Pengembangan prototype perangkat pembelajaran kurikulum 2013 sub tema Kegiatan Ekstrakurikulerku untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan kontekstual.

(1)

Saputri, Theresia Mega Wulan. 2015. “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Sub Tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk Kelas II SD Dengan Pendekatan Kontekstual.”Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya keprihatinan mengenai masalah yang dihadapi guru terkait Kurikulum 2013. Potensi dan masalah didapat peneliti dari hasil angket pada 24 guru di tujuh SD mitra. Masalah yang dihadapi guru berkaitan dengan kesulitan melakukan penilaian sikap (KI 1 dan KI 2) dan penilaian keterampilan (KI 4) karena tidak ada deskriptornya, seta kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran karena tidak ada rubrik penilaiannya (KI 3). Oleh sebab itu, peneliti terdorong mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran

Kurikulum 2013 pada sub tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan

kontekstual.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Peneliti menggunakan prosedur pengembangan dari Borg dan Gall (1989) yang disederhanakan menjadi 6 langkah, yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) uji validasi produk, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, kuesioner dan observasi. Hasil validasi dari prototipe perangkat pembelajaran yang disusun mendapatkan skor rerata

3,48 yang termasuk dalam kategori “baik” karena memuat deskriptor untuk menilai KI 1, KI 2, dan KI 4;

serta menyajikan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan kontekstual beserta rubrik penilaian ranah kognitif (KI 3).

Hasil uji coba yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa prototipe perangkat pembelajaran yang disusun dapat membantu guru untuk menilai KI 1, KI 2, KI3 dan KI 4; serta memiliki contoh perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dan kontekstual.


(2)

Saputri, Theresia Mega Wulan. 2015. The Propotype Development of Curriculum 2013 Leraning Instrument Sub Theme “My Extracurricular Activity” for the Second Graders of Elementary School With Contextual Approach. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program, Teachers Training Faculty, Sanata Dharma University.

This research is a development that starts from the concern about the problems faced by teachers related to curriculum, 2013. Potential and problems derived from the results of a questionnaire research on 24 teachers in seven primary partner. Problems that teachers face difficulties associated with assessing the attitude (KI 1 and KI 2) and skills assessment (KI 4) because there is no descriptor, and difficulty in developing learning tools because there is no assessment rubric (KI 3) therefore, researchers are encouraged to develop a prototype device learning curriculum in 2013 on sub theme “My Extracurricular Activity” for class II with

This type of research is the Research and Development (R & D). This study uses a procedure development of Borg and Gall (1989) which reduces to 6 steps: 1) potential and problems, 2) data collection, 3) products design, 4) product validity, 5) revision of the design, 6) test product. The instruments used in this research were interviews, questionnairs, and observations. Results of the validation of the prototype devices were arranged learning gain mean score of 3.48 are included in the category of "good" from the preparation of descriptors to assess KI 1, KI 2, and KI 4; and presents a learning device using a contextual approach and its scientific and cognitive assessment rubric (KI 3).

The results of trials conducted by researchers showed that the prototype device stacking researchers learning can help teachers to assess KI 1, KI 2,KI 3 and KI 4; and has examples of the learning curriculum 2013 that uses scientificand contextual approach.


(3)

i

PENGEMBANGAN PROTOTYPE PERANGKAT PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 SUB TEMA “KEGIATAN EKSTRAKURIKULERKU”

UNTUK SISWA KELAS II SD DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Theresia Mega Wulan Saputri NIM: 111134041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

yang selalu memberikan berkat dan rahmatNya sehingga penelitian dan

tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Dosen-dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang dengan sabar

membimbing dan memberi saran maupun masukan selama ini.

Keluarga Besar

Kedua orang tua tercinta Albertus Suhendra dan Bernadetta Sri Lestari

serta kakak Cicilia Wahyu Riana Dewi beserta suami yang selalu

menjadi penyemangat dan inspirasi dalam kehidupan saya.

Teman yang istimewa Muhammad Abdul Rochim yang tidak pernah

lelah memberikan dukungan, semangat dan motivasi.

Sahabat-sabahat terkasih yang selalu mendampingi disaat susah maupun senang

Yovita, Hetty, Maya, Natalia, Anjar, Diana, Agatha .

Almamater dan seluruh keluarga besar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(7)

v

MOTTO

Berjalanlah terus menatap masa depan, tanpa melupakan masa lalu, sebab masa

depan tak akan pernah terbentuk seperti saat ini tanpa adanya masa lalu yang

penuh dengan proses dan

perjuangan….

(Theresia Mega Wulan Saputri)


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

Saputri, Theresia Mega Wulan. 2015. “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Sub Tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk Kelas II SD Dengan Pendekatan Kontekstual.”Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya keprihatinan mengenai masalah yang dihadapi guru terkait Kurikulum 2013.Potensi dan masalah didapat peneliti dari hasil angket pada 24 guru di tujuh SD mitra. Masalah yang dihadapi guru berkaitan dengan kesulitan melakukan penilaian sikap (KI 1 dan KI 2) dan penilaian keterampilan (KI 4) karena tidak ada deskriptornya, seta kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran karena tidak ada rubrik penilaiannya (KI 3). Oleh sebab itu, peneliti terdorong mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada sub tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan kontekstual.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Peneliti menggunakan prosedur pengembangan dari Borg dan Gall (1989) yang disederhanakan menjadi 6 langkah, yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) uji validasi produk, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, kuesioner dan observasi. Hasil validasi dari prototipe perangkat pembelajaran yang disusun mendapatkan skor rerata 3,48 yang termasuk dalam kategori “baik” karena memuat deskriptor untuk menilai KI 1, KI 2, dan KI 4; serta menyajikan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan kontekstual beserta rubrik penilaian ranah kognitif (KI 3).

Hasil uji coba yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa prototipe perangkat pembelajaran yang disusun dapat membantu guru untuk menilai KI 1, KI 2, KI3 dan KI 4; serta memiliki contoh perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dan kontekstual.

Kata Kunci: Research and Development (R&D), perangkat pembelajaran, kurikulum 2013.


(11)

ix ABSTRACT

Saputri, Theresia Mega Wulan. 2015. The Propotype Development of Curriculum 2013

Leraning Instrument Sub Theme “My Extracurricular Activity” for the Second

Graders of Elementary School With Contextual Approach. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program, Teachers Training Faculty, Sanata Dharma University.

