6. hasil penelitian yang diadakan guru pembimbing dengan cara
menyebarkan daftar cek masalah di tingkatan kelas tertentu. Dalam penelitian ini digunakan kuisioner yang tujuannya sama dengan
daftar cek masalah, yaitu mendapatkan informasi tentang masalah- masalah belajar yang dialami siswa;
7. pengalaman guru pembimbing selama beberapa tahun.
4. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar adalah keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi pengaruh pada
perkembangan siswa Winkel, 2004:108. Lingkungan belajar siswa dibagi menjadi dua yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga Prayitno,
1989:133. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan belajar kedua bagi siswa setelah keluarga. Lingkungan sekolah dibagi menjadi dua yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Yang dimaksud lingkungan fisik adalah sistem pengaturan tempat duduk, ukuran kelas, ukuran sekolah dan
komposisi siswa di dalam kelas. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah hubungan antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa. 1.
Lingkungan Fisik Sekolah Lingkungan fisik sekolah adalah keadaan fisik sekolah yang
memberikan pengaruh pada kegiatan belajar siswa yang berupa: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Pengaturan tempat duduk
Aktifitas belajar tertentu menuntut adanya perabotan, tipe bangku dan perlengkapan lainnya yang benar-benar memberikan
kemungkinan bagi siswa untuk berpartisipasi dan berinteraksi serta keleluasan bagi guru untuk memperhatikan kelangsungan belajar
siswa. Pengaturan tempat duduk tradisional menurut Gunawan 2009.
Gambar I.1 Pengaturan Tempat Duduk Tradisional
Pengaturan tempat duduk seperti ini sering dijumpai di kelas-kelas. Sistem seperti ini merupakan pengaturan tempat duduk
yang tradisional. Pengaturan tempat duduk seperti ini memungkinkan siswa mendapatkan teman dalam belajar.
b. Ukuran Kelas
Aktivitas belajar siswa, perasaan saling menghargai atau menghormati antar siswa, aktivitas kelas atau kemampuan
kreatifitas siswa seturut dengan bertambahnya jumlah siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam kelas. Kelas yang berukuran kecil dua kali lipat lebih efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar daripada kelas yang
besar Sithu dalam Prayitno 1989. Prayitno 1989 menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa
pada kelas ukuran kecil lebih tinggi dibanding dengan kelas yang berukuran besar. Jumlah siswa dalam kelas yang efektif adalah
antara 10-25 siswa. c.
Ukuran Sekolah Barker dan Gump dalam Prayitno 1989 mengemukakan
semakin besar ukuran sekolah, partisipasi masing-masing siswa dalam kegiatan sekolah akan semakin kecil. Sekolah yang jumlah
siswanya kecil akan mendorong siswa untuk terlibat dalam berbagai kegiatan sekolah. Sekolah yang padat jumlah siswanya
menunjukkan tingkat cemas dalam pergaulan kelompok yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sekolah yang sedikit jumlah
siswanya. d.
Komposisi Kelas Komposisi kelas adalah pengaturan siswa-siswa di dalam
kelas berdasarkan kemampuan atau bakat siswa. Prayitno 1989 menyimpulkan bahwa jika siswa dalam satu kelas semuanya
terdiri dari siwa-siswa yang memiliki kemampuan rendah atau wajar, maka hal ini tidak memiliki hubungan yang berarti dengan
prestasi belajar siswa. Siswa dalam kelompok ini akan terdorong PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk meningkatkan prestasi. Bila dalam satu kelas terdiri dari siswa-siswa yang berkemampuan tinggi, maka prestasi belajar
mereka akan meningkat dengan tajam. 2.
Lingkungan Sosial Sekolah Menurut Prayitno 1989:147 setiap orang membutuhkan
pengalaman dari orang lain. Begitu pula dengan siswa, dalam lingkungan sosial sekolah, ini mengacu pada hubungan yang terjadi
pada guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Siswa membutuhkan pengetahuan dari guru dan teman-temannya sebagai sumber motivasi
siswa yang mempunyai kebutuhan sosial tinggi untuk berprestasi baik dan bekerja dengan temannya. Siswa yang mempunyai kebutuhan sosial
rendah biasanya akan lebih bekerja sendiri. Teman sekelas atau teman sebaya merupakan salah satu faktor yang dapat membantu siswa
termotivasi dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut Vembriarto 1993:54 teman sebaya adalah kelompok yang terdiri dari
sejumlah individu yang sama baik dalam hal usia, status pribadi atau pribadi sosialnya. Siswa yang kesulitan ketika sedang mengerjakan
soal-soal dapat menanyakan kepada teman sekelasnya jikalau siswa itu memang malu jika harus menanyakannya kepada gurunya. Jadi,
hubungan sosial perlu dikembangkan oleh guru maaupun oleh siswa. Menurut Mudjiono 1999:49 siswa merupakan individu yang unik,
artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis . Setiap siswa akan menentukan sendiri bagaimana cara belajar dan sasaran belajar bagi
dirinya. Kualitas interaksi belajar antar siswa berlangsung secara intelektual maaupun sosio emosional, sehingga meningkatkan peluang
pembentukan kepribadian seutuhnya, terutama yang berkaitan dengan kemauan dan bekerja sama dalam memecahkan masalah. Dukungan
yang penting pada dasarnya adalah dukungan moril maaupun materiil dalam mewujudkan suatu rencana. Seorang siswa dapat menerima
dukungan dari teman sekelasnya yang berupa kerjasama, perhatian yang diberikan teman sekelas, dan adanya sikap toleransi antar teman
sekelas. Hubungan yang kurang harmonis dapat menyebabkan beberapa
kelompok menjadi tidak bersahabat dalam suatu kelas. Persaingan dalam belajar yang tidak sehat di antara kelompok dalam suatu kelas
dapat menimbulkan keonaran-keonaran yang menyebabkan proses belajar terhambat. Oleh sebab itu ada baiknya bila di dalam kelas siswa
saling memberikan dukungan yang positif, baik berupa kerjasama, perhatian maaupun adanya sikap toleransi.
