25
2.1.4 Pendekatan Kontekstual
Menurut Nurhadi 2005:5 pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan ketujuh komponen utama
pembelajaran efektif yaitu kontruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya. Suherman 2003:3 menyatakan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang mengambil menstimulasikan, menceritakan berdialog, atau tanya jawab kejadian
pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat kedalam konsep yang dibahas.
Istiqomah 2009:30 menyampaikan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran
dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konsektual memberikan penekanan pada penggunaan berpikir
tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi dan data dari berbagai sumber.
Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan
kondisi alamiah pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan
26
dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran dalam kontekstual
menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswadengan konteks materi tersebut digunakan, serta hubungan bagaimana
seseorang belajar atau cara siswa belajar. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya upaya
membuat belajar lebih mudah, sederhana, bermakna dan menyenangkan agar siswa mudah menerima ide, gagasan, mudah memahami permasalahan dan
pengetahuan serta dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya secara aktif, kreatif dan produktif.Untuk mencapai usaha tersebut segala komponen
pembelajaran harus dipertimbangkan termasuk pendekatan kontekstual. Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan kontekstual lebih
menekankan pada authentic assesmen yang diperoleh dari berbagai kegiatan. Alwasih 2002:289 berpendapat bahwa keuntungan penilaian autentik bagi siswa
antara lain: 1 mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka; 2 mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi
mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, mengani teknologi, dan berfikir secara sistematis; 3 menghubungkan pembelajaran
dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dan masyarakat luas; 4 mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka
menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan menghubungkan sebab akibat; 5 menerima tanggung jawab dan membuat
pilihan; 6 berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan
27
tugas; dan 7 belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri. Jenis penilaian autentik yaitu portofolio, pengukuran kinerja, proyek, dan jawaban tertulis secara
lengkap. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwapendekatan
kontekstual ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Tugas
guru dalam pendekatan kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas siswa. Pendekatan kontekstual
ini perlu diterapkan mengingat bahwa selama ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus
dihapalkan.Dalam hal ini fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui pendekatan kontekstual ini siswa
diharapkan belajar dengan cara mengalami sendiri bukan menghafal.
2.1.4.1 Komponen Pendekatan Kontekstual
Komponen pendekatan kontekstual di Sekolah Dasar, pada prinsipnya menerapkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif Nurhadi, 2009: 9.
Ketujuh komponen tersebut : \
28
a Kontruktivisme Contructivision
Kontruktivisme contructivism merupakan landasan berpikir atau filosofi model pembelajaran kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas atau sempit dan tidak secara tiba-tiba.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang sipa untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengatahuan itu dan member makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide yaitu siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori kontruktivisme
adalah ide
bahwa siswa
harus menemukan
dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi ini menjadi milik mereka sendiri. Berdasarkan hal ini, maka pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan
menerima pengetahuan. b
Menemukan Inquiry Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan model pembelajaran
kontekstual.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inquiry adalah 1
Observasi Observation, 2 Bertanya Questioning, 3 Mengajukan dugaan Hipothesis
, 4 Pengumpulan data Data gathering, 5 Penyimpulan
29
Conclusion. Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah : 1
merumuskan masalah, 2 melakukan observasi, 3 menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, dan 4
mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lainnya.
c Bertanya Questioning
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, selalu bermula dari bertanya, karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
kontekstual. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk 1 menggali informasi, baik administrasi maupun akademik, 2
mengecek pemahan siswa, 3 membangkitkan respon kepada siswa, 4 mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa, 5 mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa, 6 memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7 untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8 untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
d Masyarakat Belajar Learning Community
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui
sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu kepada yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar
sana, semuanya adalah anggota masyarakat belajar.
30
e Pemodelan Modeling
Komponen model pembelajaran selanjutnya adalah pemodelan.Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang
bias ditiru. Model itu memberi peluang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana
cara belajar. Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas, misalnya cara menemukan kata kunci dalam bacaan.
Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan cara menelusuri bacaan secara cepat, dengan
memanfaatkan gerak mata scanning. Secara sederhana, kegiatan ini disebut pemodelan. Guru berperan sebagai model yang bias ditiru dan diamati siswa,
sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci. f
Refleksi Reflection Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang
baru diterima.Pada akhir pelajaran, refleksi dapat dilakukan melalui pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh hari itu, catatan atau jurnal di buku
siswa, diskusi, kesan, dan saran siswa menganai pembelajaran hari itu. Melalui refleksi, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa
yang baru dipelajarinya, serta berfungsi sebagai umpan balik.
31
g Penilaian sebenarnya Authentic Assesment
Penilaian sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran
perkembangan belajar
siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang
dikumpulkan oleh guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengetahui keterlambatan dalam belajar, maka guru perlu segera bias mengambil tindakan
yang tepat agar siswa terbebas dari permasalahan. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka penilaian
tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran atau akhir semester, seperti UAN atau UAS, tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi dalam kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan pendekatan kontekstual, sebuah proses pembelajaran seharusnya Blanchard, 2001 :
a Menekankan pada pemecahan masalah berbasis inquri,
b Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi
dalam berbagai kontek seperti di rumah, masyarakat dan pekerjaan, c
Mengarahkan siswa agar dapat memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi pembelajaran mandiri,
d Mengaitkan pengajaran pada kontek kehidupan siswa yang berbeda-beda,
e Mendorong siswa untuk belajar dari sesame teman dan belajar bersama,
f Menerapkan penilaian autentik.
32
2.1.5 Karakteristik Siswa Kelas II SD