This research is a development that starts from the concern about the problems faced by teachers related to curriculum, 2013. Potential and problems derived from the results of a questionnaire research on 24 teachers in seven primary partner. Problems that teachers face difficulties associated with assessing the attitude (KI 1 and KI 2) and skills assessment (KI 4) because there is no descriptor, and difficulty in developing learning tools because there is no assessment rubric (KI 3) therefore, researchers are

encouraged to develop a prototype device learning curriculum in 2013 on sub theme “My Extracurricular Activity” for class II with

This type of research is the Research and Development (R & D). This study uses a procedure development of Borg and Gall (1989) which reduces to 6 steps: 1) potential and problems, 2) data collection, 3) products design, 4) product validity, 5) revision of the design, 6) test product. The instruments used in this research were interviews, questionnairs, and observations. Results of the validation of the prototype devices were arranged learning gain mean score of 3.48 are included in the category of "good" from the preparation of descriptors to assess KI 1, KI 2, and KI 4; and presents a learning device using a contextual approach and its scientific and cognitive assessment rubric (KI 3).

The results of trials conducted by researchers showed that the prototype device stacking researchers learning can help teachers to assess KI 1, KI 2,KI 3 and KI 4; and has examples of the learning curriculum 2013 that uses scientificand contextual approach.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala berkat dan karuniaNya yang begitu melimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skipsi yang berjudul

“PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN

KURIKULUM 2013 SUB TEMA KEGIATAN EKSTRAKURIKULERKU UNTUK KELAS II SD DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL” sesuai waktu yang ditentukan. Tidak lupa peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih kepadapihak-pihak yang telah membantu selama poses penyusunan skipsi ini. Ucapan terimakasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., sebagai Kaprodi PGSD. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.,sebagai Wakaprodi PGSD.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum.,sebagai Dosen pembimbing I yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi dan produk berupa perangkat pembelajaran ini.

5. IrineKurniastuti, S.Psi., M.Psi., sebagai Dosen pembimbing II yang telah membimbing dalam penyusun skripsi dan produk berupa perangkat pembelajaran ini.

6. Para validator dalam penelitian ini yang telah membantu peneliti dalam memvalidasi produk berbasis Kurikulum 2013.

7. Ari Handayani, S.Pd.,sebagai kepalasekolah SD Kanisius Tegalmulyo yang telahmemberikanizin pada peneliti untuk melakukan penelitian. 8. Siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo yang telah berpartisipasi dalam

proses penelitian ini.

9. Albertus Suhendra dan Bernadeta Sri Lestari (Orang tua), Cicilia Wahyu Riana Dewi dan Cahyono Eko (kakak) yang selalu memberikan dukungan kepada peneliti.


(13)

xi

10.Sahabat sahabat: Yovita, Maya, Diana, Natalia, Agatha, Anjar, dan Hetty. 11.Semua teman yang tergabung dalam penelitian kolaboratif dan

teman-teman kelas C angkatan 2011 yang telah memberikan semangat dan dukungan selama ini.

12.Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penulisan skripsi yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan.Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi tentang menerapkan Kurikulum 2013.

Yogyakarta, 7 September 2015 Peneliti,


(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Batasan Masalah... 4

1.3Rumusan Masalah ... 4


(15)

xiii

1.5Manfaat Penelitian ... 5

1.6Definisi Operasional... 6

1.7Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

BAB II METODE PENELITIAN 2.1Kajian Teori ... 8

2.1.1Kurikulum 20123 ... 8

2.1.1.1 Pengertian, Keunggulan, dan Tujuan Kurikulum 2013 ... 8

2.1.1.2 Kekhasan Kurikulum 2013 ... 10

2.1.2 Pendidikan Karakter ... 15

2.1.2.1 Pengertian Pendidikan ... 15

2.1.2.2 Kekhasan Karakter ... 16

2.1.2.3 Pengertian Pendidikan Karakter ... 17

2.1.3 Tematik Integratif... 18

2.1.3.1 Saintifik ... 21

2.1.3.2 Model Pembelajaran Tematik yang Digunakan Pada Kurikulum 2013 ... 22

2.1.3.3 Prinsip-prinsip Dalam Tematik Integratif ... 23

2.1.4 Pendekatan Kontekstual ... 24

2.1.4.1 Komponen Pendekatan Kontekstual ... 26

2.1.5 Karakteristik Siswa Kelas II SD ... 31

2.1.6 Sub Tema “Kegiatan Ekstrakurikuler” Kurikulum 2013 ... 33

2.1.6.1 Sikap yang Terkait ... 35

2.1.7 Perangkat Pembelajaran ... 38


(16)

xiv

2.1.7.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 39

2.2 Penelitian yang Relevan ... 42

2.3 Kerangka Berpikir ... 46

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 50

3.2Setting Penelitian ... 51

3.3Prosedur Pengembangan ... 52

3.3.1 Potensi dan Masalah ... 54

3.3.2 Pengumpulan Data ... 54

3.3.3 Desai Produk ... 54

3.3.4 Validasi Dosen ... 55

3.3.5 Revisi Desain ... 55

3.3.6 Uji Coba Produk ... 56

3.4Uji Validasi Produk ... 56

3.5Instrumen Penelitian Uji Validasi Produk... 56

3.5.1 Kisi-kisi Lembar Wawancara ... 57

3.5.2 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 58

3.5.3 Kisi-kisi Lembar Pengamata ... 59

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.7 Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Proses Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran ... 65

4.1.1.1 Potensi dan Masalah ... 65

4.1.1.2 Deskripsi Produk Awal ... 69

4.1.1.3 Data Validasi Lapangandan Revisi Produk ... 74

4.1.1.4 Hasil Penilaian Peserta Didik ... 77


(17)