Selain hubungan antar siswa, siswa juga harus menjaga hubungan dengan guru. Begitu pula dengan guru, guru juga harus menjaga
hubungan yang harmonis antara guru dengan para karyawan di sekolah. Hubungan sosial guru dapat diwujudkan dengan tersedianya waktu dan
tenaga untuk membina hubungan dengan orang tua siswa dan dalam menyelesaikan masalah sosial antar siswa.
Sikap guru terhadap siswa dapat diartikan sebagai kecenderungan seorang guru untuk berperilaku terhadap siswa Sudjana, 1987:48.
Menurut Prayitno 1989:48 tingkah laku guru dalam mengajar meliputi : 1 guru sebagai model, dimana sikap dan kepribadian guru akan
dianut oleh siswa, 2 sikap guru terhadap tingkah laku siswa, 3 sikap guru terhadap karakteristik siswa, 4 sikap guru terhadap siswa yang
berbeda jenis kelamin dan 5 sikap guru terhadap perbedaan prestasi belajar siswa.
3. Lingkungan Keluarga
Selain lingkungan sosial sekolah, lingkungan yang paling menentukan adalah lingkungan keluarga. Keinginan yang kuat dari orang
tua supaya anaknya memiliki prestasi yang baik tetapi tidak disertai dengan perbuatan efektif tentu saja tidak akan membuahkan hasil yang
baik. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi siswa. Lingkungan keluarga terdiri dari ayah, ibu, kakak, adik, dan keluarga yang lain. Peran
orang tua untuk memotivasi belajar menurut Prayitno 1989:154 dapat diwujudkan dengan penghargaan misalnya : 1 aktifitas siswa dengan
orang tua rekreasi, memasak, membaca, dan lain-lain, 2 membuatkan masakan khusus yang disukai oleh anak 3 memberi kesempatan untuk
melakukan kegiatan khusus hobbi, 4 membelikan alat-alat permainan bagi anak kecil dan 5 memberi kebebasan waktu untuk bermain dan
menonton TV. Keluarga yang tidak mampu cenderung tidak dapat menyediakan penghargaan-penghargaan seperti yang telah disebutkan di
atas, dan hal ini akan mengganggu anak dalam belajar. Keadaan anak yang sulit juga dapat menjadikan anak sulit berkonsentrasi pada pelajaran
karena memikirkan sesuatu untuk menutupi keadaan keluarga yang kurang Winkel, 1986.
Selain apa yang telah disebutkan di atas mengenai lingkungan belajar siswa, Nasution 2001:41 menyatakan lingkungan belajar adalah
lingkungan yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik seperti lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
Prayitno 1997:51 mengklasifikasikan lingkungan belajar menjadi dua macam.
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik berkaitan dengan material yang ada di luar peserta didik yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar, baik yang bersumber
dari lingkungan sekolah maaupun keluarga dan masyarakat. Sebagai contoh yaitu kerapian lingkungan belajar baik yang ada di rumah,
sekolah, maaupun masyarakat. b.
Lingkungan Non Fisik Lingkungan non fisik yang dimaksud adalah segala stimulus yang ada di
luar diri peserta didik yang secara mental dapat mempengaruhi aktivitas belajarnya, baik yang bersumber dari lingkungan sekolah maaupun
keluarga dan masyarakat. Sebagai contoh adalah kondisi lingkungan belajar yang berisik, keluarga yang broken home, dan penerimaan sosial
yang tidak baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari berbagai pendapat di atas mengenai lingkungan belajar, dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar siswa merupakan suatu keadaan
yang melingkupi siswa dan memberikan pengaruh siswa dalam proses belajar siswa, dimana pengaruh tersebut meliputi pengaruh lingkungan baik
yang bersifat fisik ataupun non fisik dan baik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga maaupun lingkungan masyarakat dimana siswa tersebut
berada.
5. Fasilitas Belajar di Rumah