kecil. Absorbansi Pb 5 ppm dicatat pada setiap penambahan. Tekanan bahan bakar dipilih yang optimum dan tekanan udara diubah dengan cara yang sama. Absorbansi vs tekanan udara diplot, dengan catatan satu dibuat konstan. Setting tekanan bahan bakar dipilih yang optimum.

7. Pembuatan larutan baku timbal Pb

a. Larutan Stok 1000 µgmL. Dilarutkan 0,3197 g PbNO 3 2 dalam 50 mL HNO 3 1M dalam labu takar 200 mL, kemudian ditambahkan HNO 3 1M hingga batas tanda pada labu. Konsentrasi 1000 µgmL didapat dari: , 33 , ,3 , μ b. Larutan Kerja. Disiapkan Pb 100 µgmL intermediet dengan mengencerkan 10 mL larutan stok hingga 100 mL dengan larutan HNO 3 1M. Kemudian dibuat seri kurva baku yaitu 0,1 ; 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 dan 3,0 µgmL dari larutan intermediet. Kurva kalibrasi unsur Pb diperoleh dengan mengukur serapan larutan standar unsur pada kondisi optimum. Kurva kalibrasi diperoleh dengan membuat kurva antara konsentrasi terhadap serapan Pb.

8. Validasi metode analisis

Validasi metode analisis yang dilakukan meliputi presisi, recovery, pengaruh prosedur analisis terhadap sampel dan Limit of Quantitation LOQ. Prosedur dari parameter-parameter tersebut adalah sebagai berikut : dibuat larutan blangko yang berisi 2,5 g sampel kapsul cacing obat kemudian didestruksi dan dilakukan penyaringan seperti pada prosedur 5a dan 5b. Kemudian sebelum proses destruksi ke dalam 2,5 g sampel ditambahkan 10 mL larutan standar PbNO 3 2 p.a dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Setelah didestruksi kemudian disaring dengan kertas Whatman no.42 dan diukur absorbansinya menggunakan SSA pada kondisi optimum dengan resonance lines 283,3 nm. Dilakukan tiga kali replikasi.

9. Penetapan kadar logam berat timbal pada sediaan kapsul cacing obat

Larutan sampel hasil destruksi dan penyaringan diambil kemudian diencerkan dalam labu ukur 50 mL, setelah itu diukur absorbansinya menggunakan SSA dengan kondisi optimum pada resonance lines 283,3 nm. Dilakukan tiga kali replikasi.