xv

4.1.2 Kualitas Prototipe Perangkat Pembelajaran ... 82

4.1.2.1 Analisis Data Penilaian Pakar Kurikulum I ... 83

4.1.2.2 Analisis Data Penilaian Pakar Kurikulum II ... 86

4.1.2.3 Analisis Data Penilaian Pakar Kurikulum III ... 88

4.2 Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan ... 100

5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 102

5.3 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN ... 108


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Pra Penelitian ... 57

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Pasca Penelitian ... 57

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 58

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 59

Tabel 3.5 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima .... 61

Tabel 3.6 Kriteria Skor Skala Lima ... 64

Tabel 4.1 Hasil Rekapan Angket Terhadap Guru ... 67

Tabel 4.2 Data Hasil Angket Pasca Uji Coba ... 75

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Sikap... 77

Tabel 4.4 Penilaian Anekdot ... 79

Tabel 4.5 Rekapitulasi Penilaian Evaluasi ... 80

Tabel 4.6 Hasil Validasi Dosen ... 83

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Validasi Guru ... 86

Tabel 4.8 Hasil Validasi Kepala Sekolah ... 89


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan ... 46

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Sugiyono ... 52

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Digunakan Peneliti ... 53

Gambar 4.1 Siswa Maju Menceritakan Hasil Pekerjaan Kelompok ... 94

Gambar 4.2 Hasil Penilaian Sikap Percaya Diri ... 95

Gambar 4.3 Hasil Penilaian Sikap Percaya Diri ... 96

Gambar 4.4 Hasil Penilaian Sikap Percaya Diri ... 96

Gambar 4.5 Hasil Penilaian Sikap Percaya Diri ... 97


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Survei Kebutuhan ... 109

Lampiran 2 Angket Analisis Guru ... 112

Lampiran 3 Validasi Guru ... 152

Lampiran 4 Validasi Dosen ... 170

Lampiran 5 Validasi Kepala Sekolah ... 173

Lampiran 6 Angket Pasca Penelitian ... 177

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 181

Lampiran 8 Surat Bukti Penelitian ... 182

Lampiran 9 Foto ... 183


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini dilaksanakan pada saat diterapkannya Kurikulum 2013 sebagai pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Kurikulum 2013 mencakup tiga ranah kompetensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.Selain penekanan pada ketigaranah tersebut, Kurikulum 2013 memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh kurikulum sebelumnya yaitu pendidikan karakter.Karakter yang baik terdiri dari hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik (Lickona, 2012:82).Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 dikemas secara inovatif dan menarik melalui berbagai kegiatan pada setiap pelajarannya. Kegiatan pembelajaran tentunya akan berjalan dengan maksimal dengan adanya pendekatan yang tepat.

Pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik dan pendekatan tematik integratif.Menurut Ridwan (2014:53) berdasarkan teori Dyer, dalam pendekatan saintifik memuat 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan tematik integratif, merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggabungkan beberapa kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam


(22)

2

sebuah tema (Majid, 2014:86). Kekhasan dari Kurikulum 2013 tersebut diharapkan dapat menghasilkan individu yang berkualitas. Hal itu tentunya tidak lepas dari standar ketetapan yang telah diputuskan oleh pemerintah untuk mengetahui keberhasilan suatu proses pendidikan. Standar ketetapan pemerintah tersebut disusun dalam Standar Kompetensi Kelulusan (SKL).

Dalam Kurikulum 2013, Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) dirumuskan ke dalam tiga domain, yaitu: (1) sikap dan perilaku (menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, mengamalkan); (2) keterampilan (mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta); dan (3) pengetahuan (mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi). Berdasarkan SKL tersebut, dirumuskan Kompetensi Inti (KI) dan dari KI ini diturunkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti tersebut meliputi: Kompetensi Inti 1 tentang sikap spiritual, Kompetensi Inti 2 tentang sikap sosial, Kompetensi Inti 3 tentang pengetahuan dan Kompetensi Inti 4 tentang keterampilan.

Pada saat peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL), peneliti melakukan observasi di kelas II SD Kanisius Tegalmulyo, ternyata guru belum menggunakan RPP sesuai format Kurikulum 2013. Selain itu, guru juga tidak melakukan penilaian yang berkaitan dengan sikap spiritual (KI-1), sikap sosial (KI-2) dan keterampilan (KI-4).

Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru berkaitan dengan penerapan Kurikulum 2013, maka peneliti memberikan angket pada 24 guru (guru kelas I, II, III dan IV) di tujuh SD mitra PGSD. yaitu SD Kanisius Tegalmulyo, SD Kanisius Kintelan I, SD Kanisius Totogan, SD Bopkri Minggir, SD Negeri


(23)

3

Tegalharjo, SD Negeri Selomulyo, dan SD Negeri Plaosan I.Angket diberikan pada guru pada tanggal 10 Oktober 2014.

Peneliti mendapatkan data dari hasil angket sebagai berikut: 75% guru mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian sikap (KI-1 dan KI-2) kepada siswa; 62,5% guru mengalami kesulitan ketika melakukan penilaian keterampilan (KI-4); 62,5% guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran, dan 58,33% guru mengalami kesulitan ketika melakukan penilaian terhadap siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan angket, peneliti terdorong melakukan penelitian pengembangan berupa prototipe. Jenis penelitian ini merupakan Research and Development (R&D) dengan judul: “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II Subtema Kegiatan Ekstrakurikulerku di SD Dengan Pendekatan Kontekstual”. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dan produk berupa prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 yang difokuskan untuk siswa kelas II SD pada sub tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku”.

Perangkat pembelajaran yang disusun ini menggunakan pendekatan saintifik dan tematik integratif sesuai dengan isi dari Kurikulum 2013, tetapi peneliti mencoba mengkolaborasikannya dengan pendekatan kontekstual.Hal ini dilakukan supaya lebih memudahkan guru dan siswa dalam mempelajari materi karena dekat dalam kehidupan sehari-hari.


(24)

4

1.2 Batasan Masalah

Peneliti membatasi permasalahan, yaitu Tema 4 Sub Tema 2 “Kegiatan Ekstrakurikulerku” di kelas II SD dengan pendekatan kontekstual.

1.3 Rumusan Masalah

a) Bagaimanakah mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 Subtema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan kontekstual yang layak digunakan?

b) Bagaimana kualitas produk pengembangan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 Subtema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan kontekstual yang layak digunakan?

1.4 Tujuan Penelitian

a) Untuk mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 Subtema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan kontekstual yang layak digunakan?

b) Untuk mendeskripsikan kualitas produk prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 Subtema “Kegiatan


(25)

5

Ekstrakurikulerku”ntuk siswa kelas II SD dengan pendekatan kontekstual yang layak di

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian pengembangan ini adalah:

a) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengembangan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 kelas II Subtema 2 “Kegiatan Ekstrakurikulerku” dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

b) Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian pengembangan ini adalah: a. Bagi Guru

1) Guru dapat memiliki contoh perangkat pembelajaran yang berbasis kurikulum 2013.

2) Guru dapat mengetahui langkah dalam mendesain perangkat pembelajaran secara mandiri.

3) Guru memiliki deskriptor untuk melakukan penilaian KI-1, KI-2 dan KI-4.


(26)

6 b. Bagi Siswa

1) Siswa dapat mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dan pendekatan kontekstual.

2) Siswa dapat belajar dengan menerapkan tahap 5M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengasosiasikan).

c. Bagi Sekolah

Sekolah memiliki model rancangan pembelajaran Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dan pendekatan kontekstual.

1.6 Definisi Operasional

a) Prototipe adalah hasil pembuatan model atau produk sederhana berupa gambaran dasar tentang program serta melakukan pengujian awal supaya dapat mengetahui kualitasnya dan dibuat lebih banyak.

b) Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sengaja dikembangkan untuk membentuk karakter siswa agar memiliki kekhasan dengan melalui empat Kompetensi Inti, yaitu 1 dan 2 (olah hati), KI-3 (olah pikiran) serta KI-4 (olah raga dan karsa).

c) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran


(27)

7

untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

d) Sub tema “Kegiatan Ekstrakurikuler” untuk kelas II SD terdiri dari lima pembelajaran yang terkait, yaitu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya (SBDP).

e) Siswa kelas II Sekolah Dasar merupakan masa perkembangan anak dalam tahap operasional konkret yang dicirikan dengan kemampuan siswa untuk menalar melalui sesuatu yang konkret atau nyata. Siswa dalam tahap ini berada pada kisaran umur 7-8 tahun.

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut :

a) Prototipe perangkat pembelajaran disusun berdasarkan Kurikulum 2013 pada kelas II Sub tema Kegiatan Ekstrakurikulerku.

b) Prototipe perangkat pembelajaran terdiri dari 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dengan pendekatan tematik integratif.

c) Prototipe perangkat pembelajaran disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik danpendekatan kontekstual berikut dengan rubrik penilaiannya (KI-3).


(28)

8

d) Prototipe perangkat pembelajaran disusun dengan rubrik penilaian yang memuat deskriptor untuk menilai KI-1 (bersyukur), KI-2 (percaya diri, teliti dan santun), dan KI-4 (membaca lancar).


(29)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II berisi uraian kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis tindakan.Keempat hal tersebut dipaparkan secara berurutan sebagai berikut.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kurikulum 2013

2.1.1.1 Pengertian, Keunggulan dan Tujuan Kurikulum 2013

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat (Hamalik, 2007).

Kurikulum 2013 sendiri diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Kurikulum2013 adalah langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Sani,


(30)

10

2014: 32-45). Hal tersebut dapat diartikan bahwa Kurikulum 2013 adalah bentuk kurikulum baru yang mengadopsi kurikulum sebelumnya dengan berlandaskan pada gabungan kompetensi utama yang dijadikan sebagai tujuan pembelajaran.

Kurikulum 2013 ini menganut pendekatan terintegrasi melalui pendekatan tematik, maka dalam proses pembelajarannya kurikulum ini mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memiliki kompetensi dan harus dipahami siswa. Kompetensi ini adalah keunggulan dari Kurikulum 2013, yang meliputi Kompetensi Inti 1 dan 2 (sikap), Kompetensi Inti 3 (pengetahuan, dan Kompetensi Inti 4 (keterampilan).Tujuan Kurikulum 2013 sudah dapat terlihat dari kompetensi yang ada, yaitu ingin membentuk karakter siswa.

Adapun keunggulan Kurikulum 2013 menurut Mulyoto (2013)adalah (1) siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam pemecahan masalah. (2) Penilaian didapat dari semua aspek. Pengambilan nilai siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain lain. (3) Ada pengembangan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. (4)Kurikulum berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. (5) Kompetensi menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. (6) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan). (7) Kurikulum 2013 tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Untuk tingkat SD, penerapan sikap masih dalam ruang lingkup lingkungan sekitar.


(31)

11

(8) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional). (9) Menuntut adanya remediasi secara berkala. (10) Tidak memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia. (11) Sifat pembelajaran kontekstual. (12) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal. (14) Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan scientific secara benar.

Berdasarkan uraian dari pengertian, keunggulan dan tujuan Kurikulum 2013 di atas, nampak jelas bahwa proses yang ada di dalam pembelajarannya memiliki perbedaan yang signifikan dari KTSP. Kurikulum tersebut mengedepankan proses keaktifan siswa dengan tematik integratif, yang telah menjadi kekhasan dari Kurikulum 2013.

2.1.1.2Kekhasan Kurikulum 2013

Terdapat dua kekhasan yang dimiliki Kurikulum 2013 yaitu pada rumusan tujuannya dan pendekatan saintifik. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih rinci kedua kekhasan tersebut.


(32)

12 2.1.1.2.1 Rumusan Tujuan

Rumusan Kompetensi inti menggunakan susunan berikut ini: Kompetensi Inti1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual, Kompetensi Inti2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial, Kompetensi Inti3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, Kompetensi Inti4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut, pertama adalah KI-1 yang meliputi sikap menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.Kedua adalah KI-2 meliputi sikap yang menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. Ketigaadalah KI-3 yang meliputi pemahaman pengetahuan faktual denagn cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.Keempat adalah KI-4 yang meliputi penyajian pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

2.1.1.2.2 Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan


(33)

13

melalui metode ilmiah.Pendekatan saintifik pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data (Sani, 2014: 50).Hal tersebut menunjukkan bahwa pendekatan saintifik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali informasi dan pengetahuan berdasarkan hasil pengamatannya sendiri.

Pembelajaran dengan integrasi ilmiah pada dasarnya merupakan kegiatan inkuiri. Inkuiri adalah proses berfikir untuk memahami tentang sesuatu dengan mengajukan pertanyaan. Sani (2014:53-71) menyatakan bahwa untuk membentuk keterampilan yang inovatif kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati (observasi), menanya, mencoba, menalar (mengasosiasi/ menghubungkan), dan mengkomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode, teknik, maupun taktik yang digunakan. Berikut akan dijabarkan masing-masing pengalaman belajar.

Pertama, mengamati (observasi).Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, siswa senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A/2013, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan


(34)

14

membaca. Guru memfasilitasisiswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

Kedua, menanya.Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.Dari situasi di mana siswa dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan.Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa.Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati


(35)

15

(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Ketiga, mencoba.Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada bidang studi matematika, misalnya,siswa harus memahami konsep-konsep matematika dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba ini dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Keempat, menalar.Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi siswa harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.


(36)

16

Kelima, mengkomunikasikan. Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pendekatan saintifik memiliki ciri khusus dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Kelima aktivitas yang disebut 5M di atas, bertujuan untuk dapat mengasah karakter setiapsiswa.Oleh sebab itu, Kurikulum 2013 sering disebut dengan kurikulum pendidikan karakter.

2.1.2 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter ini akan membahas tentang pengertian pendidikan, pengertian karakter, pengertian pendidikan karakter.

2.1.2.2Pengertian Pendidikan

Menurut Undang-undang No.22 tahun 2003 tentang Sistem Pendidian nasional, pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,


(37)

17

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal tersebut mengartikan bahwa pendidikan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk melakukan pembentukan diri dengan melalui proses yang berkesinambungan secara terencana. Melalui pendidikan, seseorang akan dibantu dalam memahami sesuatu hingga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2.3Pengertian Karakter

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein, yang berarti to engrave atau mengukir (memahat).Menurut Lickona dalam Kemendiknas (2011:11), karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior).Berdasarkan ketiga komponen tersebut, dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik itu didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1976: 445) menyatakan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan. Seturut dengan pengertian tersebut, Maksudin (2013:3) mendifinisikan karakter sebagai ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati dirinya, yangmerupakan sari pati kualitas batiniah/rohaniah, cara berfikir, caraberperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.


(38)

18

Pengertian yang mendukung kembali disampaikan oleh Asmani (2012: 28), yaitu menganggap karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristikatau gaya atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Oleh karena itu, karakter seseorang dapat dibentuk, salah satunya dari proses pembelajaran di sekolah dan pembentukan karakter akan lebih baik jika dilakukan sejak dini.

Zainal (2011)menambahkan bahwa yang dimaksud dengan karakter adalah ciri atau karakteristik yang seseorang miliki sebagai kepribadian positif yang menjadikan acuan dalam bertindak untuk kepentingan pribadi maupun sosial.Karakter seseorang dapat dibentuk oleh lingkungannya dan melalui orang yang berada dilingkungannya. Jadi, pembentukan karakter hendaknya dilakukan sejak dini agar karakter yang terbentuk akan lebih matang dan mendalam.

Berdasarkan pemaparan beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter adalah proses mengukir (memahat) kepribadian sesorang sehingga dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dalam aspek afektif (1 dan KI-2), aspek kognitif (KI-3), dan aspek psikomotoriknya (KI-4).

2.1.2.4Pengertian Pendidikan Karakter

Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.


(39)

19

Menurut Narwanti (2011:14) pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.Mendukung pernyataan diatas, Khan dalam Asmani (2012: 86) menyatakan bahwa pendidikan karakter ini mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan bangsa. Tujuannya adalah untuk membentuk kepribadian anak supaya menjadi manusia yang baik.Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang tujuannya untuk membina kepribadian generasi muda bangsa.

Berdasarkan uraian di atas, nampak jelas jika Kurikulum 2013 berupaya mendidik karakter siswa.Aktivitas 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengkomunikasikan) dalam Kurikulum 2013 sesuai dengan pengertian pendidikan karakter yang bertujuan mengasah sikap atau afektif (KI-1 dan KI-2), olah pikir atau kognitif (KI-3), dan keterampilan atau psikomotorik (KI-4) siswa. Itu semua dapat dilihat dari proses pembelajaran di kelas yang berbasis tematik integratif.

2.1.3 Tematik Integratif

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian terwujud dalam dua hal, yakni: (1) integrasi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam proses pembelajaran; dan (2) integrasi


(40)

20

berbagai konsep dasar yang terkait. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga siswa tidak belajar konsep dasar secara parsial.Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada siswa seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.

Dalam pembelajaran tematik terpadu (integratif), tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III keduanya (alam dan kehidupan manusia) merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Seni Budaya dan Prakarya.

Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembela jaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga siswa tidak belajar konsep dasar secara satu per satu.Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada siswa seperti tercermin pada berbagai tema.Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Seni-Budaya dan


(41)

21

Prakarya.. Di sinilah Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang psikologis, siswa belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak.Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik.

Sejalan dengan pendekatan yang dianutnya, isi kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar (SD) menggunakan tema sebagai perekat berbagai bidang studi (Sudayana, 2014: 26). Pembelajaran tematik merupakan bagian dari pembelajaran terpadu.Keduanya menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema tertentu.Membenarkan hal tersebut, Trianto (2010: 154) mendefinisikan pembelajaran terpadu sebagai suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Pembelajaran terpadu tidak menyajikan mata pelajaran secara terpisah, melainkan mengemas beberapa pelajaran ke dalam satu topik atau tema tertentu yang berkaitan dengan pengalaman siswa.

Majid (2014: 119) menjelaskan pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep, atau pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi, sehingga memberikan pengalaman langsung bagi siswa secara


(42)

22

bermakna.Pengalaman tersebut dikatakan bermakna karena siswa dapat menghubungkan pembelajarandengan pengalaman siswa sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas,dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik itegratif adalah suatu pendekatan belajar yang memadukan/ mengaitkan antar bidang studi dalam satu tema tertentu tanpa memperlihatkan adanya penggabungan antar mata pelajaran, serta mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga memberikan kebermaknaan dalam diri siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

2.1.3.1 Saintifik

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013 adalah untuk penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi, yaitu dengan pendekatan saintifik. Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan saintifik (meliputi: mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengasosiasikan untuk semua mata pelajaran) (Sudarwan, 2013).

Komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan scientific (Mc Collum: 2009), yaitu:

a) Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (foster a sense of wonder),

b) Meningkatkan keterampilan mengamati (encourage observation), c) Melakukan analisis ( push for analysis) dan


(43)

23

2.1.3.2 Model Pembelajaran Tematik yang Digunakan pada Kurikulum 2013

a) Model Hubungan/terkait (Connected model)

Pada model pembelajaran ini ciri utamanya adalah adanya upaya untuk menghubungkan beberapa materi (bahan kajian) ke dalam satu disiplin ilmu. Sebuah model penyajian yang menghubungkan materi satu dengan materi yang lain. Menghubungkan tugas/keterampilan yang satu dengan tugas/ketrampilan yang lain. Keunggulan model ini, siswa memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang sebuah konsep, sehingga transfer pengetahuan lebih mudah dilakukan karena konsep pokok dikembangkan secara terus menerus.

b)Model Jaring laba-laba (Webbed model)

Model pembelajaran ini diawali dengan pemilihan tema. Setelah tema ditentukan dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan keterkaitannya antar mata pelajaran. Aktivitas belajar siswa direncanakan berdasarkan sub-sub tema yang sudah ditentukan. Keuntungan model pembelajaran ini bagi siswa adalah diperolehnya pandangan secara utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda.

c) Model Terpadu (Integrated model)

Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran yang dipadukan.Beberapa mata pelajaran dicari konsep, sikap, dan ketrampilan


(44)

24

yang tumpang tindih dipadukan menjadi satu. Kegiatan guru pertama menyeleksi konsep, nilai-nilai dan ketrampilan yang memiliki keterkaitan erat satu sama lain dari berbagai mata pelajaran. Keuntungan model pembelajaran ini bagi siswaadalah lebih mudah mengaitkan materi pembelajaran dari berbagai mata pelajaran.Model inilah yang dikembangkan sebagai pembelajaran tematik terpadu di Kurikulum 2013.

2.1.3.2 Prinsip-prinsip Dalam Tematik Integratif

Prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran tematik integratif adalah :

a) Guru tidak bersikap otoriter dan berperan sebagai single actor yang mendominasi proses pembelajaran.

b)Pemberian tanggungjawab terhadap individu dan kelompok harus jelas dan mempertimbangkan kerja sama kelompok.

c) Guru bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang muncul saat proses pembelajaran yang di luar perencanaan.

d)Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping penilaian lain. Penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik yang meliputi lima domain yaitu: konsep, proses, aplikasi, kreativitas, dan sikap.


(45)

25 2.1.4 Pendekatan Kontekstual

Menurut Nurhadi (2005:5) pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan ketujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu kontruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya. Suherman (2003:3) menyatakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang mengambil (menstimulasikan, menceritakan berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat kedalam konsep yang dibahas.

Istiqomah (2009:30) menyampaikan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konsektual memberikan penekanan pada penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi dan data dari berbagai sumber.

Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan


(46)

26

dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran dalam kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswadengan konteks materi tersebut digunakan, serta hubungan bagaimana seseorang belajar atau cara siswa belajar.

Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya upaya membuat belajar lebih mudah, sederhana, bermakna dan menyenangkan agar siswa mudah menerima ide, gagasan, mudah memahami permasalahan dan pengetahuan serta dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya secara aktif, kreatif dan produktif.Untuk mencapai usaha tersebut segala komponen pembelajaran harus dipertimbangkan termasuk pendekatan kontekstual.

Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan kontekstual lebih menekankan pada authentic assesmen yang diperoleh dari berbagai kegiatan. Alwasih (2002:289) berpendapat bahwa keuntungan penilaian autentik bagi siswa antara lain: (1) mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka; (2) mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, mengani teknologi, dan berfikir secara sistematis; (3) menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dan masyarakat luas; (4) mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan menghubungkan sebab akibat; (5) menerima tanggung jawab dan membuat pilihan; (6) berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan


(47)

27

tugas; dan (7) belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri. Jenis penilaian autentik yaitu portofolio, pengukuran kinerja, proyek, dan jawaban tertulis secara lengkap.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwapendekatan kontekstual ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Tugas guru dalam pendekatan kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Pendekatan kontekstual ini perlu diterapkan mengingat bahwa selama ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapalkan.Dalam hal ini fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan belajar dengan cara mengalami sendiri bukan menghafal.

2.1.4.1Komponen Pendekatan Kontekstual

Komponen pendekatan kontekstual di Sekolah Dasar, pada prinsipnya menerapkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif (Nurhadi, 2009: 9). Ketujuh komponen tersebut :


(48)

28 a) Kontruktivisme (Contructivision)

Kontruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir atau filosofi model pembelajaran kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas atau sempit dan tidak secara tiba-tiba.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang sipa untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengatahuan itu dan member makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi ini menjadi milik mereka sendiri. Berdasarkan hal ini, maka pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.

b) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan model pembelajaran kontekstual.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inquiry adalah (1) Observasi (Observation), (2) Bertanya (Questioning), (3) Mengajukan dugaan (Hipothesis), (4) Pengumpulan data (Data gathering), (5) Penyimpulan


(49)

29

(Conclusion). Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah : (1) merumuskan masalah, (2) melakukan observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lainnya.

c) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, selalu bermula dari bertanya, karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk (1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademik, (2) mengecek pemahan siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4) mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu kepada yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semuanya adalah anggota masyarakat belajar.


(50)

30 e) Pemodelan (Modeling)

Komponen model pembelajaran selanjutnya adalah pemodelan.Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bias ditiru. Model itu memberi peluang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas, misalnya cara menemukan kata kunci dalam bacaan. Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan cara menelusuri bacaan secara cepat, dengan memanfaatkan gerak mata (scanning). Secara sederhana, kegiatan ini disebut pemodelan. Guru berperan sebagai model yang bias ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci.

f) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.Pada akhir pelajaran, refleksi dapat dilakukan melalui pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh hari itu, catatan atau jurnal di buku siswa, diskusi, kesan, dan saran siswa menganai pembelajaran hari itu. Melalui refleksi, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya, serta berfungsi sebagai umpan balik.


(51)

31

g) Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan oleh guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengetahui keterlambatan dalam belajar, maka guru perlu segera bias mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari permasalahan. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka penilaian tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran atau akhir semester, seperti UAN atau UAS, tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pendekatan kontekstual, sebuah proses pembelajaran seharusnya (Blanchard, 2001) :

a) Menekankan pada pemecahan masalah (berbasis inquri),

b) Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai kontek seperti di rumah, masyarakat dan pekerjaan, c) Mengarahkan siswa agar dapat memonitor dan mengarahkan pembelajaran

mereka sendiri sehingga menjadi pembelajaran mandiri,

d) Mengaitkan pengajaran pada kontek kehidupan siswa yang berbeda-beda, e) Mendorong siswa untuk belajar dari sesame teman dan belajar bersama, f) Menerapkan penilaian autentik.


(52)

32 2.1.5 Karakteristik Siswa Kelas II SD

Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44). Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masayang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini sluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Mendukung pernyataan tersebut, Yusuf dan Sughandi (2001: 59) memaparkan bahwa pada usia SD anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang meliputi aspek fisik-motorik, bahasa, sosial, emosi dan intelektual. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa tugas perkembangan siswa Sekolah Dasar (Makmun, 1995:68), diantaranya: (a) mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari; (b) mengembangkan kata hati,moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai; (c) mencapai kebebasan pribadi; (d) mengembangkan sikap-sikap terhadapkelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial. Keterampilan yang dicapai diantaranya, yaitu social-help, skills dan play skill.

Social-help skills berguna untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan meja kursi. Keterampilan ini akan menambah perasaan harga diri dan


(53)

33

menjadikannya sebagai anak yang berguna, sehingga anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif). Dengan keterampilan ini pula, anak telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelamin, mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, mampu berbagi, dan mandiri.Sementara itu, play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan.Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat. Anak telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasitangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting(Soesilowindradini, 2004:116-119).

Usia kelas dua berada dalam tahap operasional konkret Piaget (dalam Suparno, 2001: 69-86). Piaget menjelaskan bahwa tahap ini dicirikan dengan adanya perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis dan anak sudah mulai mengerti proses transformasi (perubahan), sehingga anak mulai mampu dalam menalar suatu hal. Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi dalamempat tahapan, yakni sensorimotor, pra-operasional,operasi konkret dan operasi formal. Tiap-tiap tahap berkaitan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget semakin banyak informasi tidak membuat pikiran anak lebihmaju.Kualitas kemajuannya berbeda-beda.Sedangkan karakteristik siswa kelas II itu sendiri antara lain senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.


(54)

34

2.1.6 Sub Tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” Kurikulum 2013

Sub tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” merupakan sub tema ke dua dalam tema “Aku dan Sekolahku” pada semester ganjil di kelas II Sekolah Dasar. Sub tema ini menggunakan topik kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di sekolah. Topik tersebut dikaitkan dengan beberapa mata pelajaran yang ada, sampai jadilah sebuah materi yang siap diajarkan ke siswa.Dalam sub tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” terdapat tiga aspek yang dinilai yaitu aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.Aspek sikap pada Kompetensi Inti (KI) 1 adalah bersyukur.Pada KI 2 yaitu kerjasama, percaya diri, teliti dan santun.Pada KI 4 yaitu membaca lancar.

Untuk KI 1 yang dinilai adalah bersyukur.Bersyukur berarti mengucapkan terima kasih, menghitung berkat-berkat, memperhatikan keceriaan-keceriaan kecil, dan mengakui segala sesuatu yang diterima.Hal ini berarti belajar untuk menjalani hidup seolah-olah segala sesuatu adalah keajaiban, dan menyadari secara terus menerus berapa banyak anda telah diberi. Syukur berasal dari kata syukuran yang berarti mengingat akan segala nikmat-Nya. Menurut bahasa adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan (Ghafilin,2015).

Untuk KI 2 yang dinilai adalah percaya diri.Menurut Lauster (2012:4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas


(55)

35

perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya (Hakim , 2002:6). Hal ini bukan berarti bahwaindividu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakni mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinankuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yangtidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

Untuk KI 2 yang dinilai adalah teliti.Teliti berarti cermat dan seksama.Teliti identik dengan sikap hati-hati. Teliti adalah mengerjakan sesuatu dengan penuh perhatian dan hati-hati sehingga akan meminimalisasi kesalahan (Bukhari,2012).

Masih dalam KI 2 yang dinilai adalah santun.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia santun adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sopan, sabar; tenang.Atau bisa dikatakan cerminan psikomotorik (penerapan pengetahuan


(56)

36

sopan ke dalam suatu tindakan).Santun adalah pengetahuan yang berkaitan dengan penghormatan melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang baik, sesuai dengan tata krama; peradaban; kesusilaan.Perilaku santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari-hari masyarakat itu (Asmani, 2012:39).

Untuk KI 4 yang dinilai adalah membaca lancar.Membaca lancar adalah suatuproses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.kalau hal ii tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca lancar tidak terlaksana dengan baik (Guntur, 1979: 10)

2.1.6.1Sikap yang Terkait

Sikap yang terkait dalam penyusunan prototipe: 1. Bersyukur

Bersyukur adalah mengucap syukur, berterimakasih kepada Allah SWT (Qodratilah, 2011:521).Mendukung penjelasan tersebut, Salim dan Yenny (1991: 1497) mengartikan bersyukur sebagai berterima kasih, mengucap syukur.Jadi, bersyukur adalah segala bentuk ungkapan terima


(57)

37

kasih kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah diberikan.

2. Kerjasama

Kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah, dsb) untuk mencapai tujuan bersama (Poerwadarminta, 2008: 681). Mendukung pengertian tersebut, Sumarsono (2007: 554) mengartikan kerjasama sebagai melakukan atau melaksanakan suatu kegiatan tidak hanya sendiri tetapibersama orang lain yang berjumlah 2 orang (pihak) atau lebih. Hal tersebut berarti kerjasama selalu dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mewujudkan suatu kepentingan tertentu yang didasarkan atas keinginan bersama.

3. Percaya Diri

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadaminta, 1976: 736) mendefinisikan percaya diri sebagai anggapan (mengakui, yakin) bahwa memang benar (ada dsb). Pengertian lain menyebutkan bahwa percaya diri adalah kondisi mental dan psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak (Kurniasih, 2014: 72). Hal tersebut berarti percaya diri adalah sikap menghargai diri dengan cara menyadari kemampuan yang dimiliki dan bangga dengan semua hal yang dimilikinya tersebut.


(58)

38 4. Santun

Santun adalah sikap baik dalam pergaulan baik dalam berbahsa maupun bertingkah laku. Menurut Asmani (2012: 39), santun adalah sifat yang halus da baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya kepada seseorang. Pengertian tersebut diperkuat oleh Poerwadarminta (1976: 87) dengan mengartikan santun sebagai tingkah laku dan budi bahasa yang halus dan baik. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka santun dapat diartikan sebagai sikap yang lemah lembut dan menghargai orang lain dengan cara bertingkah laku sopan, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

5. Teliti

Qodratilah (2011: 542) mengartikan teliti sebagai cermat, seksama dan hati-hati. Pendapat yang lain mendefinisikan teliti sebagai cermat, seksama, dimatai dengan hati-hati, ingat-ingat (Poerwadaminta, 2008: 1427). Hal tersebut berarti bahwa teliti sangat erat dengan kecermatan seseorang dalam melakukan suatu hal dengan tidak tergesa-gesa, serta selalu tenang dalam mengolah pikiran dan tindakan.


(59)

39

2.1.7 Perangkat Pembelajaran

2.1.7.1 Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ bahan/ alat belajar. Sesuai perangkat yang disusun, silabus bertemakan “Aku dan Sekolahku” dan mencakup standar kompetensi seperti dibawah ini:

a) Sikap

Pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya

b)Keterampilan

Pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.

c) Pengetahuan

Pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban.

Komponen silabus Kurikulum 2013 adalah:

1. Identitas silabus

Nama sekolah, mata pelajaran atau tema, kelas adan semester. 2. Kompetensi inti


(60)

40

Merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan matapelajaran.

3. Kompetensi dasar

Merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.

4. Indikator

Merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5. Materi pokok

Bahan ajar yang akan digunakan sebagai materi. 6. Pembelajaran

Mencakup semua kegiatan pembelajaran yang berlangsung. 7. Penilaian

Berisi jenis/ teknik penilaian,bentuk instrument dan pedoman penskoran.

8. Alokasi waktu

Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD


(61)

41

jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai

9. Sumber belajar

Berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lainnya yang relevan.

2.1.7.1Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a) Pengertian RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dal am silabus. Maka ringkasnya RPP adalah rencana operasional kegiatan pembelajaran setiap atau beberapa KD dalam setiap tatap muka di kelas. Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu) Komptensi Dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

Komponen RPP

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi:

a. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar.

b. Perangkat penilaian pembelajaran. c. Skenario pembelajaran.


(62)

42 3. Bahan Ajar

Pengertian bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis.Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta suatu lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar. Menurut Panen (2001) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Andi,2011:16).

Dalam setiap pertemuan terdapat 2 sampai 5 mata pelajaran.Disetiap pertemuannya memiliki kekhasan materi masing-masing, salah satu contohnya adalah dalam suatu hari siswa diminta untuk mengobservasi secara langsung kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.Hal ini menimbulkan semangat siswa dalam belajar.

4. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran berisi tugas yang di dalamnya berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas.LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan demonstrasi (Trianto, 2007:73).


(63)

43

LKS Lembar Kegiatan Siswa merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar siswa dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri (Sutanto, 2009:1).Pengertian LKS yang dikemukakan oleh Badjo (1993:8) yaitu LKS ialah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah Kompetensi Inti (KI) 3 yaitu mencakup pengetahuan.

5. Rubrik Penilaian

Rubrik merupakan panduan penilaian yang menggambarkan kriteria yang diinginkan dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa.Rubrik perlu memuat daftar karakteristik yang diinginkan disertai panduan untuk mengevaluasi masing-masing karakteristik.

2.2 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti berikut dapat menjadi kajian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan terhadap penelitian yang dilaksanakan.

Cathlin (2013) meneliti tentang pengaruh kurikulum 2013 terhadap tingkat pemahaman siswa di salah satu SD yang berisi bahwa Kurikulum 2013 yang diterapkan mulai tahun 2013 adalah kurikulum yang bagus serta telah terbukti mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermoral dan berintelektual tinggi.


(64)

44

Sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju.Namun, dalam kenyataan, pengimplementasian kurikulum 2013 di Indonesia tidaklah berjalan dengan lancar.Dikarenakan keterbatasan pengetahuan mengenai kurikulum 2013 oleh peseta didik maupun pakar pendidik. Selain itu, karena kebiasaan diskusi, yang merupakan metode dasar kurikulum 2013 belum menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, maka pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi semakin terkendala.

Yusuf (2014) meneliti tentang pengembangan perangkat pembelajaran dengan mengimplementasikan model-model pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di salah satu SD, ditemukan hasil bahwa para penentu kebijakan untuk melatihkan kepada guru-guru tentang model-model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik, menekankan manfaat penggunaan model-model pembelajaran yang bervariatif seperti hasil temuan dalam penelitian ini. Guru hendaknya lebih memperhatikan karakter materi dan siswa dalam memilih model-model pembelajaran ini dalam proses pembelajaran.

Didik (2012) melakukan penilian tentang Penerapaan model pembelajaran CTL dalam peningkatan pembelajaran PKn di SD Negeri Madyogondo. Dalam penelitiannya, dapat disimpulkan sebagai berikut: Langkah-langkah penggunaan pendekatan kontekstual terdiri dari 7 langkah, yang setiap langkah terdiri dari beberapa kegiatan guru. Langkah-langkah tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism), (2) menemukan (Inquiry) , (3) bertanya (Questioning), (4) masyarakat belajar (Learning Community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian yang sebenarnya (Authentic). Penerapan model pembelajaran CTL yang sesuai dengan 7 komponen pembelajaran CTL yang


(65)

45

dapat meningkatanmotivasi dan hasil belajar siswa adalah dengan melaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah dengan skenario yang telah dibuat untuk menciptakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa menjadi tertarik terhadap pembelajaran yang nantinya berimbas pada motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila siswa sudah termotivasi maka secara tidak langsung berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh.Hal ini terlihat pada ketuntasan nilai siswa yang lebih dari 90% setelah diadakan tindakan siklus II. Berdasarkan simpulan tersebut, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti yaitu untuk guru, siswa, dan lembaga pendidikan, yaitu: (1) guru dalam melaksanakan KBM sebaiknya menggunakan berbagai macam model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya, agar siswa mampu mencapai ketuntasan belajar yang diharapakan, (2) siswa hendaknya dapat mengikuti pembelajaran secara aktif dan kreatif agar hasil yang dicapai sesuai dengan kemampuannya, (3) dalam proses pembelajaran, guru harus dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, (4) penelitian tindakan kelas ini perlu dilakukan pada subjek dan tempat penelitian yang berbeda untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan model pembelajaran CTLdalam pembelajaran PPKn di kelas I-IV Sekolah Dasar, (5) peneliti hendaknya lebih mengoptimalkan pelaksanaan model pembelajaran CTL yang lain dalam pelaksanaan pembelajaran PKKn agar tercipta pembelajaran yang lebih efektif.

Ketiga penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, karena mencakup aspek-aspek Kurikulum 2013.Dengan demikian dapat


(66)

46

disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki kesamaan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum 2013.Penelitian pengembangan yang dilakukan peneliti tidak hanya menggunakan pendekatan tematik integratif dan penilaiannya yang autentik saja, tetapi peneliti juga memasukkan konsep pendekatan saintifik yang di kaitkan dengan pendidikan karakter, sesuai Kurikulum 2013. Tidak hanya itu saja, peneliti juga mengkolaborasikan pendekatan kontekstual dengan cara memasukkan unsur-unsurnya dalam kegiatan pembelajarannya. Oleh sebab itu, peneliti mengacu 3 penelitian diatas sebagai pedoman dalam membuat penelitian dengan judul “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Sub Tema Kegiatan Ekstrakurikukerku Untuk Siswa Kelas II Dengan Pendekatan Kontekstual”. Berikut literatur map dari ketiga penelitian tersebut :


(1)

184

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

185

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

186

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

187

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

188

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

189

RIWAYAT PENELITI

Theresia Mega Wulan Saputri, lahir di Yogyakarta pada tanggal 21 Juli 1993. Beragama Khatolik dan bertempat tinggal di Nitipuran RT 10, Ngestiharjo, Kasihan Bantul, Yogyakarta.Mempunyai orang tua bernama Albertus Suhendra dan Bernadetta Sri Lestari, serta mempunyai saudara kandung perempuan bernama Cicilia Wahyu Riana Dewi.

Pendidikan dasar diawali tahun 1998 di TK Kanisius Wirobrajan I dan masuk SD tahun 1999 di SD Kanisius Wirobrajan I. Kemudian melanjutkan studi tingkat menengah pertama di SMP Negeri 11 Yogyakarta yang diselesaikan pada tahun 2008. Pendidikan atas diselesaikan di SMA Negeri Tirtonirmolo pada tahun 2011.Kemudian dilanjutkan kuliah di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Selama menempuh pendidikan di Sanata Dharma penulis aktif di UKM Grisadha (Gerakan Tari Sanata Dharma) pada semester 1-6. Selain di UKM, penulis mengikuti beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak kampus untuk melatih softskill. Berikut daftar kegiatan yang pernah diikuti :

a) Kursus Pembina pramuka mahir tingkat dasar (KMD).

b) Co-P3K dalam Dekan Cup.

c) Penari dalam pagelaran tari di Universitas Sanata Dharma.

d) Tim P3K dalam Inisiasi FKIP Sanata Dharma.

Masih banyak seminar dan kegiatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis

skripsi sebagai tugas akhrir dengan judul “Pengembangan Protoripe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Sub Tema Kegiatan Ekstrakurikulerku Untuk Siswa Kelas II SD Dengan Pendekatan Kontekstual”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum 2013 pada sub tema pemanfaatan energi untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

2 13 190

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema aku bangga dengan daerah tempat tinggalku untuk siswa kelas empat (IV) sekolah dasar.

0 4 166

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema kegiatan malam hari untuk siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar.

0 0 151

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema aku dan teman baru untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

0 0 114

Pengembangan perangkat pembelajaran kurikulum 2013 kelas II dengan tema 3 `Tugasku Sehari-hari`.

0 0 311

Pengembangan perangkat pembelajaran sub tema keunikan daerah tempat tinggalku mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

0 1 174

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum 2013 pada sub tema keberagaman makhluk hidup di lingkunganku untuk siswa kelas IV SD.

1 6 269

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema Kegiatan Keluargaku mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository

0 0 195

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema 2 Kegiatan Siang Hari mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository

0 1 194

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema hidup rukun di sekolah mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas II Sekolah Dasar - USD Repository

0 0 194